Kenalkan namaku Jim, aku berasal dari planet Ambush. Planet Bumi ke dua dari gugusan Galaxy Orkan sama dengan Aquanos. Di galaxy Orkan mempunyai 20 planet terbanyak di tata surya lainnya, walau begitu hanya 10 saja yang dihuni dan di galaxy Arkan terbanyak mirip Planet Bumi.
Planet Aquanos berada di paling tengah, sedang planet Ambush planet ke 13 dari jajaran galaxy Orkan. Sebenarnya yang menjadi target adalah planet Rolin ke 7 tapi sayang 300 tahun lalu komposisinya berubah dari layak huni menjadi berbahaya dan dengan sangat terpaksa semua yang tinggal di sana menyebar ke berbagai planet dan yang terbanyak ke planet Ambush, sedang di planet Aquanos tidak banyak yang bertahan. Karena sebagian besar lautan hanya sedikit yang bisa beradaptasi sisanya tewas.
Planet Ambush kebalikan dari Aquanos, disini daratan lebih luas dari laut atau bisa disebut danau. Secara mengejutkan planet Ambush kebanyakan pendatang yang tak terduga kenapa ? karena planet Ambush dalam satu tahun dua kali mempunyai gaya magnet yang bisa menarik kapal ruang angkasa yang dekat dengan ke planet Ambush.
Untuk hidup di planet Ambus butuh keberanian dan kekuatan luar biasa kenapa ? karena disini banyak tantangan dan bahayanya dari mulai iklim yang ekstrim, binatang yang dua kali besar dari manusia termasuk serangganya, tumbuhan pohon dan lain sebagainya. Kami bisa disebut Suvivor di sini dan paling terbelakang karena harus hidup seperti di jaman purba alias primitif.
Tapi beruntung 100 tahun lalu banyak pesawat dari berbagai macam ukuran dan teknologi tinggi memungkinkan kami membuat benteng pertahanan yang kuat dari serangan binatang dan iklim yang ekstrim.
Aku berasal dari ras manusia dari ibuku sedang ayahku adalah suku bangsa Ninggon yang telah punah dan hancur, bangsa Ninggon di kenal kuat dan pemberani sekaligus cekatan serta cepat walau tubuh mereka besar berbulu dan kekar. Tapi aku tidaklah begitu dengan tubuhku sama dengan ibuku tidak berbulu, hanya ayahku saja kalau boleh disamakan ras ayahku suku Ninggon dengan mahluk di Bumi mereka adalah sebangsa kera !
------------
Lagi-lagi wajahku tidak seperti ayahku, begitu pula dengan kakak laki-laki ku yang sedikit berbulu. Hanya badanku saja yang besar dan kekar padahal umurku baru15 tahun, walau begitu aku sayang kepada ayahku. Sekarang ini ayahku menjadi pimpinan salah satu kelompok di planet Ambush. Bisa di sebut base camp kami sudah seperti kota pada umumnya walau tidak besar.
Kami punya pesawat dan pelindung kota dari serangan binatang udara yang selalu mengincar kami dari atas. Benteng pelindung kami sangat tinggi bukan hanya itu di sekeliling benteng dibuat parit beracun yang dalam dan besar. Tranportasi antar kelompok menggunakan pesawat yang jatuh dan sudah dimodifikasi sedemikian rupa, kami hidup berkelompok dan selalu bekerja sama untuk tetap hidup di planet Ambush yang sangat keras.
Kami sudah mengenal binatang atau serangga di planet ini, sehingga tahu kapan menyerang 'manusia' atau berkelahi dengan sesama. Kami makan daging dan serangga, kami memakai baju bekas dari hewan yang kami kalahkan. Kami pun menggunakan senjata dari bisa beracun mereka sendiri.
Iklim disini sangat ekstrim, bila musim dingin sangat dingin bisa mencapai minus 200 derajat dan itu bisa membekukan semua. Bila musim kemarau suhunya sangat panas membakar. Bagaimana hujan ? air hujan di sini sangat tajam bisa menyayat kulit dan airnya tidak bisa diminum karena beracun. Ditambah gunung-gunung yang setiap waktu pasti meletus.
Hari ini adalah waktu magnet terjadi, semua kelompok bersiap untuk mengejar pesawat yang ditarik medan magnet biasanya berlangsung selama 3 bulan, dari fenomena ini bisa ada 50 pesawat yang jatuh tapi bisa jadi sedikit. Mungkin sudah tahu kondisi planet Ambush seperti itu.
