Willy melajukan mobilnya perlahan. Sungguh ia merasa sangat rindu dengan Kania, meskipun ia sadar Kania bukanlah siapa-siapa baginya. Malam ini hujan masih turun, namun tidak begitu deras. Hanya saja tampak sedikit lebih sunyi, daripada malam biasanya. Mungkin karena hati Willy terasa sepi, bahkan malam pun juga mewakili kesepiannya.
Beberapa percikan air hujan menempel di kaca mobilnya, akan tetapi ia tidak memperdulikannya, ia masih bersemangat untuk bertemu dengan Kania. Bahkan ibunya beberapa hari yang lalu juga selalu menanyakan keadaan Kania.
"Kania bagaimana kau akan pulang?" kata Farel sembari mengunci pintu cafe.
"Tenang saja kak, aku akan naik bus!!" jawab Kania sembari membereskan sampah yang akan di buangnya.
"Apa kekasihmu tidak menjemputmu?" tanya Farel mengkhawatirkan Kania.
"Mungkin dia sibuk, sudah aku telfon beberapa kali, tapi tidak ada jawaban!" kata Kania dengan wajah murung.
"Kau benar tak apa jika aku meninggalkanmu?" tanya Farel meyakinkan Kania.