"Apa lagi yang sedang kau lakukan sekarang hah? Kau mau nenek menghukum kita?" dengus Luci yang berusaha keras untuk pergi dari rengkuhan tangan Evan, walau itu tak kunjung berhasil.
Tangan Evan yang kokoh itu, sedang mencoba untuk tidak memeluk terlalu erat sehingga nanti akan menyebabkan Luci sesak napas atau kesakitan. "Dia tidak akan mengadu kepada siapa pun. Kekuasaan dan pesonaku lebih tinggi."
Kekuasaan memang bisa dipahami oleh Luci, tapi pesona? Bah!
"Ok, katakanlah begitu! Dan sekarang kau sudah bisa melepaskanku. Aku mulai sesak, dan aku juga sudah lapar." Luci menggelepar seperti ikan, ikan yang lapar dan sedang terjerat. Untung dia tidak kurus seperti Evan.
Matanya masih terpejam, Evan meletakkan wajahnya mendekati wajah Luci yang seperti tenggelam di dalam lantai. "Aku bilang kan, pagi ini aku mau kau bersamaku." Saat mengatakan hal tersebut, suara Evan begitu serak dan terdengar sedikit bergairah. Luci merinding ngeri di tempatnya.