Sebuah mobil jeep Land Rover berwarna biru gelap memasuki halaman sebuah rumah yang terletak di pinggiran Kota Berlin, tepatnya berada di bagian selatan Kota Berlin.
Dengan mengenakan celana jeans berwarna biru gelap, baju batik lengan panjang berwarna gelap serta sandal gladiator berwarna hitam. Athena dan Simone keluar dari jeep Land Rover yang disupiri oleh pasangan ibu dan anak tersebut secara bergantian. Banyak orang berkumpul dan anak-anak yang bermain gelatik di halaman rumah berarsitektur Perancis yang bertingkat dua dengan dindingnya yang berbatu, bercerobong asap dua berukuran sedang, serta memiliki enam jendela yang lebar, dan bergenteng berwarna abu-abu.
Mereka semua adalah Stadtholder Nikolaus, Puteri Juliana, Maximilian, Beatrix, Fredericka, Anastasya, Gustav, Kanselir Leopold, Elizabeth, Charla, dan Charlemagne. Stadtholder Nikolaus sedang duduk di kursi yang melingkari sebuah meja bundar berukuran besar bersama dengan Puteri Juliana, Kanselir Leopold, dan Elizabeth. Mereka berempat tengah membicarakan hal yang terdengar cukup penting.
Athena melihat Maximilian dan Charlemagne sedang memetik buah jeruk pada sisi kanan kebun halaman rumah yang dipenuhi dengan buah jeruk yang pohonnya agak besar. Charla dan Beatrix sedang bermain gelatik dengan si kembar tiga Fredericka pada sisi kiri kebun halaman rumah.
"Kau lebih cocok sebagai kuli di kebun jeruk, Maximilian," celetuk Athena dengan nada usil.
"Diamlah sapi holstein," balas Maximilian dengan nada dingin.
Athena yang terbakar emosi setiap kali ada yang membahasa tentang dadanya, segera mengarahkan tangan kanannya ke arah Maximilian, namun Simone segera memegang tangan kanan anaknya.
"Tahan amarahmu, Athena. Kau seharusnya tidak memulai duluan," tegur Simone kepada anak kandungnya.
"Kalau melihat Athena dan Maximilian bertengkar, jadi teringat dengan Nikolaus dan Elizabeth yang selalu ribut bagaikan 'Tom and Jerry,'" ujar Kanselir Leopold mengomentari kedua anak yang telah mencapai usia dewasa tersebut. Sementara Stadtholder Nikolaus dan Puteri Juliana hanya tersenyum tipis melihat kelakuan kedua anak muda tersebut.
Charla segera berlari menghampiri Athena dan segera memeluknya, "Aku benar-benar kangen kamu, adikku, Athena."
"Ah, aku juga, Charla," balas Athena.
Charla dan Athena melepaskan pelukan mereka dan Charla segera memeluk Ibu tirinya. "Kau terlihat seperti seorang gadis, meskipun sudah berusia empat puluh tahun. Kira-kira apa rahasianya, mommy?"
"Yah, kurasa kau harus hidup bahagia tanpa memikirkan hal yang tidak ada gunanya," jawab Simone.
Tangan kanan Charla menyentuh wajah ibu tirinya dan merabanya, "Padahal kau tidak pakai kosmetik. Kenapa kulitmu sehalus ini?"
"Aku sering mengkonsumsi alpukat, kuaci, kacang kenari, teh hijau, cokelat, dan menggunakan minyak zaitun untuk menggoreng," jawab Simone.
"Segitu kamu sudah cantik seperti Tuan Puteri Charla," imbuh Margareth.
"Walaupun kamu itu papan triplek!" ejek Anastasya diiringi tawa yang keras.
Charla langsung terbakar emosi jika ada yang menyebutnya papan triplek. Dia segera melepas sepatunya dan melemparkannya ke arah Anastasya. Dengan santainya Anastasya mendorong tubuh Gustav, sehingga Gustav yang terkena lemparan sepatu, dan membuatnya menangis. Anatasya berlari sambil mengacungkan jari tengah ke arah Charla.
"Ayo kejar aku, papan triplek!" Anastasya berlari seraya tertawa jahat.
Charla segera berlari mengejar Anastasya, dan berteriak, "Terkutuklah kau, anak Setan!"
Kanselir Leopold dan Elizabeth menatap Stadtholder dan Nyonya Stadtholder lalu menyampaikan sebuah permintaan maaf. "Maafkan akan kelakuan anak sulung kami," kata mereka berdua.
