Malaikat maut 888 menatap bukit di hadapannya. Bukit kematian ini berada di tengah kota juga. Sama halnya dengan bukit penantian. Hanya bedanya, tidak ada seorang manusia pun yang bisa masuk atau melihat bukit ini. Sekalipun ia memiliki anugrah untuk bisa melihat hal yang tak kasat mata. Hanya roh yang bisa masuk dan melihat bukit ini.
Di puncak bukit terdapat istana kecil. Nampak kecil di dari luar, namun saat masuk, istana itu sangat besar dan mewah. Di sana lah dewa kematian tinggal. Beberapa malaikat maut ada juga yang tinggal di sana. Jiwa- jiwa yang akan reinkarnasi akan di bawa dulu ke bukit penantian. Biasanya untuk mereka yang dapat langsung reinkarnasi dewa kematian akan memberi mereka teh yang berwarna pekat. Teh itu akan membuat mereka lupa akan apa yang telah terjadi dalam kehidupan mereka sebelumnya. Dan, mereka siap untuk menjalani kehidupan yang baru.
Jika roh itu tidak dapat langsung reinkarnasi, maka malaikat maut akan mendampingi mereka melalui 7 pengadilan tinggi. Mereka akan di hukum terlebih dahulu sebelum reinkarnasi. Sesuai dengan dosa yang mereka lakukan. Tapi, jiwa roh itu menolak untuk reinkarnasi dengan satu alasan, maka dewa kematian akan mengirim mereka ke hotel Jeongwol di bukit penantian.
Dengan langkah mantap 888 berjalan menuju pintu gerbang istana. Tidak ada pengawal khusus. Hanya ada beberapa malaikat maut yang menjaga pintu masuk istana. Saat melihat 888 datang salah seorang malaikat maut langsung menyongsong kehadirannya.
"888, ku dengar kau sedang menjalani hukuman dari raja langit. Mengapa kau kemari?" tanya malaikat maut wanita yang bernama Zhiu Er atau 112.
"Aku harus bertemu terlebih dahulu dengan dewa Jug Eun. Tolong beri aku jalan," ujarnya. 112 langsung mengangguk dan membawa 888 masuk.
Di dalam istana nampak dewa Jug Eun sedang duduk sambil menyesap teh hangat. Saat melihat kedatangan 888 ia hanya tertawa kecil.
"888, ada apa kau mencariku?" tanyanya dengan suara yang tegas. 888 langsung menghadap dan segera memberi hormat kepada dewa Jug Eun.
"Yang mulia dewa, saya sedang membawa roh Kang Dae Jung ke istana dewi Zhengyi. Namun, saya membutuhkan satu saksi supaya Kang Dae Jung dapat reinkarnasi. Bolehkah saya melihat kitab kematian? Saya ingin melihat catatan roh dari anak manusia yang bernama Liu Wen 200 tahun yang lalu," ujar 888.
Dewa Jug Eun tertawa terbahak-bahak. "Raja langit rupanya sedang memberimu tugas yang lumayan membuatmu lelah, Kim Young Joo. Hahahah...dan aku yakin, kau akan bolak balik mondar mandir kemari sampai kau bisa menyelesaikan hukumanmu itu."
"Apakah yang mulia bisa membantu saya?"
Jug Eun menghela napas panjang. Ia lalu mengeluarkan sebuah perkamen dari kulit binatang. Lalu ia menyerahkannya kepada 888.
"Itu adalah perkamen ajaib milikku. Jika kau mencari arwah seseorang, kau tinggal menuliskan namanya di atas perkamen itu. Lalu, mengetuknya 3 kali. Maka, akan muncul catatan reinkarnasi arwah yang kau cari itu. Kau boleh meminjamnya. Tapi, ingat baik-baik, perkamen itu tidak boleh sampai hilang. Jika sampai hilang, aku akan menambah hukuman untukmu. Di luar dari hukuman yang raja langit berikan kepadamu. Kau mengerti?"
888 membungkuk dan memberikan hormat kepada dewa kematian. Ia meraih perkamen yang di berikan kepadanya itu. Lalu perlahan ia menuliskan nama Liu Wen dan tahun kehidupannya. Setelah itu, ia mengetuk perkamen itu sebanyak 3 kali. Kemudian ia menanti sejenak. Tiba-tiba nama Liu Wen yang ia tulis menghilang. Dan, tak lama kemudian muncul nama tempat di atas perkamen itu. 'Hotel Jeongwol'.
