Tapi Kendra datang dan membawa sekelompok pengawal bertampang garang. Ia memandang Gita dan bertanya dengan santai, "Gita, kamu mau membawa Bibi Hestia kemana?"
Gita menghentikan langkahnya dan menatap Kendra dengan sengit, "Kendra... Kamu tahu aku akan datang ke sini?"
"Gita, aku benar-benar tidak tahu bagaimana kamu bisa menemukan Bibi Hestia di sini, tapi kita tumbuh bersama-sama. Aku mengenalmu secara garis besar. Kamu adalah gadis yang terlalu pintar, dan aku tahu aku harus mewaspadaimu, jadi aku beberapa orang ke sini untuk menunggumu di malam hari. Kamu benar-benar tidak mengecewakanku." Gita memandang Kendra, "Bibi Hestia tadi muntah darah. Meskipun aku telah menggunakan jarum akunpunturku, aku masih perlu mengirim Bibi Hestia ke rumah sakit. Di sana, kita bisa berbicara lebih jauh, oke?"
Kendra menatap mata cerah Gita yang bersinar terang, indah dan mempesona, tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya, "Gita, aku tidak tahu apa yang kau pikirkan di dalam kepalamu. Malam masih panjang dan entah kenapa kau malah melamun. Aku dapat meminta seseorang mengirim Bibi Hestia ke rumah sakit, tetapi kau harus tinggal di sini dan menyelesaikan transaksi yang belum kita selesaikan."
Gita mengerutkan alisnya. Sangat jelas bahwa dia tidak punya hak untuk mengatakan tidak sekarang.
Dua pria berbaju hitam melangkah maju dan membawa Bibi Hestia ke dalam sebuah mobil. Kendra mengikat lengan ramping Gita dan menyeretnya ke dalam rumah.
Setelah menutup pintu, Kendra langsung mendorong Gita ke tempat tidur.
Gita berpikir untuk bangun, tetapi Kendra mengikat kedua pergelangan tangannya di atas kepalanya, lalu dia mengulurkan tangan untuk membuka kancing pakaiannya.
Gita memejamkan mata, menahan suaranya dan tidak melawan, "Kendra, aku tidak bisa melarikan diri, jadi tolong biarkan aku pergi dulu. Kau menyakitiku."
Gadis itu dengan sengaja memohon dengan suara yang jernih dan indah. Hal itu membuat Kendra menjadi lembut, sehingga dia melepaskannya, dan melepas mantelnya, "Gita, jangan main-main denganku, aku tidak ingin menyakitimu."
Gita mengangkat tangan kecilnya dan secara aktif membantu Kendra membuka pakaiannya.
Mata Kendra dipenuhi oleh nafsu. Menurut pemahamannya, sekarang gadis ini adalah pasangannya dan miliknya.
Dalam beberapa tahun terakhir, dia telah mendapatkan banyak pacar, termasuk Mia, tetapi yang dia pikirkan hanyalah Gita ketika dia tersesat.
Kendra mengulurkan tangannya untuk mengangkat kerudung di wajah Gita.
Pada saat tangannya hendak menyentuh cadar, mata Gita menjadi dingin, dan jarum perak di tangannya menembus bagian belakang leher Kendra.
Akan tetapi, Kendra meraih tangan Gita dan berkata, "Gita, aku sangat mengenalmu, jadi bisakah kau berhenti menggunakan trik-trik murahanmu padaku?"
Gita mencibir, "Oh, begitu?"
Detik berikutnya, dia langsung menunduk. Dan lututnya menghantam celana Kendra dengan keras.
Kendra mendengus kesakitan, dan keringat dingin bercucuran di kepalanya.
Gita mendorongnya dengan keras dan melarikan diri.
Wajah tampan Kendra menjadi cemberut dan berubah menyeramkan. Dia paling membenci orang yang menipu dan mengkhianatinya. Dia melangkah turun dari tempat tidur dan menyeret Gita yang melarikan diri ke dalam pelukannya, lalu dia menundukkan kepalanya dan mencium wajahnya. "Gita, kamu seharusnya tidak membuatku kesal! Aku telah mengatakan bahwa kamu adalah milikku. Hatimu dan tubuhmu adalah milikku!"
Gita mendorong Kendra dengan keras untuk menghindari ciumannya. Pria ini bukan lagi laki-laki yang dia cintai dan dia sayangi. Dan ketika dia turun dari tempat tidur Mia, dia juga ingin naik ke atasnya, yang membuatnya merasa sangat mual.
"Kendra, pergi, jangan sentuh aku!"
Pada saat ini, suara aneh tiba-tiba terdengar di luar, dan kemudian dengan bunyi keras, pintu kediaman itu ditendang hingga terbuka.
