....
Dia sudah mengatakan hal yang buruk tentang dirinya. Dia ingin tahu, apakah Li Shu juga ketakutan sama seperti gadis-gadis sebelumnya? Ternyata dia benar, gadis itu ketakutan. Dia melihat gadis itu meremas roknya. Rasanya seru juga melihat seseorang ketakukan, terlebih orang itu adalah Li Shu. Gadis itu terlihat imut ketika ketakutan. Jadi dia berniat mengerjainya dengan sebuah pertanyaan.
"Maukah kau menikah denganku?" Dia berkata dengan nada serius sambil menatap mata Li Shu.
"Itu...." Li Shu terlihat bingung sekaligus gugup. Melihatnya, Wong Yukhei tertawa.
Li Shu heran melihat Kaisar yang tiba-tiba tertawa.
"Ha ha ha ha.... Aku hanya becanda, kau serius sekali."
Li Shu bingung. Kaisar becanda dibagian yang mana? Apakah semua yang dia katakan tadi bercanda? Tentang cerita itu, atau perkataannya beberapa menit yang lalu, tentang dia yang mengajukan lamaran. Jujur, Li Shu bingung.
"Ha ha ha... Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan, aku hanya bercanda." Wong Yukhei menyentuh kepala Li Shu. Dia tidak tega juga melihat gadis itu berpikir keras.
"Di sini dingin, mari masuk ke dalam." Wong Yukhei melepas jubahnya kemudian memakaikannya di tubuh Li Shu.
Li Shu terkejut. Dia merasa ada dalam adegan novel. Di mana tokoh pria memberikan jubah pada tokoh perempuan. Tapi mengingat kalimat yang diucapkan Kaisar, dia menjadi was-was. Masuk ke dalam? Ke dalam mana? Apakah dia dan Kaisar masuk ke ruangan yang sama? Jika iya, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Melihat ekspresi Li Shu, Wong Yukhei menebak apa yang sedang dipikirkan gadis itu. Dia tersenyum kemudian berucap, "Jangan khawatir, aku tidak akan melakukan apapun padamu. Hari sudah larut, sebaiknya kau masuk ke dalam dan tidur. Aku akan menyuruh pelayan untuk mempersiapkan kamar untukmu." Dia berkata penuh perhatian. Dia takut, jika Li Shu berlama-lama di udara yang dingin, dia akan masuk angin.
Mendengar penjelasan Kaisar, Li Shu mengangguk paham. Dia kemudian melihat Kaisar yang beranjak dari duduknya. Secara spontan dia mengikuti. Dia dan Kaisar kemudian berjalan meninggalkan taman.
Berjalan penuh dengan keheningan, Wong Yukhei memimpin di depan. Merasa terlalu sepi, Dia menengok ke belakang. Langkahnya kemudian berhenti.
Melihat Kaisar yang berhenti berjalan, Li Shu mengikutinya. Meskipun dia tidak bisa melihat wajah Kaisar dengan jelas karena tertutup topeng, tapi dia bisa merasa bahwa Kaisar tengah menatapnya.
"A-ada apa?" Li Shu berbicara dengan gugup. Dia takut mungkin saja dia telah melakukan kesalahan hingga Kaisar menatapnya.
"Tidak.... Aku hanya merasa bersyukur." Kata-kata ini membuat Li Shu bingung. Kaisar bersyukur untuk apa?
"Terima kasih telah datang. Jika bukan kamu yang datang malam ini mungkin aku telah menyakiti seseorang lagi." Wong Yukhei berpikir, andai saja yang datang hari ini bukan Li Shu, dia mungkin akan menggigit gadis vampir lagi dan jika yang datang untuk menggantikan adalah manusia lain, dia mungkin akan mengamuk karena merasa telah dibohongi.
Li Shu sedikit terkejut mendengar ucapan Kaisar, tapi dia kemudian menjawab ucapannya. "Tidak perlu berterima kasih Yang Mulia, ini sudah menjadi tanggung jawab saya." Dia datang dengan suka rela untuk menggantikan kakaknya, jadi tidak seharusnya Kaisar berterima kasih, seharusnya dia yang berterima kasih karena Kaisar tidak menghukumnya.
Wong Yukhei tersenyum.
"Tetap saja aku harus berterima kasih. Kau telah membuatku bahagia hari ini." Melihat Li Shu di depannya, itu seperti ada ribuan bunga di dadanya.
Mendengar ucapan Kaisar, Li Shu lagi-lagi terkejut.
"Aku benar-benar bersyukur." Wong Yukhei tersenyum. "Di masa depan, bisakah kita saling bertemu?" Dia berharap bisa terus melihatnya. Meskipun dia sering melihatnya di restoran, tapi Li Shu mengenalnya sebagai orang lain, bukan sebagai Kaisar.
