Pagi yang cerah bagiku, meskipun sebenarnya petir terdengar di mana-mana dan tetes air hujan pun turut mengguyur bagian dalam rumahku lewat sela-sela atap yang bocor. Tapi, aku tak peduli. Hujan sederas apapun pagi ini, tetaplah terang bagiku, karena hatiku sedang berawan.
Lekas semua aktifitas pagiku selesai sebelum jam 04.00, sekarang aku bergegas untuk pergi ke kampus yang sudah menjadi naunganku menimba ilmu selama dua tahun terakhir. Aku menyambar sepeda mini kesayanganku, baru menyadari bahwa ibu dan adikku menatap heran. Aku hanya menanggapinya dengan kedikan bahu dan akan mulai mengayuh ringgo (nama sepedaku) ketika terdengar percakapan kedua hawa itu tentangku.
"Mas Juna ada yang aneh, bu." Ujar adikku. Menikmati sambal terong yang sengaja aku sajikan sebagai menu spesial pagi ini. Ibu yang terbaring lemah karena kakinya lumpuh sejak 2 tahun lalu tersenyum simpul. Sekali lagi menatapku, seolah berisyarat agar segera menghampirinya.