下載應用程式
94.11% Ruby Jane / Chapter 16: Pertemuan

章節 16: Pertemuan

Pintu rumah yang selalu dilewati Ruby pasti selalu bosan. Pakaian yang dikenakan hanya hitam-hitam, tidak ada orang lain yang melewatinya selain perempuan itu sendiri setelah Sonia pergi. Tidak pernah ada kekasih yang berkencan, tidak ada teman yang singgah, tidak juga sahabat dan sanak saudara. Ditempat kerjanya, Ruby terbilang pendiam dan tidak suka basa-basi. Hanya bicara seperlunya saja, malas bergabung pada sebuah sirkel pertemanan. Baginya orang dalam sirkel itu hanyalah orang-orang munafik bermuka dua. Mereka mencari yang sefrekuensi, jika tidak cocok maka akan langsung ditendang.

Ia dipandang misterius oleh rekan-rekan kerjanya. Mereka tidak tahu jika Ruby lebih sering berbicara di dalam hati ketimbang bercakap-cakap dengan mereka. Ia senang bicara sendiri di dalam mobil ketimbang duduk di sebuah cafe. Ia lebih sering bicara dengan cermin ketimbang manusia. Ia merasa bahagia hidup seperti itu.

Sempat terfikirkan untuk hidup melajang selamanya, ingin lebih mencintai dirinya terlebih dahulu sebelum mencintai orang lain. Meski ia masih menjalani rutinitas dengan mengirimi Jack coklat, namun Ruby sama sekali tidak berharap mendapatkan cinta Jack kembali. Ruby cukup tahu diri, kendati Sonia mengatakan berkali-kali jika Jack masih menunggunya.

Ini adalah coklat ke seratus untuk Jack, selama seratus hari itu ia telah mengantar coklat dan menyelipkannya di jeruji pagar rumah Jack. Ruby tidak pernah menyadari bahwa Jack selalu mengintipnya dari balik jendela kamar. Sejak kepulangannya dari luar kota, ia berniat mencari tahu siapa pengirim coklat misterius itu. Ia tidak pernah melewati pagi hari saat Ruby meletakan coklatnya.

Jack selalu tersenyum dibalik jendela itu. Senyum itu ucapan terimakasihnya untuk Ruby.

Disuatu pagi lain, ketika Ruby meletakkan coklat didepan pintu rumah Jack, jendela disamping kiri pintu rumah Jack terbuka. Sebuah suara berteriak mengejutkan Ruby.

"Kamu terlambat 15 menit mengantar coklatnya!". Jack membuka pintu rumah dan menuju pagar. Ia mengambil coklat yang diselipkan Ruby diantara jeruji besi. Dahi Ruby berkerut. Ia tampak seperti maling yang tertangkap basah. Mereka kemudian saling berhadapan. Jack tersenyum karena ia akhirnya bisa menatap wajah Ruby dari dekat, bukan lagi dari balik jendela. Akhirnya rasa rindunya selama ini terbayar sudah. Ruby membisu, alisnya masih beradu. Jari kanan Jack menyentuh dahinya.

"Kenapa?". Ruby diam.

"Tidak suka aku ada didepanmu?". Kini tangan Jack turun untuk membelai pipi perempuan itu. Ruby masih diam. Mereka betah berdiri di depan pagar. Ruby membalikkan badan dan melangkah meninggalkan Jack.

"Ruby... kenapa kamu mengunjungi rumahku setiap pagi? Kamu mau memberiku harapan palsu?". Langkah Ruby sontak berhenti. Jack menghampirinya.

"Kenapa?". Tanya Jack sekali lagi. Matanya tidak pernah lepas memandang perempuan cantik didepannya ini.

"Kenapa diam saja?". Ruby hanya menggelengkan kepala.

"Bukan urusanmu!". Datar, tenang jawaban Ruby.

"Aku hanya butuh alasan!".

"Jangan tanyakan alasannya". Sahut Ruby cepat. Bahu Jack luruh, ia hembuskan nafas sebelum mengutarakan isi hatinya.

"Aku sangat mencintaimu...". Ujarnya memelas.

"Terus?". Tantang Ruby.

"Apakah ada pria lain atau cinta lain sehingga kamu meninggalkanku begitu saja?".

"Jack! Stop!". Ruby memberanikan diri untuk menatap Jack. Matanya melotot karena tidak suka dengan tuduhan lelaki itu.