Li Shu diam. Dia berpikir. Untuk bertemu dengannya di masa depan, itu rasanya tidak mungkin. Dia memiliki kesibukan di restoran dan untuk mengunjungi istana, itu akan memakan banyak waktu. Jadi sepertinya tidak bisa
"Aku akan mengunjungimu. Apakah boleh?" Wong Yukhei merasa Li Shu akan menolak perkataan sebelumnya, jadi dia segera mengatakan bahwa dia yang akan datang berkunjung.
Li Shu kaget. Kaisar akan mengunjungi kediamannya? Bukankah itu akan menjadi berita besar?
"Apakah tidak boleh?" Wong Yukhei merasa kecewa melihat ekspresi Li Shu. Dia sepertinya tidak memiliki harapan. Dia terkenal kejam, jadi siapa yang akan menerima tamu seperti dia?
"Ah, tentu saja boleh." Li Shu dengan cepat menyahut. Dia takut jika dia menolaknya, Kaisar akan marah.
"Benarkah?" Mata Wong Yukhei bersinar. Jika tidak ingat malu, dia pasti sudah meloncat-loncat saking bahagianya.
"Iya." Li Shu mengangguk.
Dibantu sinar bulan, Li Shu melihat jelas bahwa Kaisar tersenyum lebar. Apakah kata-katanya membuatnya begitu bahagia.
"Kalau begitu, di masa depan, aku akan sering mengunjungimu."
Lagi-lagi Li Shu terkejut. Sering berkunjung? Untuk apa? Kenapa Kaisar begitu ingin mengunjunginya?
"Sudah malam, ayo pergi." Wong Yukhei bukan tidak melihat ekspresi Li Shu, tapi mengingat hari sudah larut, dia tidak ingin memakan waktu untuk berlama-lama di udara yang dingin. Dia benar-benar takut jika Li Shu terserang penyakit.
Meskipun masih bingung dengan sikap Kaisar yang begitu ingin mengunjunginya, Li Shu kembali melangkahkan kakinya. Kali ini, dia berjalan dengan Kaisar di sampingnya.
Letak taman dan istana tidak begitu jauh, jadi tidak membutuhkan waktu lama, mereka sudah sampai di istana. Lebih tepatnya di bagian barat istana.
Berdiri di sebuah ruangan, Wong Yukhei berteriak pada pelayan.
"Pelayan...."
Tidak butuh waktu lama, dua pelayan perempuan yang masih muda, langsung berlari menghampiri Kaisar. Mereka segera membungkuk.
"Pergi bawa wanita ini untuk istirahat. Pastikan dia tetap merasa nyaman."
"Baik Yang Mulia." Setelah itu dua pelayan mendekati Li Shu. Mereka bermaksud membawa Li Shu ke kamar.
"Ikut mereka dan beristirahatlah." Wong Yukhei berbicara pada gadis di sampingnya.
"Iya." Li Shu mengangguk patuh.
"Kalau begitu, aku pergi dulu. Tidur yang nyenyak." Wong Yukhei menyentuh kepala Li Shu kemudian mengangguk.
Mendapat sentuhan di kepalanya, Li Shu sedikit kaku, tapi dia kemudian tersadar akan satu hal.
"Yang Mulia!"
Mendengar dia dipanggil, Wong Yukhei secara spontan memutar tubuhnya. Dia melihat Li Shu menghampirinya.
"Jubah Anda...."
"Untukmu."
"Hah?"
"Aku memberikannya padamu."
"Tapi...." Li Shu merasa dia tidak pantas mendapat hadiah berupa jubah dari Kaisar. Itu terlalu bagus untuknya.
"Aku memaksa. Ambil saja." Selesai bicara, Wong Yukhei langsung menghilang.
Li Shu terkejut. Dia mencari sekeliling namun tidak menemukan sosok Kaisar.
"Nona, Kaisar sudah pergi. Lebih baik sekarang Anda masuk." Pelayan 1, mendekati Li Shu. Dia memegang lengan Li Shu.
"Eum, baiklah." Li Shu menurut. Dia kemudian dibawa oleh dua pelayan ke sebuah ruangan.
"Ini kamar nona. Nona bisa menginap di sini. Jika nona memerlukan sesuatu, nona panggil saya kami."
"Baiklah. Terima kasih."
"Ngomong-ngomong, bagaimana nona bisa terlepas dari kekejaman Kaisar."
"Iya. Bagaimana caranya. Aku benar-benar penasaran. Selama gadis-gadis datang kemari, tidak ada yang bisa menginap seperti nona atau bahkan berbicara pada Kaisar. Mereka akan pingsan sejak makan malam. Setelah itu, Kaisar tidak terlihat dan kami yang akan mengurus gadis yang pingsan itu."
Mendengar penjelasan pelayan, Li Shu teringat kata-kata Kaisar di taman tadi. Jadi yang dia ucapkan bukan bercanda. Memikirkannya, Li Shu mendadak merinding.
