"Tuan, duduk dulu, saya yakin wanita itu akan baik-baik saja, tidak perlu di cemaskan," ucap Alberto memberi sedikit ketenangan pada Alex.
Alex sesekali mengintip di balik pintu kaca kecil saat ini Fira di periksa oleh seorang Dokter jaga. David tidak ada di tempat, David sedang keluar. Mau tak mau yang harus menangani Fira dokter jaga.
Keresahan Alex semakin kuat dan semakin cemas. Tidak biasanya dia begitu khawatir keadaan wanita itu. Apalagi melihat sangat jelas di matanya tadi. Melihat wanita itu menerima panggilan telepon tiba-tiba tanpa ada sesuatu yang mencelakai nya, wanita itu langsung jatuh pingsan. Tentu dengan cepat Alex mengangkat kaki ke arah wanita tersebut.
"Tuan!" Alberto terus meminta Alex untuk tenang. Apalagi sekarang banyak orang melihat sikapnya. Alberto sangat tau, Alex peduli pada wanita itu. Tidak heran jika Alex merasa kehilangan.
"Bagaimana aku bisa tenang, Alberto! Sudah hampir satu jam, dokter itu belum juga untuk keluar. Kalau terjadi apa-apa pada wanita itu dan juga janin di kandungannya bagaimana?" sanggah Alex semakin khawatir dan cemas berlebihan. Dia sungguh tidak bisa mengerti apa yang terjadi pada dirinya.
Alberto paham, sekarang putra majikannya sudah dewasa, dan sudah peduli pada seseorang. "Apa Tuan sangat peduli pada wanita itu? Bahkan Tuan tidak kenal siapa dia? Atau Tuan mulai ada rasa padanya?" tebak Alberto, jika memang benar Alex mempunyai hati pada wanita hamil itu. Pasti Ibu Marika sangat senang mendengarnya.
Alex tidak menjawab, ketika Alberto menebak isi pikirannya. Dia seperti dihalangi sesuatu. "Aku ...."
Tak berapa lama kemudian pintu memeriksa Fira terbuka. Seorang dokter keluar, Alex segera menghampirinya. "Bagaimana keadaan dia, Dok?" Wajah Alex benar-benar sangat cemas. Dokter itu mengamati Alex dan juga Alberto. Dengan wajah senyum panjang itu wajar baginya bertemu orang seperti ini.
"Apa yang kau senyum 'kan? Aku bertanya, bagaimana keadaannya?" Alex kembali membuka suara dan kali ini suaranya jauh lebih besar seakan membentak dokter itu.
"Apakah Anda suaminya dari wanita itu?" Dokter itu bertanya pada Alex.
Alex terperangah gagap untuk menjawab, kemudian dia pun mulai menjawab tetapi dipotong oleh Alberto. "Iya, benar, Dokter. Kami keluarga dekatnya. Dia Alex, suami wanita yang sedang terbaring di sana. Langsung saja, Dokter. Bagaimana keadaan wanita itu? Apakah baik-baik saja?"
Dokter itu pun lega, kemudian dia pun menjawab semua pertanyaan dari Alberto. "Dia tidak mengalami apa pun, hanya kekurangan darah. Apalagi untuk janin di kandungan juga baik-baik saja, akan saya minta suster mengantarkan obat vitamin untuk penambahan darahnya. Biar ibu dan anaknya sehat selalu. Sampai di sini penjelasan saya. Kalau begitu saya pamit dulu. Selamat sore."
"Sore juga," ujar Alberto. Setelah dokter itu meninggalkan tempat ini. Alex pun menatap Alberto atas ucapannya tadi.
"Maksud kau apa? Suami? Aku ini ...."
"Hanya sementara saja, Tuan. Sampai wanita itu sadar kemudian baru kita tanya alamat rumahnya," jawab Alberto cepat.
****
Pada malamnya Alex keluar beli makanan, sementara Alberto duduk di depan kamar pasien. Sementara Fira duduk sambil melihat hapenya. Sampai sekarang Ervan belum balas chatnya atau meneleponnya. Rasa cemas itu pun membuat dia semakin tidak tenang.
Tring!
