Stella yang masih merasa kesal dengan tingkah Janet, dia melampiaskan kemarahannya pada Saga.
"Aku sedang sibuk sekarang! Jangan meneleponku lagi!" teriak Stella dengan marah.
Saga yang mendengar itu, tertegun sejenak. Dirinya tidak tahu salahnya sehingga dimarahi oleh Stella seperti itu. Juga ini pertama kalinya seseorang berteriak dan memarahinya.
Tapi anehnya Saga tidak marah, namun malah memikirkan alasan Stella yang marah.
"Stella-" Saga hanya berucap satu kata, tetapi sebelum dia bisa mengatakan sisanya, Stella menyelanya dengan tidak sabar, "Saga, bisakah kau tidak menggangguku lagi? Aku tidak ingin melihatmu, bahkan tidak ingin mendengar suaramu juga!"
Setelah berbicara seperti itu, Stella langsung menutup teleponnya tanpa menunggu balasan Saga.
Dirinya merasa akan bahaya jika terus bersama dan dekat dengan Saga. Jadi, Stella akhirnya memutuskan untuk membuat Saga menjauh padanya.
Segera setelah itu, Stella memblokir nomor Saga.
________
Di sisi lain, saat melihat teleponnya ditutup Stella secara sepihak, Saga menyeringai.
Dia tidak hanya memarahiku, tapi juga berani menutup teleponnya langsung! batin Saga.
Namun, dia juga tahu karakter Stella dengan sangat baik. Wanita itu bukan tipe orang yang marah tanpa alasan.
Tiba-tiba pintunya diketuk dan dibuka. Saga dapat melihat Dirga yang masuk dan berjalan ke arahnya sambil membawa sebuah dokumen di tangannya.
Sebelum Dirga sempat berbicara, Saga langsung memerintahnya, "Selidiki apa yang terjadi pada Stella hari ini. Laporkan padaku hasilnya."
Dirga yang berdiri depan Saga, tertegun sejenak, kemudian mengangguk dan berkata, "Baik, Pak."
Saat mendengar nama Stella, Dirga seperti pernah mendengar nama itu di suatu tempat. Namun, dia tidak berhasil mengingat dimana dia pernah mendengarnya.
Sedangkan, Saga yang melihat ekspresi aneh Dirga segera bertanya, "Apa ada yang ingin kau katakan padaku?"
"Itu…" Dirga ragu-ragu sejenak, lalu bertanya, "Soal wanita yang menyelamatkan Anda lima tahun lalu. Apakah Anda ingin saya tetap melanjutkan penyelidikan dan mencarinya, Pak?"
Lima tahun lalu, memang Saga, direkturnya, telah diserang seseorang yang membuatnya terluka parah hingga kedua mata Saga buta. Dia diselamatkan oleh seorang wanita. Namun, Saga tidak mengetahui identitas wanita itu.
Setelah Saga sembuh dan menjadi Direktur Utama Maheswara Corp, Saga yang menyadari dirinya belum berterima kasih pada wanita itu, merasa bersalah dan memutuskan untuk mencari siapa penolongnya.
Direkturnya hanya memiliki cincin milik wanita itu, dan berharap lewat cincin itu, dia bisa menemukannya. Namun, sudah lima tahun lamanya, mereka tidak pernah melihatnya lagi, seolah-olah wanita itu menghilang.
Selama lima tahun terakhir juga, direkturnya terobsesi dengan wanita yang menyelamatkannya dan meminta Dirga untuk terus menyelidiki wanita itu.
Dia jadi heran saat Saga sepertinya menyukai wanita bernama Stella, bahkan ingin dirinya menyelidiki wanita itu. Oleh karena itu, Dirga bertanya kepada direkturnya, apakah pria itu ingin dirinya tetap menyelidiki si penolongnya atau tidak.
Sedangkan, Saga saat mendengar pertanyaan Dirga, kembali teringat tentang peristiwa lima tahun lalu yang dia alami, juga seseorang yang sudah memnyelamatkannya.
"Ya. Kau harus menemukannya dengan cara apapun" ujar Saga.
"Baik, Pak" balas Dirga, kemudian menganggukkan kepalanya. Saat sudah tidak ada lagi yang mereka bicarakan, Dirga segera pamit dan keluar dari ruangan Saga.
Dirinya merasa belum paham apa yang ada di dalam pikiran direkturnya saat pemerintahannya untuk menyelidiki dua orang wanita sekaligus.
Hanya dalam waktu setengah jam, Dirga mendapatkan hasil penyelidikan, dan segera mengirimkan email berisi informasi tersebut kepada Saga.
Saga yang baru saja selesai membaca isi email yang dikirimkan Dirga padanya, matanya sedikit menyipit, kemudian segera menelepon seseorang.