"Jadi, bagaimana caranya?" Dua pelayan itu tampak penasaran.
"Tidak ada." Li Shu menggeleng. Itu sebuah kenyataan. Dia tidak punya trik khusus agar Kaisar berbaik hati padanya. Tapi dia teringat akan sesuatu.
"Mungkin karena aku manusia.".
"Manusia?" Dua pelayan terkejut. "Kami tidak menyadarinya. Nona terlihat seperti vampir."
"Benar."
Li Shu hanya tersenyum. Jika dilihat sekilas, dia memang memiliki postur seperti vampir. Wajah pucat dan gigi taring yang panjang.
"Anda beruntung nona."
"Benar. Hanya nona satu-satunya gadis yang tidak menerima kekejaman Kaisar."
Lagi-lagi Li Shu hanya diam. Dia bingung harus berekspresi seperti apa, tapi sebenarnya dia juga bersyukur karena Kaisar tidak menghukumnya.
"Hari sudah malam. Nona sebaiknya segera istirahat. Kami pamit pergi."
"Iya. Terima kasih."
Dua pelayan pergi. Li Shu mengedarkan pandangannya. Ruangan itu luas. Semua barang ditata rapi. Cahaya lilin membuatnya bisa melihat cermin besar dan juga ranjang yang besar di dekat jendela. Di tiba-tiba berpikir, sudah jam berapa sekarang? Dia mulai mengantuk. Perlahan kakinya menghampiri ranjang yang besarnya dua kali lipat dari ranjang yang dia miliki di rumah.
Tubuhnya dia rebahkan di ranjang yang empuk itu. Dia menatap langit-langit. Kepalanya tiba-tiba mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Tentang Kaisar yang mengatakan sebuah fakta lalu tiba-tiba melamarnya, tapi di kalimat selanjutnya, dia mengatakan itu hanya bercanda. Sampai sekarang dia sebenarnya masih bingung. Bagian mana yang bercandanya? Mengingat perkataan dua pelayan tadi, sepertinya bagian kaisar yang mengaku menggigit para gadis, itu adalah kebenaran. Lalu, bagian mana yang termasuk bercanda?
Memikirkannya, membuat Li Shu mengantuk. Perlahan dia menutup matanya dan melupakan berbagai pertanyaan di kepalanya.
Begitu dia bangun, dia mendapati ruangan yang familiar. Setelah dia melihat secara teliti, itu adalah kamarnya. Dia terkejut. Bagaimana bisa dia sampai di kamarnya hanya dengan satu malam? Saat dia beranjak dari tempat tidur, dia melihat sebuah kertas di atas meja. Dia dengan cepat mengambil kertas itu dan kemudian membukanya.
"Aku tahu kau ingin cepat pulang, jadi aku mengantarkanmu pulang. Tenang saja, aku tidak melakukan apapun padamu.
Terima kasih karena telah datang tadi malam dan mau mendengar ceritaku. Aku harap itu hanya akan menjadi cerita kita berdua. Aku tidak bisa memilih hadiah jadi aku memberikanmu gelang. Kuharap kau menyukainya."
Selesai membaca tulisan rapi itu, Li Shu mengalihkan tatapannya pada meja. Dia melihat gelang di sana. Dia segera mengambilnya. Sebuah gelang dari batu giok berwarna biru. Begitu indah. Li Shu tidak pernah melihat gelang sebagus itu sebelumnya. Ketika dia dia memakainya, itu sangat pas di tangannya.
Melihat gelang di tangannya, Li Shu tanpa sadar tersenyum. Ini pertama kalinya dia mendapat hadiah dari orang asing. Tapi kemudian dia berpikir. Untuk apa Kaisar memberikannya hadiah? Apa untuk ucapan terima kasih atau ada sesuatu yang tersembunyi. Memikirkannya, Li Shu menjadi was-was. Mungkin saja Kaisar tengah membuat jebakan untuknya. Dia sengaja membuatnya luluh, kemudian menerkamnya dengan sekali loncat.
Li Shu mendadak menjadi takut. Mengingat perlakuan baik Kaisar tadi malam, dia berpikir bisa saja itu hanya tipu muslihat. Bukankah Kaisar terkenal kejam; Dia mungkin tidak menerkamnya secara langsung seperti yang dia lakukan pada gadis-gadis terdahulu, tapi dia membuatkan jebakan licik agar dia bisa masuk.
Bagaimana jika tebakannya benar? Li Shu benar-benar takut sekarang. Dia dengan segara menarik gelang giok itu dari tangannya, tapi sialnya gelang itu tidak mau meninggalkan tangannya. Dia panik dan terus berusaha menarik gelang itu untuk keluar, tapi hasilnya tetap sama.
Li Shu hampir menangis. Mungkinkah tebakannya benar? Dia telah jatuh dalam jebakan Kaisar?
— 新章節待更 — 寫檢討