Suara keras itu disertai dengan suara pertarungan yang mendebarkan. Angin dingin dari luar langsung menyerbu, dan suara yang dalam terdengar di telinga mereka, "Jauhkan tangan kotormu dan biarkan dia pergi."
Gita segera mendongak dan dia melihat Heri yang datang ke arahnya.
Heri baru saja kembali dari luar negeri dan dia masih mengenakan setelan formal, lengkap dengan kemeja dan dasi putih. Dia mengenakan setelan jas hitam yang pas, dan mantel hitam. Gerakannya dipenuhi dengan keanggunan dan kemuliaan, serta aura yang kuat dan penuh dengan tekanan.
Kendra juga melihat sosoknya, dan karena dia belum pernah bertemu dengannya, tentu saja dia tidak mengenalnya.
Tapi mata sipit Heri tertuju pada tangan besarnya yang masih memegangi pinggang Gita, Kendra merasakan kulit kepalanya mati rasa dan tanpa sadar melepaskan tangannya.
Pada saat ini, Sony menepuk tangannya dan berlari, "Kakak, aku sudah menghabisi orang-orang itu."
Kali ini orang-orang yang tidak asing datang, dan Kendra terkejut ketika dia melihat sosok Sony. Sony Ganendra adalah tuan muda dari keluarga Ganendra yang terkenal di kota ini, jadi bagaimana dia tidak tahu?
Pada saat ini Garry juga berjalan maju dengan pelan. Tampak jelas bahwa dia juga ikut andil dalam pertikaian barusan. Dia tidak masuk sampai Sony menyelesaikan masalah di depannya. Mata hitam dinginnya menatap Kendra dan dia tersenyum senang, "Tuan Kendra, kami semua datang untuk menjemput seseorang malam ini, jadi biarkan dia pergi."
Kendra semakin terkejut saat melihat sosok Garry. Tiba-tiba sebuah keraguan besar menghantam hatinya, dan dia mulai merasa tidak tenang.
Bagaimanapun juga, dia melihat dua dari empat keluarga terbesar di Bogor di waktu bersamaan, dan entah kenapa mereka mendatanginya hari ini, lalu ... Siapa pria ini? Kendra memandang Heri dengan heran.
Heri tidak menatap Kendra lagi, dia menarik kakinya yang panjang dan mendekati Gita.
Gita tidak tahu bagaimana dia bisa tersadar begitu cepat. Dia masih dipegang oleh Kendra ketika dia menendangnya tadi, dan pakaiannya terlihat berantakan, yang membuatnya merasa malu.
Gita mengulurkan tangannya untuk menutupi garis lehernya.
Heri memandang Gita dan berkata dengan suara yang rendah dan dingin, "Kamu tidak memberitahunya siapa kamu?"
Gita meringkuk, dia terlihat sedikit seperti anak kecil yang dimarahi gurunya.
Heri mengulurkan tangannya, memeluknya ke samping, dan berjalan keluar pintu.
Kendra belum pernah melihat pria sebesar ini di Bogor. Pria ini ditemani oleh tuan muda dari keluarga Wicaksono dan pangeran keluarga Ganendra. Identitas mereka setara dengan bangsawan. Selain itu, dia memiliki aura pembunuh yang dingin dan brutal yang biasanya dimiliki oleh orang berpangkat tinggi. Yang jelas, dia sangat berbahaya.
Kendra tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya ke arah punggung Heri, "Siapa kamu?"
Heri terus berjalan, tetapi dia menjawab dengan dingin, "Dia adalah wanitaku, jika hal ini terjadi lagi untuk kedua kalinya, kau akan tahu siapa aku nanti."
Setelah berkata begitu, sosok Heri dan Gita menghilang dari pandangan Kendra.
Kendra mengepalkan tangannya secara tiba-tiba dengan nada panik, tapi ...
Kendra dengan cepat memikirkan berbagai macam kemungkinan. Apakah pria ini hanya ... generasi legendaris pria besar yang mulai bermain bisnis di masa remaja ... Heri?
Bagaimana mungkin?
Bagaimana Gita bisa terlibat dengan pria besar seperti Heri?
Namun, semuanya menjadi masuk akal. Dari mobil Rolls-Royce yang dikirim oleh Dorsett Hotel, dan malam ini dimana petinggi-petinggi seperti Sony dan Garry dari keluarga ternama di kota ini ikut campur untuk membantunya merebut Gita kembali...
Tidak mungkin semua itu kebetulan, kan?
… ...
Heri memeluk Gita di dalam mobil. Heri sedang duduk di kursi belakang, dan Gita masih duduk di pelukannya.
Gita tiba-tiba teringat pada Bibi Hestia, dan dia segera berkata, "Bibi Hestia…"
"Sudah dikirim ke rumah sakit." Gita mengangkat matanya untuk melihat pria itu, dan Heri juga menatapnya.