"Ga?"
"Hm?"
"Kalau gue minta lo ada buat gue setiap hari, apa bisa?"
Dirga terdiam. Cowok itu menunduk mengamati sapu yang ia pegang. Pergerakan menyapunya terhenti. Memikirkan jawaban apa yang harus diberikan pada Viviane.
"Lo tahu sendiri Vi, gue kan pernah bilang, kalau lo butuh gue.. lo tinggal samperin gue. Gue pasti ada di apartemen gue. Gue akan ada buat lo kalau lo butuh temen." Ujar Dirga.
Namun, tidak ada sahutan apa-apa dari Viviane. Gadis itu diam dengan kedua mata terpejam dan napas yang teratur. Sepertinya, Viviane sudah masuk ke alam mimpi dan tidak mengingat tentang pembicaraan ini.
Dirga tersenyum tipis. Setelah meletakkan pengki dan sapu kembali ke tempatnya, cowok itu duduk di pinggir ranjang Viviane. Tangan kiri Dirga mengelus pucuk kepala Viviane yang terlihat tidak rapi.