Sore harinya, Ganjar hanya melakukan aktivitas di rumah saja, membantu sang Ibu membersihkan ruangan rumah dan memberi makan ayam-ayam peliharaan sang Ayah.
"Nak, ada telpon!" teriak sang Ibu dari dalam rumah.
"Iya, Bu" jawab Ganjar bergegas melangkah masuk ke dalam rumah.
"Ponsel kamu dari tadi bunyi terus!" terang sang Ibu lirih.
Ganjar melangkah masuk ke dalam kamarnya, kemudian meraih ponsel yang ia letakkan di atas meja.
"Assalamu'alaikum," ucap Ganjar lirih.
"Wa'alaikum salam," jawab Aisyah lembut.
"Ada apa, Ay?" tanya Ganjar.
"Kamu sedang sibuk tidak?" Aisyah balas bertanya.
"Hari ini aku tidak ada aktivitas tidak kemana-mana, hanya di rumah saja. Memangnya ada apa, Ay?"
"Aku mau minta tolong, Jar!" ucap Aisyah.
"Minta tolong apa, Aisyah cantik?" Ganjar menjawab dengan sedikit menggoda kekasihnya itu.
"Ah, kamu. Lebay!" ujar Aisyah. "Aku mau minta ditemani, ke Bogor! Kamu mau kan?" sambung Aisyah.
"Iya, aku mau dan tidak akan pernah menolak." Ganjar menyanggupi ajakan sang Kekasihnya itu.
"Iya, nanti pukul sepuluh aku ke rumah kamu."
"Iya, Ay. Dengan senang hati aku menunggumu di sini," jawab Ganjar.
"Ya sudah, nanti aku ke sana. Assalamu'alaikum," pungkas Aisyah.
"Wa'alaikum salam," jawab Ganjar langsung menutup ponselnya.
Ganjar kembali melangkah ke belakang rumah untuk melanjutkan pekerjaannya memberi makan ayam-ayam peliharaan sang Ayah.
*** Pukul 09:30, Ganjar sudah selesai mandi dan langsung berpakaian rapi, mengenakan kemeja biru pemberian dari sang paman, terlihat gagah sesuai dengan postur tubuhnya yang tinggi dengan gaya rambut tertata rapi. Kemudian ia duduk santai di teras rumah menunggu kehadiran Aisyah seorang gadis cantik pujaan hatinya, tampak gelisah sesekali ia menoleh jam tangan yang melekat di lengan kirinya.
Dalam kesendiriannya itu, datang seorang pria paruh baya dengan mengenakan peci hitam, melangkah menghampiri Ganjar "Assalamu'alaikum," ucap pria paruh baya itu berdiri di samping Ganjar.
"Wa'alaikum salam," jawab Ganjar terperanjat bangkit dari duduknya. "Pak Sopyan!" sambung Ganjar menyambut hangat kehadiran pria paruh baya itu.
"Jam segini sudah rapi, mau ke mana kamu, Jar?" tanya pria paruh baya itu.
"Sedang menunggu, Aisyah Pak." Ganjar langsung meraih tangan Pak Sopyan dengan sikap ramah, Ganjar mencium tangan pria paruh baya itu.
"Aisyah putrinya Haji Mustofa?" tanya Pak Sopyan meluruskan pandangan ke arah Ganjar.
Ganjar tersenyum dan langsung mempersilahkan Pak Sopyan untuk duduk. "Iya, Pak. Silahkan duduk!"
Pak Sopyan duduk di kursi panjang tepat di samping Ganjar dengan meluruskan pandangannya ke wajah pemuda tampan itu. "Bapakmu ada, Nak?" tanya Pak Sopyan lirih.
"Ada, Pak. Sebentar, Ganjar panggil dulu!" Ganjar bangkit melangkah masuk ke dalam rumah untuk memanggil sang Ayah.
Tidak lama kemudian, Ganjar keluar dengan diikuti Pak Edi dari belakang.
"Pak Sopyan! Sudah lama, Pak?" sambut Pak Edi mengulurkan tangan ke arah pria paruh baya itu.
"Belum lama, Pak. Baru datang," jawab Pak Sopyan bangkit meraih uluran tangan sang tuan rumah.
Tidak lama kemudian, Bu Ratna datang menghampiri, ia langsung menyapa tamunya tersebut dengan sikap ramah dan langsung berjabat tangan dengan Pak Sopyan."Bu, buatkan kopi hitam dua!" pinta Pak Edi mengarah kepada sang Istri.
"Iya, Pak," jawab Bu Ratna lirih.
Ibu paruh baya itu melangkah kembali masuk ke dalam rumah.
Selang beberapa menit kemudian, Bu Ratna sudah kembali keluar dengan membawa dua gelas kopi hitam dengan menggunakan nampan. "Silahkan, Pak kopinya!" Bu Ratna meletakkan nampan berisi dua gelas kopi hitam di atas meja.
"Iya, Bu. Terima kasih," ucap Pak Sopyan lirih.
Setelah itu Bu Ratna kembali masuk ke dalam rumah, Pak Edi dan Pak Sopyan langsung berbincang, entah apa yang mereka perbincangkan saat itu. Ganjar hanya diam menyimak perbincangan kedua pria paruh baya tersebut.
