"Awas kalau bapak bohongi saya." Ancam Cia dengan muka nggak selonya.
"Terserah, semua pilihan ada di tangan kamu. Sekarang balik ke kelas." Mata Cia muter-muter kayak gaseng.
Dhika kembali sibuk sama pekerjaannya, sementara Cia setia berdiri di sampingnya. Aroma manis vanila yang menjadi ciri khas Cia sampai menempel di kemeja hitam miliknya, sebab dari tadi Cia melendot aja bawaan.
"Apa lagi? Sudah bel, masuk sana." Perintah Dhika dengan wajah seriusnya.
"Kawani saya balik ke kelas pak." Pinta Cia, dia takut.
Dhika narik napas pelan, "apa yang kamu takuti? Psikopat itu tidak lantas sampai ke sekolah ini hanya karena kita membahas dia."
"Ya, mana tau kan pak. Jaman sekarang kemungkinan sekecil apapun bisa terjadi. Kalau saya lagi jalan di koridor tiba-tiba ada psikopat terus saya di culik, bapak juga yang repot lapor-lapor polisi. Yok la pak!" Cia narik ujung kemeja Dhika.
"Balik sendiri." Dhika tidak punya waktu melayani pikiran gila Cia.
hallo, selamat membaca ya ^^
boleh tinggalkan jejak komentar ya, agar kami semangat.
i love u all ^^