Kota Kembang.
Di atas kota yang diterangi oleh ribuan lampu, ribuan drone dengan bentuk piringan hitam berterbangan di langit malam kota. Drone-drone ini berterbangan kesana kemari, mata kamera mereka memindai setiap individu yang dilewatinya.
Dalam kantor Polrestabes Kembang, Kombes Yoga dengan seksama sedang mengamati puluhan layar di ruang pengintaian divisi cyber crime unit. Puluhan layar di ruangan itu menunjukan hasil rekaman langsung dari ribuan drone yang mereka terbangkan. Dalam diri Kombes Yoga, dia masih setengah percaya dengan informasi yang ia terima dari bawahannya. Namun dari identitas narasumber yang disebut oleh bawahannya, ia tahu kalau informasi yang diberikan tidak dapat dianggap remeh.
"Apa informasi ini dapat dipercaya, pak?"
"Informasi ini dari Fara Blairheel, sebenci apapun kita kepadanya karena kasus Adi Hamerfid, kita tetap harus akui kalau dia adalah jurnalis yang mumpuni, gadis itu tidak akan memberikan informasi kalau dia sendiri tidak yakin."
"Terekam visual dengan ciri-ciri yang sama dengan informasi pada drone 138!," teriak seorang pertugas yang sedang mengawasi pergerakan drone di mejanya.
"Tayangkan rekaman di layar utama!"
Layar utama dalam ruangan yang memiliki ukuran 4x6 meter seketika memperlihatkan siluet seorang lelaki yang kurus kering sedang berjongkok di pojok bangunan memandangi sebuah rumah sederhana di sebrang jalan.
Kombes Yoga memerhatikan orang yang ada dalam layar, pikirannya sedang aktif mencocokan informasi yang ia ingat dengan lelaki di layar utama. Kurus kering, wajah kurus dengan bentuk segitiga runcing, matanya kuning bersinar di kegelapan malam, dan rambut hitam pendek acak-acakan. 'Apa mungkin dia?!'
"Apa yang sedang dia lakukan?" Tanya seorang petugas di dalam ruangan.
"Sepertinya dia sedang mengawasi rumah di sebrangnya?" Jawab petugas lain.
"!" Seketika sesuatu hal terlintas dalam kepala Kombes Yoga, "Cek identitas pemilik rumah!"
Seorang petugas lalu mencari alamat rumah yang ada di layar, setelah menemukannya dia lalu mencari kembali surat kepemilikan rumah tersebut di datebase Polrestabes Kembang. Tidak lama identitas si pemilik sudah dikethui.
"Ranita Milerose, 25 tahun, single, reporter dari Jurnal TV!"
Brak!
"Brengsek! Dia sedang mengawasi korbannya! Inspektur siapkan misi penangkapan! Evakuasi juga masyarakat sekitar! Akan kita tangkap si brengsek ini malam ini juga!"
Kombes Yoga serta beberapa bawahannya berjalan cepat keluar dari ruangan. Polisi-polisi lain yang bertebaran di Kembang mendapati informasi tentang Virgin Killer dan diperintahkan untuk bersiaga di daerah masing-masing.
Fara yang berada di sebuah warung makan tidak jauh dari kantor Polrestabes melihat belasan mobil polisi keluar dari kantor dengan cepat. Fara yang melihat ini matanya bersinar seperti ada bintang di dalam kelopak matanya. Fara lalu segera memesan mobil terbang untuk membuntuti polisi. Setelah di dalam mobil, Fara mengeluarkan barang dari tas slendangnya, barang itu berupa satu kantong kain berukuran setengah telapak tangan yang berisikan butiran-butiran batu [Merah Delima], ia lalu menyimpan kantong itu di saku dada kemejanya.
Di tempat lain, selagi Kombes Yoga dan Fara masih berada di jalan menuju ke tempat Virgin Killer ditemukan, petugas polsek daerah itu sudah mulai mengevakuasi dan mengepung tersangka. Namun hal yang tidak mereka kira terjadi. Tersangka mengetahui tindakan mereka dan mengamuk. Virgin Killer berlari sangat cepat ke seorang petugas lalu menusukkan tangannya ke jantung pertugas tersebut yang dengan seketika mencabut nyawanya.
"Brengsek! Bagaimana dengan target tersangka? Apa sudah dievakuasi?" umpat dan tanya kapolsek setelah dia melihat bawahannya tida-tiba tewas tidak jauh darinya.
