Minggu pagi ini Rei menepati janjinya pada kedua majikannya, mereka pergi makan mi ayam langganan Rei.
Mobil melaju pelan karena memang hujan masih mengguyur kota Z dengan setia, namun saat ini hanya gerimis kecil yang menemani perjalan mereka.
"Kak Rei, apa mi ayam itu enak?" tanya Brayn. Sebab ia belum pernah memakan jenis makanan itu.
"Sangat enak," jawab Rei yakin.
"Kalau begitu ayo lebih cepat menyetirnya, aku penasaran," ucap Brayn dengan semangat.
"Kita tidak boleh terburu-buru," ucap Anna lembut pada Brayn yang duduk di sampingnya.
Brayn mengenakan stelan treining dengan hoodie yang tebal, serta sepatu boots yang akan tetap membuatnya hangat.
"Benar Tuan, kita tidak akan kehabisan kok," timpal Rei menatap Brayn dari spion depan.
Lalu ia pun melanjutkan laju mobilnya dengan kecepatan sedang.
***
Brayn mengerutkan alis brown tebalnya saat membaca spanduk kedai mi itu, 'mi ayam Mang Dadang dengan simbol ayam jago yang sedang makan mi. Terlihat aneh di baginya.
'Apa sekarang ayam bisa makan semangkuk mi?' batinnya.
"Kak Rei, Mang Dadang itu si ayam jago?" tanya Brayn saat mereka sudah masuk dan duduk di salah satu tempat lesehan.
"Hah?" Rei bengong dengan pertanyaan Tuan mudanya.
"Itu," tunjuk Brayn pada spanduk yang ia baca tadi.
"Oh,,, itu? Mang dadang nama pemilik kedai ini, dan ayam jago itu hanya simbol." Dengan suara pelan Rei menjelaskan.
"Ooo, aku pikir ayam jago itu namanya Mang Dadang," jawabnya polos.
Anna yang mendengar jawaban Bryan tanpa sadar tertawa rendah. Rei menjadi terpukau karena untuk pertama kalinya ia melihat dan mendengar tawa Nyonyanya, dan Anna tampak semakin cantik dengan dua lesung pipi yang dalam.
Rei tidak ingin Anna menyadari keterpukauannya, ia langsung beranjak untuk memesan mi ayam untuk mereka bertiga.
"Mom, Mang itu apa artinya?" tanya Brayn pada ibunya.
"Mang, itu bahasa daerah. Bisa di gunakan untuk memanggil orang yang lebih tua, dan panggilan itu khusus untuk laki-laki. Kalau Mommy tidak salah begitu, tapi nanti kita cari tau bersama ya," jelas Anna, dan Brayn mengangguk tanda mengerti.
"Non Rei, siapa yang bersama Non tadi?" tanya Mang Dadang si pemilik tempat.
"Majikan Saya Mang. Buatkan tiga mi ayam spesial seperti biasa ya Mang," ucapnya pada si penjual.
"Siap Non." Rei langsung kembali kemejanya. Dimana Anna dan Brayn duduk.
Ibu dan anak itu menjadi pusat perhatian, bagaimana tidak tempat lesehan ini di datangi oleh seorang balita tampan yang memiliki wajah blasteran dengan aksen yang berbeda ketika berbicara, meski Rei berwajah blasteran, tapi tidak semencolok Brayn.
Begitupun dengan Anna, sikap anggun dan penampilannya yang sopan membuat orang betah memperhatikannya lebih lama, serta aura keibuannya membuat kecantikkannya semakin terpancar.
Duduk bersama anak tampan dengan bola mata yang indah menampilkan keserasian yang enak di pandang. Jadi tidak heran jika pengunjung lain banyak yang kagum kepada mereka.
"Apa anda suka Tuan?" tanya Rei pada balita itu.
"Sangat enak, kamu tidak bohong." Brayn mengakui mi ayam ini lebih enak dari pasta. Dan dia memutuskan jika mi ayam ini menjadi salah satu makanan favoritenya mulai sekarang.
Rei merasa senang dengan respon Tuan mudanya, ia tidak menyangka jika Brayn tidak akan protes pada tempat yang mereka kunjungi saat ini. Alih-alih bertanya tentang kebersihan tempat, justru yang ia tanya tentang hubungan si ayam jago dengan Mang Dadang.
Anna juga terlihat menikmati mi ayam yang memang menjadi salah satu list jajanan yang penting baginya dan Fateh dulu. Tapi sekarang rasa mi ayam tidak senikmat dulu baginya.