"Aku ingin mengajukan syarat lagi untuk kerjasama antara Maheswara Corp dan Antares Corp" ujarnya langsung saat teleponnya diangkat.
Sedangkan, Stella yang sudah kembali di mejanya, sepanjang hari dia hanya menggambar desain.
Saat dia mendongakkan kepalanya, tak terasa sudah senja hari dan suasana di ruangan itu agak sepi karena rekan-rekannya beberapa sudah ada yang pulang.
Stella mengusap lehernya yang sakit, mendesah pelan, kemudian merapikan mejanya yang berantakan, kemudian mengambil tasnya dan segera berdiri.
Saat Stella sudah berada di depan gedung Antares Corp, dirinya melihat mobil yang dikenalnya terparkir di tak jauh di depannya.
Stella berbalik, namun saat akan berjalan pergi, Saga yang baru saja keluar dari mobilnya, meraih tangan Stella, dan berkata, "Stella, aku sudah menyelamatkanmu tadi malam. Bukan begitu? Apa kau tidak mau berterima kasih padaku?"
Saga yang masih memikirkan kemarahan Stella dan juga teleponnya yang tiba-tiba ditutup, ingin memberikan hukuman pada wanita itu. Jadi, saat melihat Stella akan kabur tadi, Saga segera mengatakan itu untuk membuatnya ingat.
Sedangkan, Stella saat mendengarnya, menghela napasnya, kemudian berbalik.
Dirinya juga masih berhutang budi pada Saga karena pria itu telah menyelamatkannya tadi malam dan akan merasa bersalah jika dia kabur begitu saja darinya.
"Terima kasih telah menyelamatkanku" ujar Stella dengan pelan.
Saga menyeringai dan berujar, "Kau hanya berterima kasih padaku?"
Mendengar itu, Stella melepaskan genggaman tangan Saga, memandangnya kesal, kemudian membalas dengan tenang, "Lalu apa maumu?"
Saga tersenyum dan berkata, "Ada pelelangan hari ini. Oleh karena itu, aku membutuhkan seorang pasangan wanita untuk menemaniku pergi ke acara itu." Stella sebenarnya tidak ingin pergi sama sekali, namun saat memikirkan dirinya masih berhutang budi pada Saga, Stella menyetujuinya. Menurutnya, setelah acara itu, dia tidak akan berurusan dengan Saga lagi.
"Oke … " ujar Stella.
Saga mengelus pelas kepalanya, kemudian berkata, "Tunggu aku di sini. Aku akan mengambil mobilku." Kemudian, Saga berbalik dan segera berjalan ke arah mobilnya.
Tidak jauh dari tempat berdiri Stella, Janet yang baru saja melihat interaksi keduanya, menjadi sangat kesal. Dia mengepalkan kedua tangannya, dan saat melihat Saga pergi, dia berjalan ke arah Stella.
Sesampainya di belakang Stella, Janet segera berkata, "Stella, apa kau merasa senang sekarang?"
Saat mendengar itu, Stella berbalik dan melihat Janet yang berdiri sambil membawa sebuah kotak kardus yang berisi beberapa dokumen dan beberapa peralatan kantor.
Wanita itu memandangnya dengan ekspresi penuh amarah.
Sedangkan, Stella yang sudah terlalu malas meladeni Janet, hanya berdiri diam dan memandangnya dengan ekspresi tenang.
Aku bahkan dipermainkan olehmu? Bagaimana aku bisa senang?! batin Stella kesal.
Janet yang melihat Stella mengabaikannya, segera berkata kembali, "Stella, apa lagi yang bisa kau lakukan selain mengandalkan seorang laki-laki? Aku tahu kau berpura-pura menjadi wanita lugu, padahal sebenarnya dirimu adalah wanita yang sangat licik!"
Stella agak terkejut mendengar itu, namun dirinya tidak ingin bertengkar dengan Janet di tempat umum seperti itu.
"Bu Janet, tolong jangan bicara omong kosong" ujar Stella dengan tenang.
Janet yang ingin membalas ucapannya kembali, dia urungkan, saat melihat mobil Saga yang melaju ke arah mereka. Nyalinya jadi ciut dan. Dia tidak bisa menghadapi Saga untuk saat ini. Jadi, Janet segera berkata dengan nada penuh ancaman, "Stella, aku akan membalas perbuatanmu padaku suatu hari nanti. Lihat saja!"
Setelah selesai berbicara, Janet segera berlari dari situ.
Stella yang melihat kepergian Janet, kembali teringat dengan kotak kardus yang tadi dia bawa.
Saat melihat Saga yang turun dari mobilnya, dia segera bertanya padanya, "Apa yang kau lakukan pada Bu Janet?"
Sedangkan, Saga sama sekali tidak terlihat terkejut dan hanya berkata, "Dia dipecat."