Kepala Eva panas mendengar perkataan Laila barusan. Jika beneran Laila yang hamil terlebih dahulu, bagaimana dengannya? Apa dia masih diterima menjadi menantu? Selama ini ia sudah berusaha keras. Sering ia menggoda Hilman untuk melakukan berbagai macam cara. Bahkan hampir setiap hari mereka berusaha.
"Mungkin sudah nasibku seperti ini. Apapun yang terjadi, aku harus tetap kuat. Ini mungkin cobaan atau karma untukku."
Tidak ada yang perlu ditakutkan di dunia ini, hanya perlu melakukan yang terbaik. Wanita itu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya. Sekedar untuk menangis sebentar, hidupnya yang pedih dan susah dari dirinya masih berusia belia.
Sementara ia membiarkan air mata itu tumpah, sambil bersandar pada tembok dari keramik itu. Seharusnya ia lebih kuat dari ini. "Ayolah, Eva. Aku pasti bisa!" Ia membasuh wajahnya lalu keluar dari kamar mandi.