Suara ringtone singkat dari hape Fira. Dengan cepat Fira memeriksa. Mana tau itu dari Ervan. Ternyata salah, dari operator kartu. Rasa kecewa itu pun semakin resah, tak berapa lama harapan dari Fira datang. Seseorang menelepon namun nomor itu beda. Tanpa peduli siapa telepon Fira segera mengangkat dan memberi kabar kepada Ervan.
"Sayang, kamu di mana saja, dari tadi aku telepon kenapa gak di angkat? Apa kamu begitu sibuk?" ucap Fira tanpa peduli siapa yang menelepon dirinya sekarang.
["Sayang?"] Tiba-tiba suara asing itu membuat Fira menjauhkan hape dari telinganya. Barulah Fira sadar kalau itu bukan Ervan.
"Ma-maaf, aku kira Ervan yang telepon, soalnya aku dari tadi tunggu panggilan telepon darinya. Jadii ...."
["Mungkin saja suami kamu sedang sibuk kerja, bisa saja baterainya lowbet apa bagaimana? Sekarang aku mau tanya, kamu suka makanan pedas? Soalnya aku tidak tau sesuai seleramu. Jadi sekarang aku lagi ada di depan kaki lima. Di sini banyak macam makanan. Jadi kamu sekarang ingin makan apa?" ] ucap Alex sambil menunggu jawaban dari Fira.
Fira tertegun mendengar suara khas pria yang menolongnya. Dia pun berpikir sebentar. Lalu dia pengin makan sesuatu. Tapi makanan itu entah apa ada atau tidak.
"Apa saja, aku tidak ada pantangan apa pun. Untuk Alergi juga tidak ada. Yang penting kenyang. Nasi bungkus juga bisa atau nasi padang," jawab Fira kemudian.
Ketika Alex mendengar permintaan Fira, tepat pula dia menemukan makanan itu. "Baiklah, aku akan segera belikan untukmu," kata Alex setelah itu dia mematikan panggilan telepon tersebut.
Fira menghela sangat berat, sekali lagi dia menjadi bagaimana. Ervan sampai sekarang belum juga menelepon mempertanyakan soal pekerjaan.
Sementara salah satu rumah bagai istana. Ervan berdiri di samping mobil, sambil menunggu seseorang muncul dari rumah itu. Sudah malam, Ervan belum sempat untuk menelepon istrinya. Pasti Fira sangat mengkhawatirkan keadaannya. Sejak dia diterima oleh seorang pengusaha kaya raya. Walaupun sekarang dia hanya bisa menerima pekerjaan sebagai supir pribadi untuk antar jemput pulang pergi ke mana pun putri majikan itu keluar. Bahkan bukan putrinya saja. Melainkan pemilik rumah ini juga keluar jika sedang ada keperluan.
"Pasti Fira sudah khawatir sekali padaku. Bagaimana menghubunginya. Sedangkan hape aku sudah lowbet," gumam Ervan merasa kepanikan itu membuat dirinya tidak dapat berkonsentrasi penuh.
Seorang wanita yang begitu cantik keluar dari rumah itu. Dengan langkah yang anggun dia pun menghampiri Ervan. Dengan sigap Ervan terbuai sosok bidadari di matanya.
"Kamu yang bernama Ervan?" tanyanya pada Ervan.
Dengan cepat Ervan membungkuk dan memberi hormat pada wanita itu. "Iya, Nona. Saya Ervan. Ini pertama kali saya bekerja untuk semua jadwal sudah saya terima," jawab Ervan dengan nada yang ramah.
Meskipun ini pertama kali dia bekerja sebagai supir setidaknya dia bisa mendapat gaji upah untuk istri dan calon anaknya nanti. Walau pun sekarang dia harus lembur kerja. Belum dipastikan kapan dia akan pulang.
"Baguslah, kalau kamu sudah tau jadwal apa saja. Sekarang antar kan aku ke suatu tempat. Aku gak punya waktu lagi. Apalagi ini sudah terlambat, pastinya mereka sudah menunggu aku," ucapnya angkuh kemudian dia masuk ke mobilnya alphard.
Ervan pun menutup pintu setelah putri majikannya di dalam mobil. Dengan cepat Ervan menghidupkan mesin mobil dan meninggalkan area halaman rumah yang bagai istana.