"Sudah komandan! Saat ini dia sedan—"
Sekelibat cahaya perak berlalu dalam pandangan kapolres, bawahannya yang tadi ada di sampingnya tiba-tiba saja mengehilang bersama kilatan perak tadi. Kapolres melihat ke arah berakhirnya kilatan tadi, pada pangdangannya ia melihat orang kurus kering tadi sudah berubah drastis. Kini lelaki itu memiliki tubuh yang kekar dengan bulu perak yang tumbuh dari punggung dan lengannya. Mulutnya yang lebar memperlihatkan gigi-gigi taring tajam dipadu dengan mata kuning menyala dalam kegelapan, melihat itu membuat bulu kuduk kapolres berdiri. Kemudian tatapannya beralih ke kepala kerabatnya yang berada pada cengkraman mahluk di depannya.
"Petugas normal mundur! Lari menjauh! Sialan, tampaknya kita tidak berhadapan dengan manusia,"
Informasi tentang Virgin Killer terlalu sedikit, kepolisian hingga saat ini hanya menyangka kalau dia sekadar manusia biasa yang tidak memakai artifak terlebih lagi seorang monster. Dalam pikiran kapolres dia sudah meyakini kalau malam ini akan jadi akhir hayatnya. Butuh keajaiban agar bisa bertahan hidup dari monster yang berjarak sekitar lima belas metera darinya.
"Grrr… kenapa… kenapa, KENAPA?! JANGAN MENGHALANGIKU!"
Virgin Killer lalu melesat ke arah kapolres, kukunya yang tajam seketika berada di depan mata. Kapolres yang sudah siap dengan pistolnya langsung menembakkan pelurunya ke arah jantung musuh.
Bang!
Melihat peluru tepat mengenai sasaran, harapan muncul dalam diri kapolres. Namun, tangan monster yang sudah menempel pada wajahnya menghianati harapan itu.
Wrek!
Kepala kapolres itu dengan mudahnya terputus dari badannya, layaknya kertas yang mudah disobek. Pandangan terakhirnya yang mengarah ke langit melihat sebuah drone hitam melayang. Walau sudah terpisah dari tubuhnya, pikirannya sejenak lega.
'Setidaknya sekarang mereka akan menghubungi guild.' Dan nyawanya pun berakhir, tanpa roh keluar dari tubuhnya.
Virgin Killer yang merasa dirinya tertembak, melihat lubang yang ada di dadanya. Dia menekan lajur peluru dengan aura di dalam dirinya lalu memaksa peluru keluar. Setelah sebutir peluru berhasil dikeluarkan, lubang di dadanya berangsur menyembuhkan diri, dan dadanya pun kembali seperti sedia kala tanpa ada bekas luka tembakan.
Virgin Killer lalu membuang kepala yang ada di tangannya, lalu melihat ke rumah yang sedari tadi ia awasi. Dia sudah tidak lagi merasakan hawa keberadaan wanita di dalamnya. Gigi-gigi taringnya ia geratakan, mata kuningnya semakin menyala. Dia marah, lalu mencoba mencium keberadaan si wanita. Setelah mencium bau yang tidak bisa ia singkirkan dari pikirannya, ia lalu berlari sambil membunuh satu persatu petugas yang menghalanginya.
***
Dalam sebuah mobil jip hitam, Ranita dengan tubuh gemetar melihat ke arah belakang mobil, melihat pemandangan api yang berkobar dari mobil-mobil di jalan. Dirinya tidak menyangka kalau ia menjadi target si Virgin Killer. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati petugas polisi datang ke rumahnya larut malam. Polisi itu menyuruhnya untuk pergi evakuasi. Hanya selang sepuluh menit sejak ia keluar dari rumahnya, situasi malam yang sepi dan dingin seketika berubah, suara rintih dan teriakan para petugas terdengar nyaring di bawah rembulan. Suara ledakan dari mobil-mobil petugas yang hancur dan api berkobar berdansa mengelilingi tubuh Virgin Killer yang bersimpuh darah.
"Apa anda mengenal pelaku?" petugas dalam mobil bertanya padanya.
Air mata mulai bergelimang di wajahnya, Ranita hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tidak bisa berkata apa-apa, pikirannya semrawut kemudian isak tangis pun keluar dari hatinya. Tangis itu semakin lama semakin keras sehingga membuat sirine gerombolan mobil polisi yang datang dari depan jip tidak dihiraukan oleh petugas di jip hitam.
Pada mobil depan gerombolan polisi itu, Kombes Yoga melihat langit kota yang memerah karena hasil bakaran. Mobilnya lalu berhenti tidak jauh dari api. Kombes Yoga melihat sebuah siluet datang dengan cepat sembari menyayat orang sana sini dengan cakarnya. Dia diberi tahu kalau saat ini tersangka bukan sekadar manusia, dan dia juga sudah memerintahkan bawahannya untuk membawa avonturir dari guild.
"Apa dia manusia serigala?" tanya Kombes Yoga setelah melihat bentuk Virgin Killer yang kian dekat ke arahnya.
