Suasana malam sangat dingin sekali, Alex dan Fira membisu masing-masing. Tak ada satu kata terucap oleh mulut mereka berdua. Hanya ada suara angin udara dingin di ruangan ini. Alex duduk di sofa, sambil memainkan hapenya. Tak peduli dengan Fira duduk di brankar sambil melihat pemandangan dibalik kaca jendela besar terhalang oleh penglihatannya.
Alex memang sengaja meminta kamar perawat lebih besar. Agar lebih nyaman dan fasilitas pun terjaga dengan baik. Meskipun hanya menginap satu hari, bagi Alex hal biaya administrasi tak penting.
"Sialan?!" umpat Alex tanpa sengaja Fira menoleh atas umpatan dari mulut pria itu.
Ya, dari tadi Alex memainkan sebuah permainan di hape nya. Bahkan sangat berisik sekali di telinga Fira. Namun Fira tetap memilih diam. Karena dia malas berdebat lagi dengan pria di seberang sana.
"Bodoh, tolol, berkurang sekarang poinnya?! Menjengkelkan?!"
Alex mengumpat seakan permainan itu benar-benar membuat hidupnya semakin buruk. Dia pun memasukkan hapenya ke kantong celana. Lalu dia bangun dari duduk. Dilihatnya jam dinding di atas televisi. Sudah pukul sebelas malam. Kemudian dia melirik wanita itu belum juga untuk tidur.
"Kau tidak merasa mengantuk? Ini sudah malam, sudah waktunya untuk tidur. Besok aku akan mengantar dirimu pulang, apa kau sudah memberitahu kepada orang rumah mu?" Alex bertanya pada Fira. Tapi Fira tak menjawab.
"Gak perlu repot-repot mengantarku pulang. Aku bisa pulang sendiri, untuk biaya administrasi akan aku ganti. Tinggalkan saja nomor rekening mu," jawab Fira datar.
Fira tak ingin di cap sebagai wanita minta-minta. Apalagi untuk memberitahu orang rumah saja, percuma. Belum tentu ibu mertuanya percaya kalau dirinya saat ini dirawat di rumah sakit. Yang ada malahan memperbesar masalah.
Alex paling benci apa yang dia tawarkan untuk mengantar pulang. Apalagi penolakan seperti ini. Memang dia bukan pria tak bertanggung jawab. Ya, walau dia bukan siapa-siapa wanita ini. Tetap saja keselamatan seorang wanita hamil seperti dia pastinya harus dilindungi.
"Aku serius, kau pikir aku menawarkan untuk antar itu hanya sekadar pengangkutan umum?" kata Alex jauh lebih keras kepala. Entah kenapa dia bisa bertemu dengan wanita yang begitu keras kepala tidak mau mendengar omongannya.
"Aku juga serius, aku gak butuh tawaran baikmu, aku tau kau berniat baik padaku. Tapi ...." Fira menjeda kalimatnya. Alex menunggu kelanjutan kalimat dari mulut wanita itu.
"Tapi apa?"
Fira tiba-tiba bersiap untuk tidur. "Tolong tutup lampunya. Aku mau tidur," titah Fira pada Alex. Alex malah bengong di buat wanita satu ini.
"Hei! Kau belum selesai menjawab pertanyaan ku?" Alex mencoba memaksa Fira untuk melanjutkan kalimat yang terputus tadi.
Fira mengangkat kepalanya dan menoleh kemudian menatap lekat-lekat pada Alex. "Bukannya katamu, besok kau akan mengantarkan aku pulang? Jadi ini sudah malam, aku harus tidur. Apalagi aku bukan bawa satu badan saja. Tapi dua."
Alex menahan kejengkelan atas sikap wanita satu ini. Dia pun mau tak mau mematuhi perintahnya. "Baiklah, selamat tidur, wanita ...."
"Fira, namaku Fira. Bukan wanita cengeng," sambung Fira memberitahu namanya.
"Ah, iya, selamat tidur, Fira," kata Alex berlalu setelah dia mematikan lampu kamar rawat itu.
Alex keluar dari kamar rawat pasien, di sana Alberto dan Nisan sedang Bercengkerama seru. Setelah itu Alberto menghampiri Alex.
"Bagaimana? Apa dia sudah tidur?" tanya Alberto. Alex menoleh arah kamar itu, dan memberi kode pada Alberto. Alberto pun mengikuti arahan di mana Alex kasih tau. Di sana sosok wanita tengah memunggungi mereka.
"Tadi Nyonya Marika menelepon, menanyakan dirimu," ucap Alberto memberitahu kepada Alex.
Lalu Alex menoreh tajam pada Alberto, "Lalu kau jawab apa pada ibu sihir itu?" jawab Alex. Pasti ada alasan tertentu kalau Marika menelepon, pastinya wanita cupu itu sedang lapor padanya.
"Saya cuma bilang Tuan sedang banyak kesibukan, jadi tidak bisa diganggu," kata Alberto sesuai intruksi Alex.
"Baguslah, kalau kau mengatakan seperti itu. Jangan beritahu kepadanya. Kalau saat ini aku ada di rumah sakit," Alex mengingatkan kembali pada Alberto dan juga Nisan.
"Siap Tuan!" Nisan langsung merespons atas perintah Tuan mudanya.
Alex beranjak dari tempatnya, Alberto menyusul. "Tuan mau ke mana malam-malam begini?" tanya Alberto kepo.
