Sesaat sebelum Airyn berhasil melemparkan kursi kayu tersebut kepada kakak kembarnya, Gino sekuat mungkin melakukan gerakan yang tiba-tiba. Diriny memberontak dengan mengorbankan kepalanya agar bisa membentur dagu seseorang yang menahannya.
Ketika sudah berhasil, Gino mengumpulkan sisa tenaganya guna bengkit menuju ke arah Gian. Berharap besar bahwa apa yang akan dilakukannya kali ini dapat melindungi kakak kembarnya.
Sebab selama tujuh tahun ini, selalu Gian yang melindunginya. Menjadi tameng untuk kedua adik kembarnya. Melakukan hal apapun meski rasa sakit lah taruhannya. Namun kali ini, Gino tidak menginginkan itu semua.
Sedari awal penyesalan menggerogotinya atas apa yang telah ia lakukan kepada Gina, suara adik kembarnya tersebut terus saja terngiang di kepala Gino. Anak kedua dari ketiga anak kembar keluarga Adhitama itu tidak berhenti menangis atas apa yang sudah ia lakukan.
Apa yang terjadi dengan Gina, semuanya.