Entah mengapa tiba- tiba bayangan akan sebuah kejadian melintas di kepala Diao Chan. Namun, pada detik berikutnya gadis cantik itu mengambil cincin yang lebih besar dan memasangkannya di jari manis Kuan Si, dan menyisakan satu cincin yang berukuran lebih kecil. Kemudian dengan wajah merona merah ia mengulurkan tangan kanannya, "Kau mau memasangkan cincin itu di jarimu, bukan?" tanya Diao Chan membuat senyum Kuan Si mengembang seketika. Tanpa ragu ia langsung memasangkan cincin itu di jari manis Diao Chan.
"Aku mencintaimu, Diao," bisiknya mesra. Diao Chan hanya tersipu malu, dan ia langsung menutup wajahnya tatkala suara tepuk tangan terdengar dari semua tamu yang datang.
Cha Yujin menghampiri Diao Chan dengan wajah penuh kebahagiaan.
"Ah, akhirnya kau menjadi menantuku juga," ujarnya.
"Calon, belum menantu resmi," sahut Sun Xia yang langsung di sambut gelak tawa.
Dan setelah pesta selesai.Malam itu Diao Chan dan Kuan Si duduk berdua di teras rumah Diao Chan. Besok pagi Kuan Si sudah akan berangkat ke asrama untuk menjalani pendidikan kepolisiannya.
"Kau menyebalkan sekali?" kata Diao Chan. Kuan Si hanya tertawa kecil.
"Tapi, kau mencintaiku kan," goda Kuan Si. Diao Chan hanya mencebikkan bibirnya.
"Sejak kecil kau selalu saja menggodaku,memang kau ini."
Lee Kuan Si tertawa terbahak-bahak. "Aku sengaja agak kau kesal padaku. Hm, kalung yang kau kenakan itu cantik sekali. Siapa yang memberikannya?" tanya Lee Kuan Si.
"Betul, ibu rasanya baru melihat kalung...eh..."
Sun Xia mendekati Diao Chan dan melihat kalung emas dengan liontin berbentuk bulan sabit itu. Ia langsung memanggil Yukio untuk datang mendekat.
Yukio yang melihat kalung itu langsung kaget. Ia tentu mengenal kalung itu dengan baik.
"Darimana kalung ini, Diao?" tanya Yukio.
***
Sun Xia membelai rambut panjang Diao Chan.
"Ibu mengerti perasaanmu. Tidak semua lelaki bisa dengan mudah mengungkapkan perasaannya. Tapi, ada juga yang seperti Kuan Si. Dia termasuk anak yang agak susah mungkin untuk mulai mengutarakan isi hatinya."
"Kan tidak lucu jika aku yang harus memulai, bu. Selama ini aku sudah sering memberikan isyarat. Tapi, memang dia tidak pernah peka."
Sun Xia hanya terkekeh. "Dekorasimu sudah selesai? Kau mau ikut ibu untuk mengambil kue pesanan ibu? Catering akan datang jam 5 sore. Acaramu di mulai pukul 7 bukan? Kau mau mengambil kue dan cemilan lain? Mungkin kau ingin cemilan lainnya selain yang sudah ibu pilih? Jika mau ikut, mandilah dulu."
"Aku mau melakukan perawatan bu. Ibu saja yang pergi tidak mengapa kan?" tanya Diao Chan. Sun Xia hanya tersenyum.
"Baiklah, kau jaga rumah dan lakukanlah perawatan ya. Ibu hanya mengambil kue dan cemilan yang lain. Sekalian menjemput ayahmu."
Diao Chan mengangguk. Ia melambaikan tangan pada ibunya. Baru saja ia akan menutup pintu, seorang wanita cantik tiba-tiba membuka pagar rumahnya. Diao Chan mengerutkan dahinya, karena ia baru pertama kali melihat wanita itu.
"Bibi mencari siapa?" tanyanya ramah.
"Kau pasti Diao Chan. Aku adalah Xiang. Aku teman lama ayah dan almarhum bibimu Hyun Jae. Dulu, saat aku kemari kau masih bayi. Jadi, pasti kau tidak mengenaliku. Apa ayah dan ibumu ada di rumah?"
"Ibu baru saja pergi. Dan, ayah sore nanti baru pulang. Bibi mau menunggu?kebetulan malam ini aku merayakan ulang tahunku yang ke 17. Bibi mau menemaniku untuk meniup lilin?" tanya Diao Chan.
Wanita itu yang tak lain adalah Dewi Xiang hanya tertawa kecil sambil mengeluarkan kotak kecil dan langsung memberikannya pada Diao Chan.
"Bibi tidak bisa lama. Karena bibi tau bahwa putri cantik ini berulang tahun itu sebabnya bibi mampir. Untuk memberikan hadiah ini. Terimalah Diao Chan. Selamat berulang tahun ya."
Diao Chan terpaku, ia menatap Dewi Xiang tak berkedip.
