Hilman membiarkan Laila pergi. Begitupun dengan para pekerja itu. Laila tahu jalan keluar dari kebun dan memutuskan untuk ke tempat biasa anak-anak bermain. Dengan tas yang digendongnya, ia berjalan dengan semangat. Sambil menggenggam es teh manis yang dibelikan oleh Hilman.
"Semangat, semangat!" Laila memegangi perutnya karena masih kekenyangan. Apalagi kalau dibawa untuk jalan kaki. Itu malah membuat perutnya melilit. "Ya Allah. Aku makan kebanyakan jadi perutku sakit. Astaghfirullah Ya Allah." Laila berhenti di pinggir jalan.
Laila saat ini sudah keluar dari pagar perkebunan miliknya. Walau ia tidak mengakuinya namun ia sudah diberitahu Redho, kebun buah tersebut, saat ini adalah miliknya. Meski Laila menolak semua yang diberikan. Ia tidak peduli lagi dengan kepemilikan kebun itu. Lagipula suaminya yang mengurus kebun itu, bukan dirinya.