"Kami juga minta maaf akan kelakuan Anastasya," balas mereka berdua yang juga meminta maaf akan perkataan Anastasya yang tidak sopan.
"Sepertinya hari ini sangat ramai," ujar Simone.
"Kalau sedang nakal, Anastasya sering mencari masalah," balas Athena.
Simone dan Athena menghampiri keempat orang yang tengah duduk di meja bundar.
"Selamat pagi, Ayah, Ibunda, Paman Nikolaus, dan Bunda Juliana," sapa Athena kepada keempat Orang yang berharga bagi dirinya.
"Selamat pagi, Stadtholder Nikolaus, Puteri Juliana, Nyonya, dan Tuan Kanselir," sapa Simone.
"Pagi juga, sahabatku, Simone," balas Elizabeth yang segera memeluk Simone dan Athena. "Silahkan duduk." Elizabeth mempersilahkan Athena dan Simone duduk. Mereka berdua segera duduk, di mana Athena duduk di sebelah Puteri Juliana, dan Simone yang duduk di antara Athena dan Elizabeth.
"Kalian berdua terlihat seperti kakak-adik daripada ibu dan anak," balas Puteri Juliana. "Aku kira hanya kami yang diundang, namun kalian juga mengundang Simone." Puteri Juliana dan Stadtholder Nikolaus menatap Kanselir Leopold, "Aku yakin Elizabeth akan setuju. Apakah kau ingin menikah lagi, Leopold?" kalimat pertanyaan itu dilontarkan oleh Puteri Juliana.
"Tidak," jawab Leopold spontan. "Satu Istri cukup!" tegasnya.
"Aku adalah seorang lesbian dan aku sudah bahagia dengannya!" Simone juga menimpali Leopold, mengingat dia merasa jengah akan kalimat yang dilontarkan oleh mantan suaminya. "Aku benci dengan penghianat."
Suasana menjadi agak dingin ketika baik Leopold maupun Simone sama-sama membuang muka dan bertingkah layaknya anak-anak.
Suasana yang dingin ini menyebar sehingga atmofernya terasa dingin meskipun pagi hari ini begitu cerah dan indah.
Athena yang merasa jengah akan situasi tersebut segera angkat bicara seraya menatap Ayahnya, "Memang benar kata Frau Eleonora, bahwa dewasa itu bukan ditentukan melalui usia!" ucapnya dengan nada tegas.
"Untuk saat ini, kau benar-benar memalukan, Ayah!" cibir Charlemagne yang berjalan bersama Maximilian sambil membawa keranjang penuh buah jeruk.
Merasa tersindir oleh Athena, dan Charlemagne, membuat Leopold menatap mantan Istri keduanya dan perlahan ekspresi wajahnya berubah menjadi ekspresi wajah penuh rasa bersalah, "Simone, maafkan aku," ucapnya menyampaikan sebuah permintaan maaf untuk kesekian kalinya sambil membungkukan badannya sedikit.
"Aku sudah lama memamaafkanmu, Playboy cap singa," balas Simone dengan nada dingin dan kata yang menusuk. Perempuan Belanda berdarah biru itu menyentuh perut Elizabeth, "Istrimu sedang hamil dan seorang bayi di rahimnya. Apakah kau tidak tahu?"
Leopold terlihat begitu kaget segera menggenggam pundak istrinya, "Kau sedang hamil, kenapa tidak kabari aku?!"
"Aku tidak ingin kau panik, mengingat kau sudah terbebani banyak hal," jawab Elizabeth dengan tenang. "Aku tidak ingin membebanimu."
"Hanya ayah yang tidak tahu bahwa ibunda sedang hamil," imbuh Athena.
"Bagaimana kalian bisa tahu?" tanya Leopold.
"Karena kami adalah wizard dan Charla sudah memberitahu Charlemagne dan dia meminta Charlemagne untuk diam," jawab Athena.
"Yang jelas aku baru tahu bahwa Elizabeth hamil lagi," kata Stadtholder Nikolaus angkat bicara.
"Aku juga," imbuh Puteri Juliana.
"Selamat yah, Bibi Eliz. Aku sudah tidak sabar menantikan kehadiran para adik sepupuku," ungkap Beatrix.
Kanselir Leopold segera memeluk istrinya, dan berkata, "Terima kasih, Tuhan. Aku benar-benar senang istriku hamil lagi." Simone tersenyum tipis melihat suaminya yang menangis bahagia sambil memeluk Elizabeth.
Puteri Juliana melirik Simone sekilas dan berbisik kepada Suaminya, "Dari ekspresi Simone menjelaskan bahwa, 'Aku bahagia melihatmu bahagia dengannya.'" Stadtholder Nikolaus hanya mengangguk pelan dan mengacungkan jempol tangan kanannya.
