Setahun pun berlalu, Tommy dan Sherly sudah menikah dan memiliki satu orang putra bernama Donny Fabian. Karena tidak memiliki kesibukkan apa-apa, Sherly belajar dan fokus mengurus Donny dengan baik. Tapi meski begitu, Tommy tidak mengijinkan Sherly untuk bekerja terlalu berat. Mereka pun memakai asisten rumah tangga dengan baby sister untuk menjaga Donny.
Saat ini mereka tinggal di Jawa, karena proyek besar yang dikerjakan Tommy akan selesai akhir tahun. Dan sesuai rencananya bersama Charles, Tommy akan berhenti dari perusahan Pak Malik setelah perusahan kontraktor milik keluarga Fabian selesai. Jadi, sambil mengontrol para konstruksi di lokasi proyeknya, Tommy sekaligus memantau pekerja-pekerja yang sedang membuat perusahan milik keluarganya.
"Sayang, minggu depan kita ke Sulawesi mau, gak?" tanya Tommy seraya melihat Sherly sedang menyusui Donny. Saat ini mereka sedang berada di dalam kamar. Karena sudah waktunya tidur, Sherly menyusui putranya dan menyuruh Tommy keluar sebelum melanjutkan pembicaraan pentingnya bersama sang suami. Pria itu menurut, tapi sebelum keluar ia mengecup dahi sang anak dan istrinya lalu keluar dari kamar.
Setelah putra semata wayang mereka sudah terlelap, Sherly dan Tommy kembali berbincang-bincang mengenai perihal keberangkatan mereka ke Sulawesi. Mereka kini sedang berada di ruang tamu. "Berangkat dalam rangka apa, Sayang?" tanya Sherly.
"Mami dan Papi akan mengadakan pesta syukuran untuk Donny. Mereka sangat senang karena mendapatkan cucu laki-laki. Jadi mereka ingin melihat Donny secara langsung."
"Iya boleh, lagi pula Donny kan usianya sudah tiga bulan. Kapan kita akan berangkat, Sayang?"
"Jumat depan. Kata Mami acaranya hari minggu, jadi minggu ini aku harus serah terima dulu dengan Andrew biar saat pulang nanti, pekerjaanku tidak menumpuk."
***
Seperti yang sudah dijadwalkan, Jumat itu mereka berangkat ke Sulawesi. Pagi pesawat mereka berangkat, sorenya mereka tiba di bandara Sulawesi tepat sore hari. Charles dan Lisa menjemput mereka, karena tak sabar ingin melihat cucu semata wayangnya.
"Memangnya Mami akan mengadakan pesta besar?" tanya Tommy saat mereka sedang perjalana pulang dari bandara menuju rumah. Ia duduk di bangku depan bersama Sherly, sementara Charles dan Lisa duduk di bangku belakang sambil menggendong Donny yang sedang terlelap.
"Tidak, Mami hanya undang kerabat saja. Om Ferry, Andin, Pak Malik dan tetangga," kata Lisa. Ia menatap ke arah bangku depannya, tepat di mana posisi Sherly berada. "Sayang, Mami ingin mengundang orangtuamu, tapi Mami takut jika kau tidak setuju."
Sherly langsung menghadapkan tubuhnya ke bangku belakang. "Keputusan Mami sudah benar. Bukannya aku tidak ingin mereka hadir__ karena biar bagaimanapun mereka pasti sangat menginginkan Donny__ tapi biarkan mereka tahu sendiri tentang keberadaan aku di sini, Mi. Lagi pula kalau misalnya Mami sudah mengundang Om Ferry dan Pak Malik, mereka pasti akan membocorkan acara ini kepada Papa dan Mama."
Charles dan Lisa hanya saling menatap. Sebagai orang tua sambung dari Sherly, mereka berdua tidak bisa berbuat apa-apa karena semua keputusan ada di tangan Sherly. Mereka bahkan memang sengaja membuat acara syukuran itu di Sulawesi karena berhubung Harry dan Lenna masih ada di sana, sehingga kalau mereka tahu soal acara itu, mereka pasti akan muncul meski sebenarnya mereka ragu akan ada kedamaian dalam pesta itu. Lisa yakin, jika Lenna atau Harry tahu kalau Sherly sudah menikah dan punya anak, salah satu dari mereka pasti akan mengamuk karena marah.
