Malik terkejut. Tapi bukan pada perkataan Andin, melainkan sikap Andin yang sama sekali tak melarangnya ketika sebelah tangannya menyentuh pinggang wanita itu. Tak ingin kegugupannya diketahui Andin, Malik berusaha bersikap santai. "Bisa aku minta sesuatu, Andin?"
Andin terkekeh. "Tentu saja, Pak."
"Bisakah aku memelukmu sebentar sebagai ucapan terima kasih karena sudah menyiapkan makan malam untukku?"
Andin mematikan konfor lalu menghadap Malik hingga tangan pria itu terlepas dari pinggulnya. "Bisa Anda simpan dulu pelukan itu sampai kita selesai semuanya?"
Malik tertawa. "Oh, baiklah. Dengan senang hati aku akan menunggu sampai tiba waktunya." Ia tahu ini taktik Andin. Tapi karena ia juga menginginkannya, Malik dengan suka rela mengikuti permainan wanita itu.
Andin tertawa dan bergerak mengambil wadah untuk menuangkan kuah untuk menu makan malam mereka.
Malik bakal setuju gak, ya? Hehe