Simone menepuk pelan bahu anaknya, dan berbisik, "Selamat yah, Athena. Kau akan menjadi seorang kakak. Aku yakin kau akan menjadi kakak yang baik bagi keempat adikmu."
Elizabeth menatap Simone, "Kalau mereka berempat telah lahir, aku ingin kau mengasuh dua di antaranya." Perkataan Elizabeth membuat Simone sedikit kaget, dia melirik mantan suaminya. Leopold yang duduk di samping Elizabeth mengangguk pelan, pertanda merestui mantan istri keduanya untuk mengasuh dua anaknya.
"Baiklah jika itu mau kalian berdua, aku siap menerimanya, dan akan mengasuh mereka kedua dengan baik," balas Simone. "Kau harus jaga kesehatan dan dirimu, Eli. Mengingat kau-"
"Jiwaku masih muda, meskipun sudah empat puluh empat tahun." Elizabeth tertawa pelan, mengingat dia sudah tahu kalimat yang akan diucapkan oleh Simone.
.
.
Berbagai makanan tradisional Perancis tersaji di meja bundar, mulai dari roti, buah-buahan, sop yang penuh sayur-mayur yang menyehatkan, daging ayam, dan sapi yang dipanggang serta kacang-kacangan. Mereka semua tengah makan dalam keadaan yang hening, termasuk si kembar tiga yang selalu hening saat makan, mengingat Puteri Juliana adalah seorang ibu yang tegas, dan keras.
Setelah selesai makan Stadtholder Nikolaus menunjukkan sebuah foto yang dibingkai. Di dalam foto itu terpotret seorang perempuan berambut pirang pendek bergelombang yang mengenakan kaos lengan pendek dan celana jeans pendek dengan tangan kanannya yang dipenuhi dengan tato bermotif tribal. Kembali kepada foto pada bingkai. Ekspresi wajah perempuan bertato itu terlihat bahagia sambil menggendong seorang bayi perempuan berambut pirang dengan latar belakang Candi Borobudur di belakangnya.
"Setelah peristiwa itu. Aku ingin sekali menunjukkan foto ini padamu, Athena. Tapi sayangnya, kau, dan Charla berhasil membuat Leopold mengalami patah tulang. Sehingga baru kali ini aku menunjukkan fotomu dengan ibu kandungmu," ujar Stadtholder Nikolaus. Dia memberikan foto yang terbingkai itu kepada Athena.
Athena terlihat berkaca-kaca menatap foto dirinya yang masih kecil bersama ibu kandungnya.
"Padahal aku ingin sekali menyimpan foto itu. Tetapi kalian berdua melarangku," keluh Simone.
"Kalau softcopy aku menyimpannya di Komputer rumah," ujar Puteri Juliana. "Nanti aku kirim via DM ke akun IG-mu, Simone."
"Aku benar-benar mengucapkan terima kasih banyak kepada Tuan dan Nyonya Stadtholder yang telah merawat dan mendidik Athena layaknya anak sendiri. Sebagai Ibunya, aku benar-benar minta maaf jika Athena pernah melakukan beberapa kesalahan yang membuat kalian repot." Simone menyampaikan permintaan maaf barangkali Athena pernah berbuat salah sehingga merepotkan mereka berdua.
"Jangan khawatir, bagaimanapun juga Athena sudah aku anggap sebagai anak sendiri," balas Stadtholder Nikolaus dengan santai.
"Walaupun Anak pungut!" imbuh si kembar tiga.
Athena menatap tajam kembar tiga tersebut, sementara baik Anastasya maupun Margareth mengacungkan kedua jari tengah mereka ke arah Athena. Bagi Athena, mereka berdua terlihat sangat menyebalkan dengan ekspresi wajah yang datar sambil mengacungkan jari tengah. Hanya Gustav yang menundukkan kepalanya, mengingat dia takut jika Athena menatapnya dengan tatapan mata yang tajam.
Puteri Juliana menggulung majalah Vogue yang biasa dia beli lalu menghajar pundak ketiga anak kembarnya dengan keras. "Bisakah kalian menjaga segala ucapan kalian! Kalau tidak mau ibu hukum, jaga sopan santun, dan tata krama kalian! Kalian bertiga itu, selalu saja mencari masalah dengan Athena atau Charla. Seperti tidak ada aktifitas lain saja!"
