"Kamu pegangan yang benar! Biar nggak jatuh," ucap Hilman. Tidak ingin Laila terjatuh, yang mengakibatkan dirinya bersalah. Selain itu, ia ingin mempercepat laju sepeda motornya. "Kalau nggak mau pegangan yang kencang, kamu mau jatuh?"
"Eh, enggak. Anu ... pegangan apa, yah?" tanya Laila bingung. Ia berpegangan pada bahu Hilman. Tapi ia tidak berani berpegangan erat.
"Sini!" ujar Hilman. Hilman mengarahkan tangan Laila untuk berpegangan pada pinggangnya. Ada perasaan aneh ketika Laila menyentuh pinggangnya.
"Eh, anu. Gimana, yah?" Laila merasa dadanya berdesir aneh. Ia tidak pernah membonceng sepeda motor sebelumnya. Apalagi jika dibonceng seorang pria.
Laila memegang pinggang Hilman. Dengan kondisi seperti itu, lebih aman jika Hilman mempercepat laju motornya. Mereka melewati perumahan yang sudah sepi. Laila melihat perumahan yang indah itu.