"Petugas biasa diam ditempat!" perintahnya, lalu Kombes Yoga mengusap artifak berupa kalung dengan sebuah besi kuning lonjong yang tergantung.
"Lindungi tubuh ini [Wesi Kuning]!" seketika cahaya emas menyelubungi seluruh tubuh Kombes Yoga. Belum selesai sampai disitu, kini dia mengeluarkan sebuah gelang perak dari sakunya lalu memakainya di pergelangan tangan kanan.
"Engkau raja para besi yang menyatu dengan tulang Adam, berikan kekuatanmu untuk menghabisi mereka yang berkhianat! [Kersani]!" Yoga lalu menyentil gelang di pergelangannya. Seketika gelang itu bergetar, dari dalam tubuh Yoga tiba-tiba berdengung, suara dengung lembut yang bahkan bisa di dengar oleh orang di sekitarnya.
"Pak Komisaris!"
"Kalian bersiap dan bantu aku dari jauh! Brengsek ini bukan monster biasa," ucapnya sebelum dia melompat ke arah Virgin Killer, kakinya seperti memiliki pegas sehingga membuatnya dapat sampai ke arah targetnya hanya dengan sekali lompatan.
"Yo! Mau berapa lama lagi kau mengacau di Kembang!"
Bak!
Tinju Yoga seketika membuat tubuh Virgin Killer terpental jauh lalu menabrak salah satu rumah di pinggir jalan.
"Grrr… jangan menghalangiku!"
"Ya, ya, tentu saja. Aku akan MENGHALANGMU!" Dengan cepat Yoga sudah kembali berada di depan Virgin Killer. Tinjunya sudah tiba di depan wajah musuh sebelum akhirnya dia merasakan benturan kuat di dadanya, sebelum Yoga terpental ia memaksa tinju mengenai wajah Virgin Killer. Keduanya pun saling terpental.
Bruk!
Yoga yang terbaring di jalan raya lalu mencoba berdiri, "Uhuk!" darah lalu keluar dari mulutnya yang terbatuk-batuk. Yoga kemudian memegangi dadanya, lalu merasakan kalau ada retakan di tulang rusuknya.
'Oi oi, seberapa kuat pukulan tadi? Bahkan kombinasi [Wesi Kuning] dan [Kersani] tidak dapat meredamnya,'
Yoga kembali berdiri tegap, pandangannya menuju tajam pada Virgin Killer yang sudah siap menerjang.
Swoosh
Virgin Killer memukul, namun Yoga dapat menangkapnya. Tangan kiri Yoga yang menangkap pukulan merasa sakit. Keduanya lalu saling baku hantam dengan cepat sehingga petugas lain di sekitarnya tidak dapat melihat jelas perkelahian itu. Senjata di tangan mereka hanya bisa terhenti di udara tanpa mengenal arah yang harus mereka tembak.
Bruakk!
Keduanya kembali terpental menjauh.
"Haaa Haaa Haaa," Tubuhnya sudah merasa capek, dan Yoga merasa sudah banyak tulang dari tubuhnya yang remuk. Lalu dia melihat Virgin Killer yang kembali berdiri, masih dengan tenaga yang tidak tampak terkuras.
'Ini buruk, aku tidak menyangka kekuatan [Kersani] bahkan tidak mampu melukainya! Seberapa kuat tubuh monster ini?!'
Melihat musuh di depannya kian mendekat, Yoga lalu mengumpulkan aura yang ia miliki dan dialirkan ke kedua telapak tangannya. Virgin Killer kemudian berlari cepat, cakar dari kedua tangannya mengarah ke leher Yoga. Sebelum cakar itu mencapai lehernya, Yoga sudah bersiap menghunuskan kedua telapak tangannya dengan kuat, "[Pulo Kali]!"
BANG!!!
Virgin Killer kembali terbang jauh, kini tiga rumah pun menjadi korban benturan. Yoga yang tadinya berdiri tegap melihat ke tubuh yang terbang menjauh tiba-tiba berlutut. Nafasnya berat, keringat mulai mengucur deras dari seluruh tubuhnya.
Walau Yoga sudah mengerahkan hampir seluruh aura yang ada pada dirinya di jurus [Pulo Kali], dia merasa kalau kontak sesaat ketika pukulannya mengenai dada Virgin Killer tampak agak aneh. [Pulo Kali] bukan sekadar pukulan biasa yang dapat menghancurkan fisik luar, namun organ dan aura musuh pun dapat terkena akibatnya. Hanya saja, ketika pukulannya mengenai tubuh musuh, dia merasa tidak ada organ atau aura dalam tubuh musuh untuk dilukai.
Teror seketika terlukis di wajahnya. Yoga melihat ke arah reruntuhan rumah. Dan benar, sebuah siluet berdiri dari reruntuhan, semakin lama semakin jelas siluet itu. Tubuhnya yang remuk akibat dari [Pulo Kali], berangsur kembali seperti semula.
