Dengan kaki telanjang, ia terus melangkah menginjak semak-semak yang di penuhi duri, melukai kulit nya, dan membuat darah mulai berceceran. Namun, ia tak merasakan sakit walau duri-duri menyayat kulit yang putih. Seakan tubuh nya sudah mati rasa.
Di belakang mansion terdapat sebuah paviliun. Gadis itu memasuki nya. Di dalam terdapat banyak benda tajam, seperti parang, tombak, kapak, dan masih banyak lagi.
Sebuah senyum evil terlukis horor dari bibir gadis itu, mata nya mengamati sebuah kapak yang ia pegang. Pandangan nya begitu tajam, bagaikan se ekor harimau yang hendak menyergap mangsa nya.
°
°
°
Malam semakin larut, hawa dingin semakin menyengat hingga merasuk ke tulang belulang. Di depan mansion, terlihat Arland, Kiano, Tio dan Agnes sedang menghangatkan tubuh mereka di depan api unggun yang mereka nyalakan.
"Malam ini hawa nya dingin sekali." tukas Kiano.
"Dingin karena kita sedang berada di tengah hutan. Pepohonan ini yang menyebabkan hawa dingin tersebut." kata Arland.
"Bukan hanya dingin, di sini juga di penuhi nyamuk-nyamuk jahannam yang menghisap darah ku." ujar Tio kesal, sembari menepuk-nepukkan tangan nya untuk menangkap para nyamuk yang terus memangsa darah.
"Nama nya juga di hutan." tukas Kiano.
"Huuuuf aku sangat lapar, apa tidak ada makanan sama sekali di sini ?" Agnes mulai mengeluh saat perut nya terus berbunyi meminta untuk di isi.
"Aku hanya ada air di dalam tas ku. Minum saja yang banyak, nanti kau pasti akan merasa kenyang." kata Kiano menawarkan air milik nya.
"Aku ini lapar bukan haus. Aneh-aneh saja, kau mau membuat perut ku jadi kembung ?" ujar Agnes kesal.
"Ya sudah kalau tidak mau." tukas Kiano tak mau ambil pusing.
"Sayang, aku lapar sekali. Tolong carikan sesuatu, memang nya kamu mau aku mati kelaparan ?" rengek Agnes pada Tio.
"Teman-teman bagaimana ini ? Seperti nya pacar ku sangat lapar. Ikutlah dengan ku untuk mencari sesuatu yuk ?" ajak Tio pada kedua teman nya.
"Ikutlah dengan ku, aku akan membantu mu." Arland yang masih memiliki sisi baik pun mau membantu nya.
"Kiano jaga Agnes ya, aku mau ikut Arland untuk mencari sesuatu yang bisa di makan. Sayang kamu tunggu di sini saja, bersama Kiano ok." tukas Tio sebelum pergi.
"Baiklah. Hati-hati sayang." ucap Agnes sembari melambaikan tangan nya pada Tio yang berjalan di belakang Arland.
Kini tinggallah Kiano dan Agnes yang masih duduk di halaman mansion sembari masih menghangatkan tubuh mereka.
"Sejak kapan kalian jadian ? Perasaan baru minggu kemarin Tio masih sama Lisa." tanya Kiano memecah keheningan di antara mereka berdua.
"Sejak tiga hari yang lalu. Lisa, siapa dia ?" tanya Agnes penasaran.
"Setau ku minggu lalu dia adalah pacar Tio, mungkin saja sekarang mereka sudah putus, karena Tio sudah berpacaran dengan mu." jawab Kiano.
"Apa Tio sebelum nya terlihat sangat mencintai Lisa ?" tanya Agnes lagi.
"Entahlah, aku tidak tahu, dan tidak terlalu memperhatikan nya." jawab Kiano cuek.
Kedua nya kembali diam, dan suasana sunyi pun kembali di antara mereka berdua.
Agnes yang merasa lelah dan suntuk, akhir nya ia berdiri dari duduk nya, dan berjalan-jalan kecil mengitari api unggun, sembari sesekali menggeliat untuk merenggangkan otot-otot nya.
