Tatapan semua orang dan mata menyelidik tertuju pada Stella, membuatnya mengerutkan kening sangat tidak nyaman, dan melirik ke arah Saga di sebelahnya.
Selama ada tempat untuknya, maka dia akan selalu menjadi pusat perhatian.
"Saga, aku ingin pergi ke tempat yang hening. Jangan ikuti aku." Setelah berbicara, Stella tidak memberi Saga kesempatan untuk bereaksi, dan dia berbalik untuk berjalan ke sudut ruang perjamuan.
Saga ingin mengulurkan tangan dan menangkapnya. Tapi tepat pada saat ini ... ponselnya berdering, jadi dia hanya bisa dengan hati-hati menasihati Stella, "Kau harus memperhatikan keselamatanmu sendiri. Jika ada yang perlu kuketahui, kau harus ingat untuk menelponku. Paham?"
Stella memunggunginya, dan menjabat tangannya dengan lembut, menunjukkan bahwa dia memahaminya.
Saat melihatnya pergi, Saga sedikit gelisah. Jika dia bukan tokoh utama dii perjamuan ini, Saga akan membawa Stella kembali ke hotel bersamanya.
Baru saja ketika Melani membuat keributan seperti itu, semua orang tahu bahwa Stella adalah wanitanya. Dengan adanya Saga di belakang Melani, dia yakin tidak ada yang berani menyinggung perasaan Stella.
Dengan pemikiran ini, Saga merasa lega.
Dia berjalan ke sudut dan menjawab telepon. Rupanya Dirga yang menelepon.
Setelah menjawab telepon, Dirga berkata dengan penuh semangat: "Presiden, ada berita tentang cincin itu."
"Apa kau sudah menemukan seseorang? Di mana?" Saga, yang selalu lugas dan mandiri, juga merasakan hatinya tergerak ketika mendengar berita itu. Ada beberapa hal yang bisa membuatnya sulit untuk tetap tenang seperti biasa.
Tanpa menunggu Dirga mengatakan apapun, dia memerintahkan, "Sekarang, segera siapkan helikopter untukku, dan aku akan menemuinya secara langsung."
Lima tahun!
Lima tahun telah berlalu, dan akhirnya dia mendapatkan kabar dari wanita itu!
Melihat Saga begitu bersemangat, Dirga tahu bahwa Saga sangat menghargai wanita yang ditemuinya pada lima tahun lalu.
Oleh karena itu, dia tidak berani menyembunyikannya, dan segera berkata dengan nada menyesal, "Maaf, Presiden, kami tidak menemukan keberadaan wanita itu. Tetapi kami menemukan seorang wanita yang sedang memegang cincin itu dan pergi ke konter untuk menanyakan harganya. Tetapi karena waktu telah berlalu, dan sudah terlalu lama, belum lagi tidak ditemukannya video yang berhasil merekamnya, jadi kita perlu terus menyelidiki identitas wanita itu. "
Saga mendengarnya dan langsung merasa seperti terperosok ke dalam gua es. Dia berkata dengan suara yang dalam, "Terus selidiki, tidak peduli berapa banyak biaya dan waktu yang diperlukan, kau harus menemukan keberadaan wanita itu untukku."
Wanita itu bertanya tentang harga cincinnya. Apakah dia menemui kesulitan ekonomi?
Bagaimanapun juga, Saga harus menemukannya. Dia akan melindunginya di masa depan, dan tidak akan membiarkannya menderita, karena dia sudah berhutang pada wanita itu.
"Baik, Presiden ..." Dirga terkejut dan menutup telepon.
... Setelah Stella keluar dari ruang perjamuan, dia langsung berjalan ke kanan.
Ketika datang ke ruang perjamuan, dia sudah memperhatikan bahwa ada kolam renang besar di luar.
Dia berjalan ke sana.
Pada malam hari, tidak ada seorang pun di tepi kolam renang.
Stella terdiam, duduk di kursi pantai di dekatnya sana, dan dengan tenang memikirkan isi kepalanya seorang diri.
Melani, yang telah mengikutinya dari dekat, berjalan keluar dari kegelapan dan berjalan diam-diam di belakang Stella. Dia menatap Stella dengan penuh kebencian.
Semua ini salah Stella yang sudah membuatnya malu di depan umum, dan wajahnya sampai ditampar oleh Ayahnya.
Stella, memang dia sialan sekali!
"Stella."
Sebuah suara suram terdengar di belakang Stella. Wanita itu terkejut dan langsung berdiri dari kursinya. Stella menatap Melani di belakangnya dengan ekspresi ngeri.
Malam ini, hal yang ditakutinya benar-benar terjadi. Tetapi Stella memiliki hati yang kuat, dan dia tidak tahan jika terus diperlakukan seperti ini. Amarahnya langsung melesat, "Melani, apa pelajaran yang baru saja kau terima itu tidak cukup?"
Melani membiarkan tangannya yang tergantung di sisi tubuhnya itu mengepal erat. Ujung-ujung jarinya bahkan agak memucat karena kepalan tangannya terlalu erat.
Dia menatap Stella dengan marah, menggertakkan giginya dan berkata, "Stella, jangan bangga. Saga hanya bersikap sementara saja, dan cepat atau lambat akan meninggalkanmu."
Hati Melani tidak dapat mempercayai kalau Saga sangat menyukai Stella.
Stella mencibir, menatapnya dengan mengejek, dan berkata pelan, "Apa hubungannya ini denganmu?"
Stella berhenti sejenak, dan sebuah senyuman melingkar di sudut mulutnya. Dia dengan sengaja membuat Melani semakin jengkel, "Bagus sekali. Aku akan memberitahu soal ini pada Saga. Jangan harap kau bisa bebas dengan mudah."