'Oi oi, apa dia platinum?!'
Yoga mengumpati dirinya yang kurang mencermati kasus Virgin Killer dari awal.
"Inspektur! Beri panggilan ke pusat! Kirimkan bantuan! Kita sedang menghadapi Rank Platinum monster,"
Orang-orang di sekitar yang mendengar perintah Kombes Yoga langsung bergemetar ketakutan. Platinum! Hanya sedikit orang yang mempunyai kekuatan seperti ini. Bahkan di Kembang sendiri, hanya satu avonturir yang berkelas platinum, dan sayangnya avonturir tersebut sedang pergi ke luar negeri. Seketika panik mulai bermunculan dari petugas polisi dengan pangkat rendah. Mereka mulai melempar pistol mereka dan berlarian kesana kemari.
Inspektur yang siap melakukan perintah, melihat pimpinannya tidak bergeming dengan tatapan tajam ke arah Virgin Killer, "Pak! Bagaimana dengan anda?"
"Pergi, aku akan di sini untuk menghentikannya. Kita tidak bisa membiarkan monster ini berkeliaran,"
"Tapi, pak…"
"PERGI!"
Inspektur itu langsung lari. Yoga kembali menoleh musuhnya yang sudah seperti orang baru, tubuhnya yang tadi hancur telah sempurna kembali. Yoga kembali mengumpati dirinya.
Namun kejadian yang tidak ia sangka terjadi. Dengan kecepatan yang melebihi dari kecepatan yang ia lihat sebelumnya, Virgin Killer seketika melewati dirinya.
"Brengsek!"
Yoga lalu membalikkan tubuhnya dan mendapati musuhnya itu sudah menaiki atap mobil terbang yang tidak jauh dari barikade mobil polisi. Yoga agak bingung melihat aksi Virgin Killer yang kemudian merobek atap mobil seperti kertas, dan seketika tangannya mencengkram sesuatu dari dalam mobil.
Betapa terkejutnya Yoga, ketika mendapati seorang perempuan diangkat oleh Virgin Killer. Dan Yoga tahu benar identitas perempuan itu.
'Fara Blairheel! Apa yang dia lakukan di sini?!'
Virgin Killer dengan mata yang bersinar dan nafas gairah menjilati pipi lembut Fara.
"Iya..iya…iya…IYAHAHAHAHA!"
Lalu pembunuh itu berubah menjadi kilatan perak berlari menjauh dari kerumunan polisi dengan tubuh Fara di tangannya.
"Sialan!"
Yoga yang melihat ini langsung mengejar kilatan perak itu sambil memerintahkan bawahannya untuk mengawasi dan mengikuti pembunuh itu dengan ribuan drone di langit.
'Aku tidak akan membiarkanmu menambah korban di kota ini!'
Tidak jauh dari tempat perkelahian, beberapa reporter dari berbagai studio telah berkumpul. Mereka berdatangan karena melihat langit di suatu titik berubah merah dan juga suara ledakan yang menggelegar. Dari jauh mereka dapat melihat perkelahian, dan setelah melihat banyak petugas yang melarikan diri, salah satu dari reporter menangkap salah satu petugas itu dan menanyakan apa yang terjadi.
Setelah mengetahui seluk beluk kejadian, wajah mereka berubah teror. Namun sebelum mereka pergi mereka memberanikan diri untuk meliput kejadian dari jauh. Dan dalam liputan, kejadian Fara diculik oleh Virgin Killer terlihat jelas. Seketika itu pun Kembang menjadi pusat perhatian Nusa kembali.
***
Apartemen Bayu.
Bayu yang baru saja terbangun dari tidurnya merasa perutnya kosong karena harus terbangun larut malam. Bayu lalu memasak nasi goreng di dapurnya. Setelah selesai dia membawa sepiring nasi goreng ke ruang tengah, lalu duduk sembari menyalakan TV. Baru saja ia mau menyuap sesendok nasi, tangannya tiba-tiba terhenti di depan mulutnya. Kedua matanya yang sayu tak acuh itu berubah serius setelah melihat berita yang ditayangkan.
"Apa kau lupa memberitahuku?" tanya Bayu serius.
<Tidak tuan, maaf tuan, ketika tuan tidur tadi, saya juga mengistirahatkan tubuh saya sebentar, sehingga saya tidak mengawasi buku untuk beberapa jam>
"Perbarui informasi, dan beritahu apa yang terjadi dari buku Fara."
<Baik tuan>
Bayu lalu mulai memakan nasi gorengnya, tapi pandanganya tetap tertuju pada layar yang menayangkan detik-detik Fara diangkat dan diculik oleh Virgin Killer.