Namun hal itu sudah dipikirkannya lebih dulu. Itu sebabnya ia tidak mengundang banyak orang, itu pun undangan yang disampaikan oleh Lisa dan Charles kepada Pak Malik dan Ferry, berupa undangan makan malam seperti yang biasa mereka lakukan tempo hari di kediaman keluarga Fabian.
Namun hal yang dipikirkan Lisa ternyata benar, acara itu diketahui oleh Harry dan Lenna. Namun sebelum datang, Harry menelepon Charles untuk mengkonfirmasi soal acara tersebut. Merasa tidak enak hati karena tidak sempat mengundang mereka, Charles pun memberikan alasan yang masuk akal bagi Harry dan Lenna.
Memang sejak pertemuan tempo hari, Charles tidak pernah lagi bertemu Harry. Undangan yang dia sampaikan kepada Pak Malik dan Ferry pun hanya melalui telepon. Namun karena memang ingin menjauhi Charles dan keluarganya, Harry tidak ikut menghadiri pesta syukuran itu. Hal itu pun disyukuri oleh Sherly dan Tommy, sehingga mereka pun tak perlu bersembunyi dari orang tua Sherly.
Tapi entah siapa dan kapan berita itu tersebar, hari di saat Tommy dan Sherly sudah kembali ke Jawa, Harry menemui Charles dan marah-marah. "Siapa yang memberikan restu pada anakku untuk menikah, hah? Atau kalian sengaja mengatur siasat untuk menculik Sherly dan menikahkan dia dengan Tommy?"
Charles tak kalah emosi. "Jaga mulutmu, Harry! Kau bisa menghubungi Sherly dan tanyakan sendiri siapa yang membuatnya kabur dari rumah. Dia kabur karena marah pada kalian."
"Omong kosong! kalian sengaja menikahkan mereka seperti itu agar aku tidak meminta uang panai yang mahal, kan?"
Mendengar kata-kata yang terlontar itu membuat Charles terdiam. "Aku tak menyangka pikiranmu sepicik itu, Harry. Ternyata benar, kau ingin menjodohkan Sherly dengan Tommy hanya karena harta. Aku tak menyangka .... " Charles tidak lagi meneruskan perkataannya, ia langsung bergerak dan meninggalkan Harry sendirian di halaman parkir di depan kantor mereka.
Sejak saat itulah keluarga Harry dan Charles saling tak bicara. Mereka bahkan tidak saling menyapa meski saling berpapasan. Hal itu disadari oleh Ferry. Dan sebagai sahabat dekat Charles, Ferry mencari waktu yang tepat untuk berbicara empat mata bersama lelaki itu. Charles pun tidak keberatan dan menceritakan semua kebenarannya kepada Ferry.
Hal itu juga diceritakan Ferry pada Andin. Gadis itu terkejut, tapi yang membuatnya terkejut bukan karena sikap Harry terhadap keluarga Fabian, tapi karena Tommy dan Sherly sudah menikah diam-diam dan memiliki satu orang putra.
"Aku tak menyangka mereka ternyata sudah menikah dan punya anak," kata Andin pada Jovita. Mereka saat ini sedang berada di Caffe tempat mereka nongkrong. Karena kebetulan hari ini adalah hari libur, Andin menjadwalkan pertemuannya dengan Jovita untuk mengeluarkan semua unek-unek yang terpendam selama ini.
"Itu tandanya kau harus melupakannya. Kau tidak mungkin bisa berharap lagi padanya," kata Jovita, "Aku heran juga padamu, sudah sekian tahun tapi kau tidak bisa melupakannya. Aku curiga, jangan-jangan keperawananmu sudah diambilnya ya sampai-sampai kau tidak bisa melupakannya?"
Andin tersentak mendengarnya. "Jaga mulutmu, Jovita. Justru karena sikapnya yang tidak seperti itulah yang membuatku tak bisa melupakan Tommy."
"Tapi sekarang dia suami orang, Andin. Lagi pula kalau memang dia mencintaimu, dia pasti akan memilih kamu daripada Sherly." Andin terdiam. Perkataan Jovita memang benar. "Menurutku hanya ada satu cara agar kau bisa melupakannya," kata Jovita.
"Apa itu?"
"Kau harus berkencan dengan pria lain. Itulah cara satu-satunya agar kau bisa melupakan Tommy."
Continued___
Jovita benar. Kau harus menikah Andin. Hehehe
Sobat-Sobat, bantu Thor nyalahin bintangnya dong. Caranya beri bintang lima dan komen di kolom komentar. Mohon dukungannya, ya ^^