"Cari udara dingin," jawabnya singkat. Alberto menoleh meminta Nisan menjaga wanita itu. Nisan memberi tanda kode oke pada Alberto.
****
Kafe karaoke Diva Vista 7 alunan musik semakin keras, bahkan mengumandangkan suasana malam yang dingin. Ervan sedang duduk di depan room karaoke dengan nomor satu empat enam. Di sana para wanita sedang bergoyang-goyang ikuti alunan musik mereka putar.
Ervan begitu pegal selama beberapa jam berdiri di depan pintu. Kalau bukan atas perintah dari majikan putrinya, mungkin Ervan lebih memilih di mobil saja sampai wanita itu selesai dengan teman-teman hiburannya.
Sedangkan di dalam room tersebut, seorang wanita berponi aneh itu dari tadi memperhatikan sosok pria berdiri di depan pintu, sambil mengintip.
"Eh, Chik! Itu bodyguard baru lo?" tanya wanita berponi aneh, namanya Kayla.
Chika yang lagi seru dengan musik di putar oleh Mesya. Harus di usik oleh Kayla. Mau tak mau dia mengikuti arah telunjuk Kayla.
"Bukan, dia supir baru ku," jawab Chika, masih sibuk dengan gerakan kepalanya ikuti alunan irama musik tersebut. Sambil bernyanyi.
Kayla tidak percaya kalau Chika punya supir baru dengan postur tubuh yang menarik sekali. "Masa sih?"
"Iya, loh, Kay, dia supir baru ku. Baru sekarang ini Papa aku dapatkan pengganti supir yang tiba-tiba minta cuti karena istrinya sakit. Sampai sekarang gak kembali-kembali. Jadi Papa buat lowongan kerja, ya, dapat pria itu. Kenapa sih, Kay? Tertarik?" ucap Chika makin nyebelin kalau Kayla tidak yakin sama jawabannya.
"Nah, Elo tau. Kenalin dong! Ya, mana tau dia masih singel!" seru Kayla mulai deh tingkah anehnya kalau nampak sosok segar. Langsung deh diembat.
"Nanti aja?! Setelah selesai ini. Nanti kamu kan pulang bareng aku. Biar kamu puas kenalan sama dia," ucap Chika kemudian.
Tiga jam sudah happy-happy Chika bersama teman-temannya. Sekarang sudah pukul satu pagi. Waktunya untuk pulang ke rumah. Kayla nebeng mobil Chika, Ervan sudah di mobil dari tadi menunggu putri majikannya keluar dari tempat karaoke.
Baru sekarang Ervan merasa badannya sakit semua. Dia sudah lama tidak melakukan pekerjaan seberat ini. Tapi demi istri dan calon anaknya. Dia harus bisa membiayai kebutuhan istri dan calonnya nanti. Jadi mamanya tidak memandang sebelah mata di keluarga kecilnya nanti.
"Sebelum pulang ke rumah, antar teman aku dulu, ya!" ucap Chika pada Ervan.
Ervan pun mengangguk dan senyum padanya, "Baik, Non."
Kayla masuk kemudian sesekali dia mengintip di layar kaca depan melihat wajah sedikit menyamping, wajah Ervan. Walau tidak semua terlihat oleh Kayla.
"By the way, kamu supir baru dari Chika, ya?" tanya Kayla sok SKSD.
Ervan yang dari tadi fokus menyetir kemudian menoleh arah kaca di depannya. "Ah, ya? Nona berbicara denganku?"
"Iya, iya, lah. Emang di sini selain nyetir siapa lagi? Chika? Kagak mungkin, kan?" respons Kayla pada Ervan.
Ervan pun senyum tipis, "Oh, mana tau, kan, Non," ucapnya tetap sopan.
"Saya baru pertama kali sekarang. Tadi siang, aku antar lamaran bareng istri saya. Beberapa menit dapat panggilan di suruh interview. Jadi saya di terima sebagai supir pribadi Nona Chika," kata Ervan memberitahu kepada Kayla.
Kayla yang mendengar penjelasan dari pertanyaan dia kasih tadi. Merasa kaget banget. "Hah? Kamu sudah punya istri?" Chika yang ada di sebelahnya sudah sebagai pendengar yang baik. Dia juga kaget kalau Ervan sudah punya istri. Padahal dari penampilan mana pun oke sih, menurut Chika.
"Iya, sudah. Saya sudah menikah dua tahun. Sekarang ini istri saya sedang hamil muda. Makanya saya cari pekerjaan untuk kebutuhan istri dan calon anak saya nanti. Memang kenapa, ya, Non? Kalau saya sudah punya istri?" Ervan balik bertanya pada Kayla.
Kayla sedikit kecewa tapi langsung dia bersikap biasa-biasa saja. "Hah? Oh, gak? Aku kira kamu belum punya istri. Mau aku jodohin kamu sama Chika. Ya, mana tau kamu tertarik sama dia," jawab Kayla asal. Chika langsung memelototi Kayla.
"Aku sudah punya Alex, kamu kali yang mau?!" balas Chika tidak terima.
"Alah, Alex mulu. Alex aja gak suka sama elo. Sama yang duda kayak Bang Ervan juga gak apa-apa. Yang penting tulus?!" bisik Kayla. Chika tetap tidak suka dengan sikap Kayla asal ucap saja.
Ervan hanya senyam-senyum melihat dua wanita itu. Jika Ervan lihat wajah Chika. Sama hal seperti waktu pertama kali dia pacaran dengan Fira. Fira dulu juga seperti itu.