Di tengah perjalanan menuju ke arah pekerjaannya yang baru. Ana berhenti sejenak di tempat fotocopy untuk mencetak surat resign untuk pekerjaan lamanya.
Tidak butuh waktu lama untuk Ana mencetak surat resign-nya di tempat fotocopy. Hanya membutuhkan waktu 2 menit.
Lalu Ana melanjutkan perjalanannya menuju ke tempat pekerjaan yang baru yaitu di Grand Company.
Sesampainya Ana di tempat perusahaan langsung ia memarkirkan motor maticnya ditempat parkir khusus karyawan. Setelah itu Ana melangkahkan kakinya menuju kearah kantor Alex untuk bertanya apa pekerjaannya.
Saat Ana sudah berada di atas gedung lebih tepatnya di depan ruangan Alex tidak terlihat seseorang pun di sana. Yang hanya terlihat yaitu sekertaris Dita.
"Permisi apa tuan mu sudah datang?" tanya Ana kepada sekertaris Dita.
"Belum nona. Tuan akan datang di saat jam 8 pagi," jawab sekertaris Dita.
"Huh dasar si angkuh! giliran dia saja datangnya terlambat gimana bisa mencontoh karyawan kalau dia saja datang terlambat." Batin ana dalam dirinya dengan jengkel.
"Baiklah terima kasih infonya." Ucap ana sambil melangkahkan kakinya menuju tempat duduk di samping ruangan Presdir.
Ana menunggu Alex sambil bermain ponselnya. Selama 1 lebih Ana menunggu akhirnya yang di tunggu pun datang.
"Ternyata kau datang lebih awal yang ku duga," ucap seorang pria tampan yaitu Alex.
"Kau berkata jangan sampai terlambat tapi kau sendiri yang terlambat datang," ucap Ana keceplosan.
"Apa kau bilang!" bentak Alex atas ucapan Ana.
"Ya ampun Ana dasar mulutmu ini tidak bisa di rem." batin Ana bergidik ngeri mendengar bentak seorang Alex.
"Ma-maaf kan saya tuan saya tid-" ucap Ana dengan gugup lalu di potong oleh Alex.
"Kau ku hukum! kerjakan berkas dan urutkan sesuai tanggal dan abjadnya," perintah Alex dengan nada dinginnya.
"Sekertaris Dita," panggil Alex kepada sekertarisnya.
"Iya tuan," saut sekertaris Dita.
"Berikan semua berkas yang ku serahkan kepadamu kepadanya! biarkan dia yang melanjutkan pekerjaannya," perintah Alex kepada sekertaris Dita sambil menunjuk Ana.
"Baik tuan." jawab sekertaris Dita.
Lalu sekertaris Dita mengambil semua berkas yang diberikan oleh tuannya untuk di serahkan kepada Ana.
"Dan satu lagi kau harus menyelesaikan berkasnya hari ini tidak ada kata untuk hari esok!" Perintah Alex dengan kata yang tidak bisa di bantah.
Ana tercengang dengan berkas yang ia terima dari sekertaris Dita. Ia merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga mulutnya. Di hari pertama bekerja Ana sudah mendapatkan hukuman yang berat baginya.
"Damian siapkan meja kerja di dalam ruangan ku untuk dia bekerja," perintah Alex kepada asisten Damian sambil menatap Ana dengan tajam.
"Baik tuan. Saya permisi undur diri." Pamit asisten Damian untuk pergi menyiapkan sesuai perintah tuannya itu.
"Sekertaris Dita, ajarkan dia bagaimana cara menyusun berkas dengan benar yang kau berikan kepadanya," perintah Alex kepada sekertarisnya itu.
"Baik tuan." Jawab sekertaris Dita.
"Mari ikut saya nona! saya ajarkan bagaimana cara menyusun berkas dengan benar," ucap sekertaris Dita kepada Ana dengan di iringi senyum profesionalnya.
Lalu Ana mengikuti sekertaris Dita menuju ruang kerjanya yang berada di samping ruangan Presdir. Setelah itu, Alex memasuki ruangannya untuk melanjutkan pekerjaan yang belum selesai sebelumnya.
*
**
Sekarang Ana berada di ruangan sekertaris Dita yang di sibukkan dengan berkas. Ia mempelajari bagaimana cara menyusun berkas dengan baik dan benar sesuai tanggal dan abjadnya bersama sekertaris Dita.
Selama 45 menit Ana mempelajari bagaimana cara menyusun berkas dengan benar. Dan sekarang Ana sedikit menguasai perkejaan tersebut.