Ketiga bocah itu hanya diam mematung sambil menundukkan kepala mereka kalau sudah dimarahi oleh ibunya. Apalagi Puteri Juliana dikenal sebagai seorang perempuan yang keras, di mana dia tidak segan-segan bermain fisik untuk memberikan hukuman yang keras. Bukan hanya ketiga anak itu saja yang diam dan menundukkan wajahnya, Athena, Maximilian, Beatrix, Charla, dan Charlemagne juga turut menundukkan wajahnya jika melihat sang Ibu Negara marah dan bermain fisik. Bagi Charla, Charlemagne, Maximilian, Beatrix, dan Athena, tidak ada hal yang paling menyeramkan selain melihat Puteri Juliana marah.
Stadtholder Nikolaus memegang pundak istrinya dan menyuruhnya duduk. Dia memberikan segelas air dingin untuk menenangkan emosi istrinya. Suasana terasa dingin dan begitu menegangkan kalau sang Ibu Negara sudah marah dan bermain fisik dalam menghukum anaknya.
"Permisi Paman Nikolaus. Bagaimana kalian bisa bertemu saat itu?" tanya Charla dengan nada pelan sambil menunjuk foto tersebut.
"Saat itu kami berlima tengah pergi ke Candi Borobudur untuk berlibur. Kami berpapasan dengan Simone dan pasangan lesbiannya serta anaknya. Aku tahu bahwa Simone masih hidup, karena aku hafal auranya," jawab Stadtholder Nikolaus. "Pantas saja saat itu beredar kabar di Rumah Sakit Bonn tentang kehilangan mayat. Aku sudah tahu bahwa itu kerjaanmu, mengingat sebagai seorang wizard, dan kau memiliki kemampuan untuk menghentikan aliran waktu."
"Kau benar, Tuan Stadtholder," balas Simone. "Lagian, sebelum Athena lahir. Aku dan Leopold sudah resmi bercerai secara lisan. Agar bisa dianggap cerai mati, aku menaruh mayat yang mirip denganku, dan membuat diriku seolah-olah sudah mati. Ini adalah saran dari Leopold."
"Ini adalah jalan terbaik bagi kita," sambung Leopold. "Mengingat aku juga turut bahagia melihat Simone bahagia dengan pasangan lesbiannya, mengingat aku sempat melihat dia menikah di Antwerp bersama dengan para pasangan gay dan lesbian yang lainnya dalam sebuah pernikahan massal kaum LGBT, yang kebetulan saat itu aku sedang ada kunjungan kerja ke Antwerp. Aku terpaksa berbohong kepada Athena, karena saat kami bertemu di Antwerp, Simone memintaku untuk menjaga rahasia. Aku tahu ini memang salah, akan tetapi sebagai seorang ayah, aku juga ingin melindungi anakku dari tangan kedua orang tuaku."
"Yah, kita semua juga pernah berbuat salah dan dari kesalahan itu, sebagai manusia kita harus memperbaikinya demi masa depan yang lebih baik," kata Stadtholder Nikolaus.
"Ho, ho, ho. Sungguh jawaban yang bijak dari mantan berandalan yang diskorsing selama tiga ribu hari," sambung Elizabeth tertawa.
Kanselir Leopold juga tertawa pelan, "Aku tidak menyangka bahwa berandalan sepertimu menjadi atasanku, Nikolaus."
"Kau memang gila, Nikolaus. Kenakalanmu memang diluar batas. Mulai dari mengunciku di WC sampai malam, membuatku tersesat, dan berurusan dengan Penjaga Istana Buckingham, memotong tali bra-ku, mencuri pakaian dalamku lalu menggantunya di tiang bendera sekolah, dan membuatku harus menjadi ketua OSIS. Kau memang sahabatku yang gila!" ungkap Elizabeth yang kesal akan kelakuan sang Bangsawan bermata merah tersebut.
Stadtholder Nikolaus tertawa lepas jika mengingat pertengkaran yang selalu terjadi antara dirinya dengan Elizabeth, "Hey, Leo. Apa yang kau lakukan sampai-sampai istrimu hamil di usianya yang sudah tua bangka? Gaya seks macam apa yang kau gunakan untuk memperkosa istrimu! Aku benar-benar penasaran."
Elizabeth segera menggebrak meja dan dia mengangkat kursinya dan melemparnya ke arah Stadtholder Nikolaus. Stadtholder Nikolaus segera menghindari lemparan kursi dari sahabat masa kecilnya dan Nikolaus membalas lemparan Elizabeth dengan melempar bubuk holi yang berwarna-warni ke arah wajahnya. Dia juga tidak lupa melempar bubuk holi ke arah Simone dan juga Leopold. Suasana yang awalnya sempat tegang kini menjadi ramai dan meriah, di mana mereka semua saling melempar bubuk holi. Charlemagne dan Charla melempar bubuk holi ke arah Athena, begitupula dengan Athena yang membalas lemparan kedua kakak tirinya. Puteri Juliana melempar ke arah suaminya dan dia langsung dikeroyok oleh kelima Anaknya.