888 menatap dewa kematian. "Hotel Jeongwol, arwah Liu Wen ada di Jeongwol?"
"Kenapa kau begitu kaget?"
"Maaf yang mulia. Jika dia meninggal 180 tahun yang lalu. Artinya 20 tahun setelah kematian Kang Dae Jung. Selama 180 tahun ini dia tinggal di Jeongwol? Apa yang ia tunggu sebenarnya?" tanya 888.
"Bukan aku yang berhak menjawabnya kali ini, lebih baik kau segera ke bukit penantian. Jangan membuang waktu. Ingat, waktumu hanya 10 tahun. Pergilah sana, cepat!" perintah dewa Jug Eun.
888 melipat perkamen yang di berikan dewa kematian lalu memasukkannya ke dalam saku dalam pakaiannya . Setelah memberi hormat, ia pun segera meninggalkan istana. Tanpa membuang waktu, 888 segera berangkat menuju bukit penantian.
888 langsung membuka pintu hotel Jeongwol. Ia di sambut hangat oleh Yuna yang kebetulan baru saja keluar dari lift. Gong Liu yang melihat kedatangan 888 juga langsung tersenyum hangat.
"Malaikat maut 888? Ada apa? Apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Yuna.
"Bisakah aku bertemu dengan tamu kalian yang bernama Liu Wen? Dia sudah berada 180 tahun di hotel ini. Tolong, izinkan aku untuk bertemu dan membawanya menghadap dewi Zhengyi."
Yuna dan Gong Liu saling pandang. "Tamu yang selalu nampak murung di kamar 303 itu, manager Yu," ujar Gong Liu. Yuna mengangguk. "Baiklah, aku akan membawanya kemari. Atau kau ikut bersamaku ke atas? Kau bisa menunggu di restoran. Sambil aku memanggilnya turun," ujar Yuna.
"Baiklah, aku ikut ke atas. Tolong, katakan kepadanya aku akan membawanya bertemu dengan Kang Dae Jung," ujar 888. Yuna tak menjawab, namun ia dengan cepat langsung melangkah menuju lift. Mereka berdua pun langsung menuju ke lantai 3 hotel.
888 melangkah menuju sofa dan duduk di sana, sementara Yuna bergegas menuju kamar 303 yang juga berada di lantai yang sama. Tak lama kemudian, Yuna nampak berjalan menghampiri 888 dengan seorang lelaki bertubuh tinggi dengan kumis dan jenggot yang terpelihara dengan rapi. Lelaki itu langsung menyapa 888 dengan ramah.
"Manager Yu mengatakan kepadaku, ada seseorang yang bernama Kang Dae Jung mencariku. Lalu, dimana dia sekarang?" tanyanya sambil menebarkan pandangannya ke sekitar mereka.
"Aku akan menjelaskannya di perjalanan. Tapi, sebelumnya aku ingin bertanya, apakah anda bersedia membantu Kang Dae Jung sekarang?"
"Tentu saja, aku sudah 180 tahun menunggunya di sini. Selama ini aku sudah menanti. Dewa kematian waktu itu mengatakan kepadaku bahwa Kang Dae Jung tidak akan pernah bisa lagi bertemu denganku karena ia harus menjalani hukuman abadi. Tapi, aku tidak percaya dan aku selalu memanjatkan doa kepada raja langit supaya aku di beri kesempatan untuk bertemu dengannya meski hanya sebentar," tutur Liu Wen.
888 tersenyum dan langsung bangkit berdiri. "Kalau begitu, kita pergi sekarang?" tanya 888. Liu Wen tersenyum dan mengangguk. "Apakah tuan Liu akan kau antarkan kembali kemari?" tanya Yuna pada 888.
"Tidak, Yuna. Tuan Liu akan mendapatkan kejutan. Dan, dia akan melanjutkan perjalanannya setelah bertemu dengan sahabatnya di masa lalu."
Mereka semua menoleh serentak, nampak dewi Xiang sedang tersenyum dan menghampiri mereka.
"Tuan Liu, anda akan segera melanjutkan perjalanan anda setelah ini. Malaikat maut 888 yang akan mengantarkan anda nanti. Terimakasih sudah menjadi tamu kami selama kurang lebih 180 tahun," ujar dewi Xiang dengan ramah.
Liu Wen membungkukkan tubuhnya pada dewi Xiang. "Terimakasih kembali, Dewi Xiang," ujarnya.