"Aku ingin tahu kenapa?". Jack menyentuh bahu Ruby dan sedikit merendahkan tubuhnya.

"Kenapa? Karena tidak ada laki-laki, tidak ada perempuan, tidak ada manusia yang berharga di hidupku! Juga tidak ada pula cinta dan pernikahan". Jack hanya bisa menelan ludah sebelum dengan lembut kembali bertanya.

"Setiap perempuan akan selalu berharap memiliki pria yang mencintainya seperti difilm-film. Tadinya kupikir percintaan picisan seperti itu hanya ada di sebuah film. Mana mungkin ada seorang pria yang mencintai kekasihnya sebegitu dalam. Tapi sejak aku mengenalmu, aku percaya jika sebuah film diadaptasi dari kisah nyata. Cinta picisan benar-benar ada". Ujar Jack tulus. Sejenak mata mereka saling memandang, menelisik satu sama lain dan menyiratkan sebuah cinta yang sama.

"Apa kamu benar-benar masih mencintaiku setelah apa yang aku lakukan padamu?". Tanya Ruby ragu.

"Ummmhhhh...". Jack menganggukan kepalanya.

"Kamu tidak membenciku?". Mata Ruby mulai mengembun.

"Tentu saja tidak. Kenapa kamu tega berbuat seperti itu? Seharusnya kita sudah menikah".

"Semua orang itu kejam. Coba kamu berkaca, kamu akan tahu bahwa kamu pun pernah berbuat kejam. Jika tidak kemarin, mungkin besok kamu akan berbuat kejam". Jack menundukkan kepala. Ya Ruby benar, ia pun bukan manusia yang tanpa cela. Mungkin tanpa sadar ia pernah melukai Ruby.

"Aku selalu memakan coklat-coklatmu. Coklat itu membuatku bahagia". Ujar Jack membelokkan pembicaraan.

"Terimakasih. Tidak sia-sia aku aku pergi pagi-lagi mengantar coklat ini". Ruby lalu beranjak. Saat ia menyalakan mesin mobil, Jack mendekatinya.

"Kenapa kamu mengantar coklat ini setiap pagi?".

"Karena aku pernah membuatmu kecewa dan aku sulit berucap maaf sehingga aku memberimu coklat setiap hari. Bukankah coklat membuatmu bahagia?". Ruby lalu melajukan mobilnya meninggalkan Jack yang hanya diam termenung, ia tidak mendapatkan apa-apa. Tidak bisa membawa Ruby kembali. Dan Ruby pun masih ragu pada keputusannya, rasanya ia belum siap dan masih merasa tidak pantas mendampingi Jack.

***

Hari ini Ruby tidak bergairah untuk bekerja. Berkali-kali ia melihat kearah jam dan berharap jam langsung mengarah ke angka empat agar ia bisa segera pulang. Dikantor, Ruby termasuk pekerja yang rajin dan tekun sehingga telah beberapa kali gajinya naik dalam waktu singkat. Namun semenjak bertemu Jack waktu itu, ia tidak mampu berkonsentrasi pada pekerjaannya. Hanya Jack, Jack, dan Jack yang ada dibenaknya.

Menjelang senja, Ruby menuju rumah Jack dalam keraguan. Namun ia biarkan saja tangannya mengendalikan stir menuju rumah Jack. Dan selalu, lagu My Everything mengalun menemaninya. Ruby berhenti tidak jauh dari rumah Jack. Ia menunggu Jack pulang. Tepat pukul tujuh mobil Jack berhenti di depan rumahnya. Ia turun untuk membuka pagar, sementara Ruby memandanginya dari dalam mobil.

Jack terlihat tampan dengan stelan kantor dan gaya rambut man bun. Ketika Jack akan masuk kedalam pagar rumah, Ruby memanggil namanya dengan suara yang amat lirih. Bisikan itu terbawa angin sehingga mampu membuat Jack menoleh kearah Ruby. Jack memicingkan mata dan mendekat. Langkahnya terhenti ketika dilihatnya Ruby keluar dari mobil. Jack melangkah mendekat, hingga mereka saling berpandangan dalam jarak yang dekat. Mata mereka beradu, berkaca-kaca.

"Ada apalagi Ruby? Tolong jangan permainkan aku...".

***


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C16
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