Tak ada rasa marah ataupun benci, semua yang ada di sana tertawa bahagia. Kanselir Leopold dan Elizabeth tengah membawa Simone yang berteriak tidak jelas menuju ke arah sebuah sungai yang mengalir di samping rumah Elizabeth. Kanselir Leopold memegang kedua tangan mantan Istri keduanya, sementara Elizabeth memegang kedua kaki Simone. Aksi Leopold dan Elizabeth terhadap Simone direkam oleh Puteri Juliana. Puteri Juliana berkata dalam videonya, "Lihatlah ini. Kanselir Leopold dan istri pertamanya sedang bekerjasama untuk membuang mantan istri kedua ke sungai." Mereka berdua lalu melempar tubuh Simone ke arah sungai. "Ini akan sangat menarik jika dibuat film dengan judul, 'Aku Dan Istri Pertamaku Membuang Mantan Istri Keduaku Di Sungai."
Stadtholder Nikolaus, Puteri Juliana, dan para anak-anak tertawa melihat aksi sepasang suami-istri yang melempar tubuh mantan Istri kedua ke arah sungai.
"Bagaimana, apakah kau sudah puas mandinya, Simone?" tanya Kanselir Leopold yang tertawa.
Elizabeth juga turut melompat ke sungai dan langsung menciprati wajah Simone dengan air sungai. Aksi saling serang dengan air antara Elizabeth dengan Simone direkam oleh Stadtholder Nikolaus. "Kali ini istri pertama dan mantan istri keduanya Kanselir Leopold sedang bermain air. Maklum, masa kecil mereka tidak seindah dengan masa kecilku."
"Ini adalah perkelahian antara istri pertama dan istri kedua, di mana mereka berkelahi memperebutkan jatah kasur," ucap Puteri Juliana sambil merekam Elizabeth dan Simone yang tengah bermain air.
Elizabeth berenang ke tepi sungai dan dia langsung menarik kaki Stadtholder Nikolaus ke dalam sungai. Stadtholder Nikolaus terlihat sangat terkejut, sementara Elizabeth, Simone, Leopold, Juliana, dan anak-anak menertawakannya.
"Stadtholder Nikolaus telah dijatuhkan," sambung Puteri Juliana dengan ekspresi wajah terkejut, yang disambut gelak tawa dari anak-anak.
Puteri Juliana begitu kaget ketika Kanselir Leopold mengambil ponselnya dan mendorong tubuhnya ke sungai sehingga dia ikut tercebur ke sungai bersama dengan suaminya, Elizabeth, dan Simone.
Kanselir Leopold tertawa melihat Puteri Juliana yang tercebur ke dalam sungai, "Sekarang akulah Stadtholder," katanya dengan tertawa pelan.
Charla berlari menuju ke arah ayahnya dan dia menendang pundak ayahnya sehingga Kanselir Leopold tercebur ke dalam sungai sambil memegang pundaknya yang kesakitan.
"Sepertinya aku terlalu keras menandang ayah," kata Charla menatap ayahnya dengan ekspresi wajah tanpa rasa bersalah.
Para orang tua terlihat sangat bahagia bermain air di sungai yang cukup dalam. Sementara para anak-anak merekam kelakukan konyol para orang tua mereka.
Di sungai Simone tengah dikeroyok oleh mantan suaminya, Elizabeth, Stadtholder Nikolaus, dan Puteri Juliana yang memercikkan wajahnya dengan air sungai.
"Ibunya Athena sedang dikeroyok oleh mantan suaminya, istri pertama suaminya, dan juga Tuan serta Nyonya Stadtholder," ujar Gustav yang tengah menonton kedua orang tuanya memercikkan air ke arah Simone.
Aksi menyenangkan Keluarga Stadtholder dan Kanselir Prussia segera viral setelah Maximilian, Athena, Charla, Charlemagne, dan Beatrix mengupload video keseruan mereka di akun sosial media mereka.
Setelah puas bermain air, mereka semua berfoto bareng di tepian sungai bersama dengan anak-anak mereka.
Ini adalah momen yang penuh kebahagiaan.
Cerita dark fantasy yang wajib kalian baca dan koleksi.