"Kamu sering kemari?" tanya Anna setelah selesi makan.
"Ya, ini tempat favorite saya dan ...," ucapannya terhenti.
"Jika tidak nyaman jangan di lanjutkan." Anna tidak ingin karena pertanyaannya, suasana hati gadis tomboy ini berubah sendu.
"Tidak apa Nyonya," jawabnya sambil tersenyum kecut, "ini tempat favorite saya dan adik saya," lanjutnya lagi.
Anna yakin pasti ada sesuatu yang terjadi pada adiknya, hingga bisa membuat ekpresi gadis ceria ini berubah murung.
"Lalu dimana adiknya kak Rei?" tanya Brayn yang ternyata menyimak pembicaraan kedua wanita dewasa ini.
"Kamu sudah selesai?" tanya Anna pada putranya. Ia ingin mengalihkan perhatian Brayn dan Rei terharu karena pengertian Nyonyanya.
"Rumah sakit," lirih Rei. Anna menatap Rei untuk tidak melanjutkan percakapan ini, suasana hati gadis itu tidak baik.
"Oh, apa dia seorang Dokter seperti Papaku?" tanya Brayn lagi.
"Tidak, adik saya pasien di rumah sakit." Tampak airmata mengalir di pipi gadis itu.
"Rei," panggil Anna.
"Saya tidak apa-apa Nyonya," ucapnya sambil tersenyum kecut. Lalu ia beranjak dari tempat duduknya dan menuju kasir untuk membayar tagihan.
****
Sepanjang perjalanan kembali dari warung mi ayam, Brayn tertidur karena kelelahan dan kekenyangan.
Rei mengendarai mobil dalam diam dengan wajah yang murung, meski gadis itu berusaha untuk senormal mungkin.
"Tuan sudah tidur, padahal saya ingin mengajaknya bermain di tempat permainan anak yang ada di pusat perbelanjaan X5," ucapnya.
"Cuaca mendukung perutnya yang kekenyangan," jawab Anna. Dengkuran halus Brayn seperti nada yang mengiringi gerimis.
***
Saat mobil masuk kegerbang mansion, tampak seorang pria yang memiliki tubuh kokoh sudah berdiri di depan pintu mansion dengan tatapan tajamnya.
Ia langsung menggendong Brayn begitu Smith membuka pintu mobil belakang. Anna juga keluar dari mobil dan mengikuti langkah lebar Sebastian.
Sedangkan Rei sudah ketakutan dengan tatapan Bosnya.
"Darimana saja kalian? Dengan cuaca seperti ini?" tanya Smith pada Juniornya ini.
"Makan mi ayam," jawabnya tersenyum canggung.
"Hah?" Bola mata Smith melebar karena terkejut.
"Kenapa? Aku hanya mentraktir Tuan muda dan Nyonya makan mi ayam, bukan mengajak mereka berperang," ucap Rei jengah karena reaksi Smith yang berlebihan menurutnya.
"Ya, dan berdo'alah agar Bos tidak memerangimu," jawab Smith acuh.
Rei yang menyadari maksud Seniornya itu langsung mengejar Smith yang telah masuk lebih dulu. Ia yakin Bosnya pasti tidak terima jika anak dan istrinya ia ajak makan di kaki lima.
**
Setelah membaringkan putranya, Sebastian pergi meninggalkan Anna tanpa melihatnya sedikitpun, Anna yang memang tidak perduli setiap tindakan pria itu hanya diam tak bergeming
Sepeninggalnya Sebastian, Dengan telaten Anna membuka pakaian Brayn dan menggantinya dengan pyama, serta Anna juga memberikan minyak telon di beberapa bagian tubuh Brayn, agar anak itu tetap merasa hangat.
Anna kembali tersenyum saat mengelus sayang surai putranya yang tertidur pulas, mengingat Brayn yang begitu semangat menyantap mi ayam, menurut Anna itu hal yang wajar karena ini kali pertama untuk putranya menikmati makanan seperti itu.
Sebastian yang saat ini sudah berada diruang kerja, dirinya semakin kesal melihat wajah Anna yang tidak merasa bersalah sedikitpun karena pergi tanpa izin darinya.
Niat hari minggu ini ingin ia habiskan dirumah untuk melihat keseharian istri dan putranya, tapi yang ia dapatkan adalah kesendirian.
'Apa terlalu sulit bagi bibir mungilnya itu untuk meminta izin dariku?" ucapnya dalam hati.
selmat membaca, terima kasih untuk suportnya ya :)