"Menurutmu kita perlu berciuman?" tanya Evan tiba-tiba hingga membuat Luci berjengit kebingungan.
"Hah? Kenapa?" Rasa kaget lebih mendominasi wajah Luci daripada rasa marah yang menyelimutinya. Bukan berarti Luci tidak marah, atau mungkin tersinggung. Hanya saja pertanyaan Evan yang tiba-tiba itu sangatlah sesuatu.
Evan menggaruk tengkuknya dengan cukup canggung. Tubuhnya yang masih bersandar di depan batang pohon apel itu kini mulai menegak, dan mungkin sudah menyeret dirinya sendiri untuk mendekati Luci yang berada dalam jarak sekitar setengah meter dari pohon apel.
"Kau lihat kan banyak pelayan yang ada di sekitar sini?" senggol Evan pada pundak Luci.
"Laluuu?" Kening gadis itu mengernyit. Sampai hari itu juga Luci tidak terlalu paham kenapa Evan itu terkesan seolah sangat menyukai untuk menciumnya. 'Bukankah dia itu sangat anti bersentuhan dengan gadis-gadis? Aku tau dia mulai jatuh cinta tapi bukankah dia akan lebih nyaman untuk menyentuh gadis yang dia sukai?' batinnya.