"Apa maksudmu itu? Anqier? Yang kau alami dengan Yang Mulia Raja itu bukanlah takdir yang sama-sama terhubung. Akan tetapi kalian memang sedang jatuh cinta. Apa kau tak paham bedanya orang yang jatuh cinta? Jangankan takdir, hati kalian pun akan terhubung, tak peduli kalian beda alam sekalipun,"
"Huanran, dengarkan aku…," gemas Liu Anqier kepada sahabatnya. Dia benar-benar tidak ingin bercanda. Tapi sahabatnya selalu menganggap apa yang hendak dia tanyakan adalah sebuah candaan yang menyebalkan. "Kau tahu pohon persik yang ada di balai agung istana? Dia adalah pohon persik satu-satunya di alam iblis bukan? Asal kau tahu, Huanran. Pohon persik itu, baik tinggi besar bahkan ranting sekecil apa pun sama persis dengan pohon persik yang ada di kediamanku di alam manusia. Mereka seperti jiplakan yang benar-benar serupa."
"Lalu?"
"Dan apa kau percaya jika aku tak bisa disentuh oleh laki-laki lain selain Yang Mulia Raja?"