Diwaktu Indonesia sebelumnya, Ana sudah sedari tadi sampai di Indonesia.
Dalam perjalanan pulang dari bandara ke rumah mertuanya, Ana hanya bisa duduk termenung dengan air mata yang mengembang.
"Nak," panggil papa Eric dengan lembut pada menantunya itu yang duduk di sebelahnya.
"Yah pa," jawab Ana yang tidak berani menatap wajah mertuanya.
"Pikirkan lagi nak ucapan papa saat di London sebelumnya," tutur papa Eric dengan lembut.
"Papa tidak memaksamu untuk mengambil keputusan. Itu terserah padamu!" lanjut ucap papa Eric.
Tiba-tiba Ana mendengar nada dering ponselnya. Ia tidak berniat mengangkatnya dan mengabaikan ponselnya itu.
"Angkatlah sepertinya penting," ucap papa Eric mendengar bunyi ponsel menantunya sejak tadi.
Ana pun menurut lalu ia mengambil ponselnya yang terletak di atas paha kakinya.
Sudah kedua kalinya ponsel Ana berbunyi namun Ana tidak mengangkatnya karena Ana memang tidak ingin berurusan dengan orang yang menelponnya.