"Kiano, lihatlah. Di balkon lantai tiga, seperti nya ada seseorang." kata Agnes yang melihat seseorang tengah berdiri di balkon lantai tiga di mansion tersebut. Terlihat remang-remang dan samar, karena malam itu begitu gelap, bulan pun tidak bersinar dengan terang. Hanya ada sedikit cahaya dari api unggun yang mereka buat.
"Aku tidak bisa melihat nya, mata ku minus, tolong ambilkan kaca mata ku di dalam tas." tukas Kiano yang tak dapat melihat nya karena mata minus yang ia derita.
Agnes pun segera mengambilkan kaca mata milik Kiano.
"Terima kasih." ucap Kiano sembari memakai kaca mata nya.
"Dimana ?" tanya Kiano setelah selesai memakai kaca mata, sembari melihat ke arah balkon yang Agnes maksud.
"Di sana, tadi berdiri di atas sana. Entah sekarang kemana pergi nya ?" jawab Agnes.
"Apa mungkin itu hantu penunggu rumah ini ?" kata Kiano yang memang sedikit penakut dan percaya akan hal mistis.
"Mana ada hantu di jaman sekarang ? Mungkin saja tadi aku salah lihat." tukas Agnes yang tak percaya dengan ada nya hantu.
"Terserah kau saja. Huuuuf di mana mereka ? Kenapa tak kunjung datang ? Mana aku jadi merinding begini." kata Kiano yang tiba-tiba merasa merinding.
"Kiano, lihatlah. Ini terlihat lebih jelas. Seperti nya, benar-benar ada orang di dalam." ucap Agnes lagi, yang kembali melihat sesuatu.
"Dimana ?" tanya Kiano.
"Di jendela kaca lantai dua." Agnes pun menunjukkan pada Kiano.
"Itu_"
"Apa kau sudah melihat nya ?" tanya Agnes.
"Ya aku melihat nya. Seperti nya benar-benar ada hantu di rumah ini." tukas Kiano semakin merinding.
"Tidak Kiano. Itu bukanlah hantu, aku yakin. Seperti nya dia manusia." kata Agnes.
"Agnes dia pergi. Seperti nya dia tahu kalau kita memperhatikan nya."
"Kau benar. Biarlah, abaikan saja. Mungkin dia juga sama dengan kita, tidak bisa pulang dan memilih menginap di sini." tukas Agnes cuek.
"Tapi penampilan nya sangat aneh." Kiano curiga.
"Aneh bagaimana ? Ku lihat dia adalah seorang gadis yang memakai hijab. Seperti nya dia cantik, karena kulit nya terlihat sangat putih, walau pun tidak terlalu jelas, tapi aku masih bisa melihat nya."
"Terserahlah. Agnes, ku rasa orang itu kembali muncul." ucap Kiano tiba-tiba, saat ia melihat seseorang kembali muncul. Dan sekarang berada di sebuah jendela yang sudah rusak di lantai satu.
Agnes segera menoleh, dan benar saja, orang tadi melihat ke arah mereka yang sedang duduk di depan api unggun.
"Hey, apa kau juga menginap di sini ? Kemarilah, berkumpul. Kau pasti kedinginan." sapa Agnes.
"Agnes seperti nya dia memang aneh, dia sangat menakutkan. Sebaik nya kita pergi saja menyusul Arland dan Tio." tukas Kiano merasa ada yang janggal di hati nya.
"Dia jelas-jelas manusia, kenapa kau takut ?" kata Agnes yang tak memiliki rasa was-wasa sedikit pun.
"Agnes, lihatlah, dia memegang sesuatu. Ayo lari." teriak Kiani setelah melihat orang di jendela mengangkat tangan nya yang kini memegang kapak yang begitu tajam dan mengkilap.
Agnes menoleh kembali ke arah orang tadi. Dan saat ia menoleh, sebuah kapak telah terbang ke arah nya, menancap tepat di kepala Agnes.
"Aaaaaaaaaaaaaaaa." teriak Kiano histeris, saat ia melihat tepat di depan mata nya ada sebuah pembunuhan yang sangat sadis.
Saat melihat ke jendela, kini Kiano melihat, orang di sana telah kembali...
To be continued...
WARNING!!!
Bab ini banyak mengandung kekerasan, dimohon bijak dalam membaca.
Anak di bawah umur dimohon tidak mendekat.
— 新章節待更 — 寫檢討