" Kau... "Melani menatapnya dengan marah. Wajahnya seolah memerah karena amarah.
Melihat tampangnya yang marah, Stella merasakan sedikit kegembiraan di dalam hatinya. Dia memperingatkan Melani dengan dingin, "Melani, jangan main-main denganku lagi. Jka kau tidak akan berhenti, aku akan menamparmu seperti apa yang dilakukan oleh Ayahmu."
Melani merasa seolah ditampar lagi ketika Stella menyinggung soal itu. Stella menatapnya dengan lebih bersemangat, sampai seakan pandangan matanya itu bisa membuat beberapa lubang di tubuh Melani. Dia belum pernah dipukul ketika sudah beranjak dewasa, dan ketika Melani ditampar di depan umum oleh Ayahnya hari ini .. rasa malu dan keluhan langsung memenuhi pikirannya.
Melani melihat kolam renang di belakang Stella, dan pikiran jahat muncul di benaknya.
Senyuman sinis melintas di matanya, dan dia berlari ke arah Stella dengan cepat, lalu mengulurkan tangan dan mendorongnya dengan keras. Melani berteriak, "Kau sebaiknya mati saja."
Stella, yang lengah, kebetulan berhasil didorong dan jatuh dengan ke kolam renang dengan suara keras.
Air dingin langsung memenuhi lubang hidung dan mulutnya tanpa ampun. Tangan Stella dikepak-kepakkan dengan keras. Dia meronta hebat sambil berseru dengan nada pilu, "Tolong bantu ... ... ... bukan ... aku ... aku tidak bisa berenang,"
Melani yang berada di atas memperlihatkan sorot bahagia ketika melihat sosok Stella yang sedang berjuang menyelamatkan diri, "Stella, kau pantas mendapatkannya!"
Gaun malam Stella terlihat menyedot air dan menjadi sangat berat, dan terus-menerus menyeretnya ke bawah.
Dia terus berjuang di dalam air, lengannya menepuk-nepuk air dengan panik, dan cipratan air semakin mengecil. Tanpa kekuatan, Stella membiarkan air dingin menenggelamkannya, dan seketika dia merasakan kengerian akan kematian.
Stella tenggelam ke dalam air, jari-jarinya mengepal sedikit, seolah dia ingin menggenggam sesuatu. Tetapi dia tidak bisa menangkap apapun.
Saga di ruang perjamuan merasa bingung karena suatu alasan, seolah-olah sesuatu yang penting akan hilang. Tanpa sadar dia memindai ruang perjamuan, tetapi tidak menemukan Stella.
"Hei…" Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang, dan dia langsung menoleh untuk mencari sosok Stella.
Saga seolah bisa melakukan telepati, dan berjalan langsung keluar dari ruang perjamuan menuju kolam renang.
Tepat ketika akan mendekati kolam renang, dia tiba-tiba melihat Melani yang bergegas mendekatinya dengan tergesa-gesa. Ekspresinya sangat panik, matanya penuh kekhawatiran, dan pupil matanya berkontraksi dengan erat.
Melihat Melani seperti ini, perasaan tidak enak di hatinya semakin dalam.
Dia meraih lengan Melani dan bertanya dengan suara dingin, "Di mana Stella?"
Melani menatapnya tak acuh, dan sangat ketakutan hingga bibirnya bergetar, "Aku ... aku ... … Aku tidak melihatnya. "
Saga meraih tangannya dan terus mengencangkan cengkraman tangannya. Dia sama sekali tidak percaya apa yang dikatakan oleh Melani . Ketika akan bertanya lagi, dia melihat anting-anting di tanah tidak jauh dari sana.
Itu ... anting yang dipilihnya sendiri untuk Stella.
Matanya tertuju pada kolam renang, permukaan air yang tenang, seperti tanpa riak.
Saga tiba-tiba melepaskan tangan Melani dan berlari menuju kolam renang.
Di dalam air, Stella seperti gadis cantik yang sedang tidur, mengambang diam di dalamnya.
Melihat pemandangan ini, pupil Saga tiba-tiba melebar, dan ketika dia akan melompat ke air bahkan tanpa memikirkannya, sebuah tangan meraihnya dari samping. Ada seorang pria yang sangat dia kenal, terkekeh dan berkata, "Kau ... Kau tidak bisa melakukannya, aku akan menyelamatkannya. "
Setelah berbicara, dia melompat ke air, lalu meraih tangan Stella, dan menariknya keluar dari air.
Saga memandang Stella, yang wajahnya pucat dan nafasnya sudah lemah. Kepanikan besar melonjak di dalam hatinya, dan dia tidak bisa khawatir jika teringat akan pria itu.
"Stella, bangun! Bangunlah! Percayalah, aku tidak akan membiarkanmu pergi segampang ini." Dia mengangkat tangannya dan menekan jantung Stella, memberinya resusitasi jantung, sambil memberikan pernafasan buatan.
Melihat pemandangan ini, Melani tidak bisa menahan diri untuk mengepalkan kedua tangannya. Wajahnya pucat pasi. Diam-diam dia berharap agar agar Stella lebih baik mati tenggelam. Karena kalau tidak, Stella akan terbangun dan mengatakan yang sebenarnya.
Tiba-tiba Melani gelisah, sama sekali tidak bisa membayangkan konsekuensinya.
Ketika Saga memberikan nafas buatan pada Stella lagi, Stella tiba-tiba batuk dan mengeluarkan beberapa air dari mulutnya.
Melihat ini, senyum gembira muncul di wajah Saha, dan dia dengan lembut menepuk pipi Stella, "Stella ... Stella ..."