Stella mengatupkan bibirnya dan tersenyum lembut, "Ayah telah menjagaku selama bertahun-tahun. Jimat itu tidak ada apa-apanya, jika dibandingkan dengan jasa Ayah."
Ayahnya menatapnya dengan penuh kasih, mengingat apa yang dikatakan Paman pelayan padanya terakhir kali dia kembali, dan menatap Stella dengan bercanda. Dia berkata, "Stella, kau sekarang bisa dianggap sudah bisa hidup mandiri. Aku sudah melihatmu bahagia di dalam mimpi. Sekarang biarkan aku melihatnya di dunia nyata."
Stella tersenyum sejenak. Dia merasa kaku, dan tidak nyaman. Oleh karena itu, di memalingkan muka, dengan datar berkata, "Ayah, mengapa Ayah mengolok-olokku?"
Mendengar ini, Ayah Frans menghela napas ringan. Dia menepuk pundaknya, dan berseru, "Stella, kau sebaiknya menikah dengan Saga. Kalian sudah dekat selama bertahun-tahun ini."
Setelah selesai berbicara, dia berhenti sejenak. Tatapan mata Stella penuh cinta dan rasa bersalah ketika memandang Ayahnya.