"Huff... ternyata tidak sesulit yang ku bayangkan," ucap Ana dengan lirih.
"Berkasnya sih sedikit tapi isi berkasnya yang sangat banyak," lanjut Ana dengan berwajah murung.
Sekertaris Dita yang melihat wajah Ana pun menggeleng-geleng kan kepala dengan heran.
"Semakin lama kamu pasti bisa menguasainya jika kau rajin belajar. Suatu saat nanti kau akan menguasai dan lebih cepat Ana," ucap sekertaris Dita dengan semangat kepada Ana.
"Kau masih pemula, wajar jika masih belum menguasai semuanya. Dulu aku juga sama sepertimu," lanjut ucap sekertaris Dita.
Ana yang mendengar perkataan sekertaris Dita itu pun menoleh.
"Iya mbak, terima kasih ya atas bantuannya tadi Kak Dita." ucap terima kasih Ana dengan tulus kepada Dita.
Sekertaris Dita hanya menjawab dengan menganggukkan kepala setelah itu melanjutkan pekerjaannya lagi.
Akhirnya selama 1 lebih Ana telah selesai menuntaskan berkas yang di tugaskan dari Alex.
"Huh.. akhirnya selesai juga," ucap ana sambil meregangkan kedua tangannya itu.
"Tapi aku takut ada kesalahan dengan berkas yang aku kerjakan ini," lanjut ucap Ana dengan perasaan takut.
Ana berdiri dari kursinya kerjanya dan sekertaris Dita yang melihat pun bertanya.
"Apa sudah selesai semua kau kerjakan berkasnya Ana?" tanya sekertaris Dita dengan alis terangkatnya.
"Sudah Kak, tapi aku takut untuk memberikannya kepada si angkuh itu eh.. maksud saya kepada tuan mu," jawab Ana.
Sekertaris Dita yang mendengar panggilan Ana untuk tuannya itu pun tertawa kecil.
"Panggil saja dia tuan Alex Ana," perintah sekertaris Dita dengan halus.
"Tidak papa Ana, kau kumpulkan saja pasti tuan Alex mengerti. Jika ada kesalahan di dalam berkas itu saat kau mengurutkannya pasti ia akan menyuruhmu membetulkan lagi," lanjut sekertaris Dita.
"Semangat Ana kamu pasti bisa!" ucap Ana dengan semangat sambil mengepalkan kedua tangannya.
Setelah itu Ana melangkahkan kakinya menuju keruang Presdir. Di depan pintu ruangan Presdir Ana agak sedikit grogi.
"Huff, ayo Ana kamu pasti bisa!" Ucap Ana dengan di iringi membuang napasnya agar tidak grogi.
Alex yang sedang fokus mengerjakan pekerjaannya di dalam ruangannya. Dan ia mendengar pintu ruangannya ketuk dari luar. Segera Alex meminta orang tersebut untuk masuk.
"Masuk!" ucap Alex.
Masuklah ana kedalam ruangan Alex.
"Permisi tuan saya ingin mengumpulkan berkas yang sudah saya kerjakan," ucap ana sambil membungkukkan badannya.
Lalu Ana memberikan berkas yang ia bawa kepada Alex. Setelah itu Alex menerima berkas tersebut dan memeriksanya langsung.
"Ternyata pekerjaannya lumayan juga sangat rapi." Batin Alex sambil melihat berkas yang di kerjakan oleh Ana.
"Mulai besok kau bekerjalah di Meja sana!" ucap Alex kepada Ana sambil menunjuk meja yang di samping meja kerjanya dan jaraknya agak jauh dari meja kerjanya.
"Apa? aku harus bekerja di dalam ruangan bersamanya." Batin Ana menjerit dalam dirinya dengan perasaan tidak karuan.
"Tuan apa sebaiknya saya satu ruang bersama sekertaris Dita," tawar Ana kepada Alex.
"Tidak ada penolakan atas semua perintahku!" ucap Alex dengan tegas.
"Dan ini kerjakan sesuai dengan berkas sebelumnya hanya mengurutkan sesuai abjad dan tanggal," perintah Alex sambil memberikan berkas baru untuk Ana kerjakan.
Lalu Ana menerima berkas dari tangan Alex untuk ia kerjakan sesuai perintah Alex.
"Baiklah tuan saya permisi pamit undur diri," pamit Ana kepada Alex sambil membungkukkan badannya.
Alex hanya membalas dengan melambaikan tangannya ke depan. Dan Ana yang melihat segera ia pergi dari dalam ruangan tersebut.
"Huft... akhirnya keluar juga dari kandang singa." ucap Ana sambil mengusap dadanya lega.