-----------
"Bang, sepertinya ada 3 pesawat jatuh di bukit tenggara !" ujarku ketika melihat di radar terlihat benda jatuh. Aku dan Abangku Eric sedang berada di pesawat.
"Hallo disini kapten ! bagaimana dengan kalian ?" sebuah suara terdengar di speaker pesawat itu adalah ayah.
"Hallo, disini ada 3 ! roger !" jawab Abangku dan memberitahu posisinya.
"Kalau begitu biar kapten ambil alihk kalian ke arah barat saja !" ujar Ayahku.
"Baik Roger !" Abang Eric menjawab.
"Kenapa kita ke barat ?" tanyaku heran.
"Mengambil madu, ini saatnya !" jawab Abang, aku mengangguk, fenomena magnet di planet ini tidak mempengaruhi pesawat tapi tidak bagi mahluk terbang disini, mereka akan linglung dan tak sadarkan diri sampai semua selesai. Ini adalah kesempatan besar mengambil bahan makanan dari madu, telur dan sebagainya dari mahluk terbang termasuk berburu daging.
Lebah kuning adalah yang paling ganas sekaligus yang paling enak dan berkhasiat untuk obat, sayang sangat langka dan berbahaya. Walau terpengaruh gaya magnet mereka tetap waspada dan akan menyerang kemanapun mereka pergi dan itu berkelompok dan sangat banyak.
Dan kami pun melihat sarang mereka yang besar yang sama dengan gedung berlantai 10, untuk mengambil madu hanya cukup merobek jendela sarang, satu jendela isinya bisa satu drum. Aku pun ke belakang dan menyiapkan semuanya ada 4 drum cukup besar disana. Pesawat pun mendekat perlahan dan aku merobek jendela sedikit dan memasukan selang ke dalam jendela lebah dan ke dalam drum, madu masuk bagai air mengalir dalam waktu singkat semua selesai.
"Ayo bang kita pergi !" ujarku dan duduk kembali di samping abang dan dia mengangguk.
"Waw ini hasil yang luar biasa !" jawabnya aku mengangguk.
Kami memberitahu ayah atas keberhasilan kami, dan dia sangat senang.
Dari fenomena ini kami mendapat beberapa pesawat pengakut makanan dan obat-obatan, selain itu buruan hewan udara bisa menyimpan bahan makanan untuk musim dingin nanti.
-----------------
"Jim, ayah ingin berbicara denganmu !" ujar ayah, aku tertegun.
"Ada apa ayah ?" tanyaku heran.
"Aku mendapat pesan dari LPP ! mereka akan melakukan misi ke Bumi ! kami diminta untuk mengirimkan pemuda terbaiknya untuk misi ini ! dan kamu terpilih ! kamu mau ?" tanyanya. Aku terdiam.
"Tadinya, ayah memilih abangmu tapi ternyata semua terkait dengan umur dan yang cocok itu adalah kamu !" jelas ayah, aku melirik kepada ibu.
"Baiklah ayah ! aku menerimanya !" jawabku tegas,
"Bagus, ayah percaya kepadamu ! ayah juga sudah berbicara dengan ibumu dan dia setuju ! mungkin kamu penasaran tentang planet asal ibumu yaitu planet Bumi ! sedang planet ayah sudah hancur !" lanjut ayah, aku mengangguk.
Aku sering mendengar cerita dari ibuku tentang planet Bumi yang sangat indah, mungkinkah kami bisa tinggal disana ? dan pindah dari planet ini ? aku jadi penasaran seperti apa planet Bumi sekarang ? menurut cerita nenek moyangnya planet bumi hancur ? hmmm apa seperti planet Ambush ? aku jadi tidak sabaran untuk pergi ...
"Apa yang kamu pikirkan ?" abang bertanya kepadaku.
"Entahlah bang !" jawabku.
"Apa kamu tahu ? bila pergi tidak bisa kembali lagi kemari ?" aku menatap abang.
"Benarkah ?" dia mengangguk.
"Kamu akan menjadi penghuni planet Bumi sampai punya anak cucu !" aku tertegun mukaku memerah. Abang kemudian tertawa.
"Aku rasa planet Bumi lebih baik daripada disini !" abang menepuk pundakku dan pergi, aku terdiam menatap langit penuh bintang betapa indahnya ...
Bersambung ....