Tidak lama kemudian, mobil sedan merah melaju perlahan memasuki pekarangan rumah, berhenti tepat di depan beranda rumah tersebut. Sosok gadis cantik berkerudung merah turun dari mobil, melangkah dengan indahnya menuju ke arah beranda rumah. "Assalamu'alaikum," ucapnya ramah.
Suaranya terdengar lembut, selaras dengan kelembutan sikapnya. Semua yang berada di tempat tersebut menjawab dengan serentak. "Wa'alaikum salam."
Aisyah tersenyum ramah dan langsung berjabat tangan dengan semua yang ada di beranda kediaman tersebut.
"Silahkan duduk, Neng!" sapa Pak Edi tersenyum menyambut kehadiran calon menantunya.
"Iya, Pak. Terima kasih," jawab Aisyah duduk di samping Ganjar.
"Mau jalan ke mana, Neng?" tanya Pak Sopyan lirih.
Dengan ramahnya, Aisyah menjawab pertanyaan dari pria paruh baya itu. "Mau ke Bogor, Pak."
Ganjar bangkit dan langsung mengajak Aisyah untuk segera betangkat, Aisyah dan Ganjar langsung berpamitan kepada Pak Edi, Bu Ratna dan juga kepada Pak Sopyan. Mereka langsung melangkah masuk ke dalam mobil dan berlalu dari kediaman tersebut.
***
Sepanjang perjalanan, tak hentinya Aisyah memandang ketampanan Ganjar yang tampak serius dalam mengemudikan mobil. Aisyah tersenyum-senyum sendiri, Ganjar sedikit menoleh dan tersenyum ke arah Aisyah. "Kita istirahat dulu, Ay. Sekalian makan siang!" pinta Ganjar lirih.
"Iya, Jar," jawab Aisyah lembut.
Pemuda tampan itu langsung menepikan mobil tepat di bahu jalan di depan rumah makan sederhana yang ada di pinggiran jalan tersebut.
"Ayo, Ay!" ajak Ganjar lirih.
Aisyah bangkit dan segera keluar dari dalam mobil, disusul oleh Ganjar dari belakangnya melangkah menuju rumah makan tersebut.
Setelah berada di dalam rumah makan itu, Ganjar langsung memesan makanan kepada sang Pelayan yang ada di tempat tersebut. "Maaf, Mas. Saya pesan dua porsi nasi putih dan ikan gurame bakar pedas!"
"Iya, Mas. Ditunggu ya!" jawab pelayan itu dengan sikap ramahnya.
Tidak lama kemudian, pelayan tersebut sudah kembali dengan membawa makanan yang sudah dipesan oleh Ganjar. Pelayan itu langsung meletakkan beberapa porsi makanan di atas meja di hadapan Ganjar dan Aisyah."Silahkan, Mas, Mbak!"
"Iya, Mas. Terima kasih." Pelayan itu langsung berlalu dari hadapan Ganjar dan Aisyah.
Kedua pasangan kekasih itu, langsung menyantap makanan yang sudah tersedia. Dengan menikmati nuansa sejuk di pinggir jalan, tepat di belakang kios tersebut tampak hijau hamparan sawah yang sangat luas, dari kejauhan terlihat perbukitan dengan panorama alam yang sangat indah. Suasana asri udara sejuk bersih bebas dari polusi.
Usai makan, mereka beristirahat sejenak menikmati indahnya pemandangan alam. Aisyah mengabadikan momen kebersamaan mereka dengan kamera ponselnya. "Sebenarnya kita mau ke mana, Ay?" Ganjar meluruskan bola matanya dengan memandang gadis cantik tambatan hatinya itu.
Aisyah hanya tersenyum, kemudian berkata lirih. "Ya ke sini, ini sudah masuk Bogor kan?"
"Ah, dasar. Aku beranggapan kamu mau mengajakku ke suatu tempat yang jauh," hardik Ganjar.
Aisyah berlari kecil menuju persawahan yang ada di tempat itu, Ganjar tak tinggal diam ia pun mengejar Aisyah berlari menghampiri gadis cantik itu. Keduanya tampak bahagia dengan bermain lari-larian dan saling mengejar satu sama lain, Aisyah kelelahan terduduk lesu di antara hamparan rumput hijau di pinggiran persawahan tersebut. Ganjar terus mengamati dari kejauhan. "Kamu ke sini!" teriak Aisyah.
"Iya, tunggu!" Ganjar melangkah menghampiri Aisyah yang sudah tampak lelah itu.
"Sebentar lagi zuhur, kita cari Masjid dulu yuk, Ay!" Ganjar mengulurkan tangan ke arah Aisyah.
Aisyah hanya mengangguk, kemudian meraih uluran tangan pemuda tampan itu. Ganjar dan Aisyah melangkah menuju ke arah mobil yang terparkir di bahu jalan dekat rumah maka tempat tadi mereka makan. "Ayo, Ay. Masuk!"
Aisyah langsung masuk ke dalam mobil dan Ganjar langsung melajukan mobil tersebut untuk segera menuju ke sebuah Masjid terdekat.
***
Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!