下載應用程式
5.41% The Return of Baphomet / Chapter 15: Kolega Baru

章節 15: Kolega Baru

Kurasakan setetes air mengalir dari pelipis, ada sesuatu yang membentur tulang igaku bergitu keras hingga rasa sakitnya menjalar ke urat saraf di sekitarnya. Tubuh ini terasa seperti tertindih padatan berat, tidak ada yang bisa kugerakkan kecuali kelopak mata. Awalnya, semua tampak suram. Bayangan kelabu samar-samar terlihat, walau hanya sekejap. Kemudian, kudengar seperti ada puluhan batu kerikil yang jatuh di sekitarku. Mungkin kerikil, mungkin saja benda lain. Aku tak tahu sedang berakhir di mana, hanya terkapar di atas karang tanpa tenaga. Kucoba membuka mata lebih lebar, kutatap langit lekat-lekat. Ada sepasang tebing tinggi di kanan-kiriku, itu dipenuhi gugusan batuan tajam yang bisa merenggut nyawa siapapun yang terjatuh. Tapi, kukira aku pun baru saja terjatuh di sini dan masih hidup. Benarkah?

Diri ini mencoba bangkit dengan susah payah seraya meringis kesakitan di dasar sebuah jurang. Suaraku menggema di sisi tebing, menyeruak ke atas sana dalam kegelapan malam. Sampai akhirnya diriku dapat berdiri dengan sepasang kaki yang telah pincang ini. Salah satu bagian perutku tersayat cukup dalam, yang bisa kulakukan hanyalah menekan lukanya sambil berharap pendarahan segera berhenti. Sejauh yang bisa ditangkap pandangan, tak ada yang lain selain batuan. Namun, tak lama berselang kutemukan sebuah gua tak jauh dari tempatku berdiri. Jalan masuknya cukup sempit, tapi cukup untuk seukuran pria dewasa. Jika dipikir-pikir, tak ada yang bisa kulakukan selain mengikuti untaian nasib. Lagipula, hidupku sudah tak lagi berarti.

"Setidaknya, satu jiwa telah selamat. Semoga saja ...."

Dengan perlahan kakiku melangkah menuju mulut gua. Napasku tertahan karena lara dan tubuhku hampir tak mampu lagi meneruskan perjalanan. Ah, persetan dengan itu. Memangnya kenapa jika di gua itu akan ada bahaya yang mengkin mengancam jiwaku? Tak ada harapan tersisa untuk yang sudah tersesat jauh di dalam kegelapan, seperti diriku. Ketika aku berjalan tertatih-tatih, hanya ada kehampaan di dalam benakku. Perasaan itu kian pekat ketika aku mulai memasuki gua, seolah sanubari terbungkam oleh kesunyian hingga tak dapat lagi mengutarakan kebenaran yang seharusnya kulakukan. Ya, mungkin beginilah takdirku. Membiarkan diri sendiri tenggelam dan semakin tenggelam dalam lautan keputusasaan, itulah tujuan akhirku.

Pada akhirnya, diri ini hanya bisa bertekuk lutut di salah satu sisi gua. Tepat di samping sebuah stalakmit, kusandarkan tubuhku yang sudah terkulai lemas. Dengan pandangan setengah sadar, kusaksikan sebuah kejadian aneh yang bahkan lebih mengerikan jika dibandingkan dengan visi yang kulihat beberapa waktu yang lalu. Aku sudah berani menjelajah terlalu dalam menuju Hutan Kematian, aku takkan terkejut jika kutemukan sesuatu yang benar-benar membuat adrenalin terpacu. Kau akan dipaksa untuk menemukan batas ketakutan terbesarmu di sini.

Sekelebat bayangan abu-abu melewati pandangan, berbentuk ular yang terlihat menyeret taringnya sendiri di tanah. Kemudian, ada seekor tikus yang terbelenggu oleh banyak sekali batu bara. Terlalu banyak bayangan abu-abu yang ada di sana untuk kujelaskan sekaligus, intinya mereka semua memiliki wujud yang sangat aneh. Tak lama berselang, semua menempatkan posisi masing-masing dalam dua lingkaran api putih, satu berada di dalam yang lain. Kini, aku baru menyadarinya. Sigil ini hampir sama dengan yang pertama, kupikir ini juga merupakan prosesi serupa. Hanya saja dengan lebih banyak peserta yang turut ambil bagian, sekaligus mereka semua adalah para arwah.

"Kenapa kau masih di sana? Ayo, bangun dan tempati posisimu," perintah sesosok arwah bertubuh setengah keledai.