"Ini buatku?"
"Tentu saja. Bukalah..."
Diao Chan membuka kotak kecil itu perlahan. Dan saat melihat isinya, ia merasa takjub. Dewi Xiang tersenyum manis. Dia meraih kalung dengan liontin berbentuk bulan sabit itu dan langsung memakaikan di leher Diao Chan yang jenjang.
"Sudah, kau cantik sekali," ujar Dewi Xiang lalu mengelus pipi Diao Chan sekilas.
"Selamat ulang tahun, Diao Chan. Semoga panjang umur dan Dewa memberkatimu selalu. Bibi pamit ya, sampaikan salamku pada kedua orangtuamu."
"Bibi tidak menunggu?"
"Lain kali kita akan bertemu lagi. Kau baik-baik ya."
***
"Bagaimana ciri- cirinya?" tanya Yukio.
"Bibi itu cantik sekali. Dan, dia mengatakan bahwa dia teman lama ayah dan juga almarhum bibi Hyun."
"Kau yakin dia mengatakan bahwa namanya adalah Xiang?" tanya Yukio lagi. Diao Chan menganggukkan kepalanya.
***
"Apakah Kim Young Jo dan Guan Si akan reinkarnasi segera?" tanya Miok So pada Dewi Xiang sambil membawakan teh hangat untuk sang Dewi. Dewi Xiang mengangguk.
"Kau bahkan tidak akan menyangka jika mereka kelak akan lahir menjadi kakak adik."
"Kakak beradik?"
"Ada karma yang harus di bayar bukan, Miok So? Guan Si masih memiliki hutang untuk mempersatukan Kim Young Jo dan juga Yue Liang. Sementara Kim Young Jo masih memiliki janji yang harus ia tepati. Jadi, mereka akan datang dan masuk ke dalam keluarga yang memang sudah seharusnya mereka bayar karma baiknya. Terlebih Guan Si dia harus membayar karma pada orang yang sudah memiliki jasa besar dalam hidupnya."
"Maksudnya sang Dewi?"
"Kelak kau akan mengerti."
***
"Jadi, Dewi Xiang pernah memberitahu hal itu kepadaku. Jika mereka lahir menjadi kakak beradik kemungkinan besar Lee Jian Si adalah Guan Si dan Lee Kuan Si adalah Kim Young Jo. Dan, bukan tidak mungkin jika Diao Chan adalah Yue Liang, Yukio."
Yukio terhenyak. "Ah, aku pernah menduga hal ini sebelumnya. Ini rupanya rencana Dewa. Dan, kau tau bagaimana hubungan mereka? Selalu bertengkar setiap saat. Diao Chan tidak pernah mau mengalah pada Lee Kuan Si. Namun, pada Jian Si, dia menurut sekali seperti seorang adik pada kakaknya. Meski terkadang mereka juga bertengkar hebat. Ah, aku mulai mengerti sekarang."
"Aku ingat, dulu Hyun Jae pernah bercerita kepadaku. Bahwa ia dan Kim Young Jo pada awalnya sering bertengkar. Dan, sekarang terjadi lagi? Hahah...mereka itu benar-benar."
"Raja langit sudah merubah penampilan mereka rupanya. Pantas setiap kali aku melihat Diao Chan aku sperti melihat kak Hyun Jae," ujar Yukio.
"Jika memang dia adalah Yue Liang, Hyun Jae. Tunggu sampai usia Diao Chan 17 tahun. Dewi Xiang sendiri yang akan memberikan kalung yang dulu di berikan oleh Kim Young Jo padanya, Yukio. Kau jangan khawatir."
"Betulkah? Apakah dulu..."
"Kau sendiri yang membawa kalung itu pada Dewi Xiang ke bukit penantian, Yukio. Apa kau lupa?" tanya Miok So.
"Waktu itu, Dewa Jug Eun memberiku obat sehingga aku tidak memiliki indera keenam lagi. Karena beliau mengatakan bahwa akan berbahaya jika aku masih memiliki penglihatan yang...ya begitulah. Tapi, rupanya ada beberapa hal yang aku lupakan."
"Ah, ya aku mengerti. Dewa Jug Eun mengatakan bahwa hal- hal penting akan tetap aku ingat. Dan, bicara tentang Diao Chan, gadis kecil itu keras kepala. Persis sama dengan kak Hyun Jae. Dia terkadang menyebalkan juga. Apalagi jika manjanya sedang kumat. Kepalaku mau pecah di buatnya."
"Dia masih kecil, Yukio."
"Tapi, beberapa kali dia mengatakan padaku dan Sun Xia jika dia sering bermimpi menjadi seorang putri kaisar."
"Karena memang dia adalah seorang putri."
***
Senyum Yukio mengembang seketika. Ia menyadari siapa yang kini ada di hadapannya. Takdir memang selalu di luar dugaan.