Alisku terangkat sebelah sambil menatapnya penuh tanda tanya. Tunggu sebentar, aku bagian dari ritual ini? Kurasa sekarang memang begitu mengingat aku baru saja menukarkan jiwaku pada siapapun yang menguasai tempat ini. Masih dengan tubuh yang sudah tak karuan, diriku bangkit dan mulai berjalan memutar. Hampir seluruh barisan telah terisi, sampai kulihat ada tempat kosong di barisan pertama yang masih berada dalam garis lurus dari pintu masuk gua. Tak ada tempat lain yang bisa kutemukan, kuputuskan saja untuk ke sana. Aku mulai berpikir jika keberadaanku di tempat ini sangatlah menarik perhatian, para arwah menatapku dengan ekspresi yang aneh. Mereka melirikku tajam, kemudian saling berbisik ke arwah yang lain sambil mengisyaratkan jika akulah yang sedang mereka bicarakan. Mereka baru berhenti mempergunjingkan aku setelah dua sosok berjubah datang dan bergabung bersama kami semua.

Kau sudah bisa menebak bagaimana kelanjutannya.

Prosesi berjalan sebagaimana mestinya. Dua sosok berjubah itu memimpin prosesi dengan dupa dan buku bersampul kulit biri-biri. Rapalan mantera menggema sampai ke sela-sela stalaktit di langit-langit gua. Kulihat semua orang dalam barisan tertunduk tanda merenung, sedangkan aku memilih untuk tetap menegakkan pandangan untuk melihat apa saja yang dilakukan oleh para sosok berjubah itu. Setelah beberapa saat berlalu, akhirnya sesuatu yang cukup menarik terjadi juga.

Dari barisan depan, melangkahlah sesosok arwah yang sangat tinggi namun kurus kering. Kau akan sekilas menganggapnya sebagai dahan mati yang telah kering dan jatuh ke tanah. Ya, hampir seperti itu. Dia memiliki dua pasang sayap berwarna hitam pekat, hanya saja dalam kondisi yang sangat buruk. Sebagian bulunya kusut dan rontok hingga memperlihatkan kulit dari sayapnya yang menebal karena bekas luka. Salah satu sayapnya tertekuk ke arah yang salah, sedang yang lain berbentuk tak sempurna. Dari bagian yang hilang, muncul luka yang telah membusuk. Ya, jika dalam kondisi yang baik sayap itu benar-benar akan terlihat bagus di tubuhnya. Tapi, ia sendiri pun memiliki wujud yang telah rusak.

Kemudian, arwah ini berlutut di hadapan dua sosok berjubah dan meminta berkat. Saat salah satunya tengah memberikan berkat, yang lain berjalan mendekati barisan depan, lebih tepatnya berjalan mendekatiku.

"Bergabunglah dengan kami bertiga, Lazarus."

Aku terkejut bukan kepalang, dia memanggilku dengan sebutan yang agak asing di telinga. Berhubung dia mengisyarakanku untuk mengikutinya, aku hanya bisa mematuhinya. Kakiku melangkah menuju pusat lingkaran persaudaraan, kemudian ikut berlutut tepat di samping si arwah bersayap. Aku sedikit mengambil jarak darinya untuk memberi ruang pada sayapnya yang cukup besar itu. Setelah kuperhatikan dengan seksama, sayap ini memang sangatlah menawan. Aku hampir saja tak bisa menahan jari-jariku yang akan menyentuh sayap itu. Kurungkan niatku sebisa mungkin. Kini salah satu sosok berjubah sedang memberkati kami berdua dengan rapalan mantera dalam bahasa kuno. Akhirnya, secara bergantian dua sosok berjubah itu memberikan petuahnya.

"Kalian berdua terpilih untuk sebuah tugas yang sangat berat. Sayangnya, kami tidak bisa membantu banyak. Kalian harus bisa bekerja sama, saling membantu satu dengan lainnya. Jangan sampai musuh kalian berhasil memecah belah persaudaraan kita."

"Waktu kalian sangatlah singkat. Jadi lakukan dengan secepat mungkin, tetapi tetaplah bijak dalam mengambil setiap keputusan."

"Lazarus, kau masih terpengaruh Tujuh Dosa Mematikan. Oleh karena itu, kolega barumu ini harus menyucikanmu sejenak."

Kutatap kolega baruku, ia pun membalas tatapanku, dan ia terlihat sangat tidak senang.


創作者的想法
Eirene_Aether_5671 Eirene_Aether_5671

Tak ada harapan tersisa untuk yang sudah tersesat jauh di dalam kegelapan, seperti diriku.

Load failed, please RETRY

禮物

禮品 -- 收到的禮物

    每周推薦票狀態

    Rank -- 推薦票 榜單
    Stone -- 推薦票

    批量訂閱

    目錄

    顯示選項

    背景

    EoMt的

    大小

    章評

    寫檢討 閱讀狀態: C15
    無法發佈。請再試一次
    • 寫作品質
    • 更新的穩定性
    • 故事發展
    • 人物形象設計
    • 世界背景

    總分 0.0

    評論發佈成功! 閱讀更多評論
    用推薦票投票
    Rank NO.-- 推薦票榜
    Stone -- 推薦票
    舉報不當內容
    錯誤提示

    舉報暴力內容

    段落註釋

    登錄