Stella tiba-tiba merasa lemas dan pusing saat rambutnya dijambak dengan kuat oleh Saga. Dia segera memejamkan kedua matanya, menunggu kemarahan Saga.
"Hal menjijikkan apa yang ada di wajahmu itu?" Saga menatap wajah Stella dengan ekspresi jijik, dan melepaskan jambakannya.
Mendengar ini, Stella dengan cepat membuka matanya, lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipinya, dan saat melihat sesuatu yang hitam ada di jarinya, dia tersadar.
Setelah mandi tadi dan belum sempat bercermin karena mengeringkan rambutnya, Stella merasa kulitnya sangat kering, jadi dia memakai masker charcoal hitam untuk melembabkan kulitnya.
Dia lupa jika dirinya belum membasuh wajahnya karena sudah ketakutan dengan Saga yang tiba-tiba ke kamarnya.
Memikirkan itu, Stella menghela napas lega karena Saga tidak mengenali dirinya.
Syukurlah! Aku selamat! batinnya.
Maskernya meuntupi seluruh wajahnya kecuali bagian mata, bibir dan lubahng hidunya. Atella berpikir, jika, Saga saja tidak mengenalinya, kemungkinan besar Frans juga tidak dapat mengenalinya.
Untung saja, dia menggunakan maskernya, jika tidak, Saga pasti sudah tahu tentang identitasnya yang sebenarnya.
"Aku sedang memakai masker. Apa itu masalah bagimu?" Stella berkata dengan cepat.
Saat Saga menatap kedua mata bulatnya, dirinya berpikir jika kedua mata itu mirip sekali dengan Stella.
"Cucilah mukamu sekarang" ujarnya.
Dia sangat penasaran dengan wajah Dera tanpa masker karena kedua matanya terlihat mirip dengan mata Stella.
Sedangkan, Stella menjadi panik saat tiba-tiba Saat menyuruhnya mencuci wajahnya karena maskernya adalah satu-satunya cara Stella agar Saga tidak mengenali dirinya.
Dia segera memikirkan alasan untuk menolak, dan tiba-tiba mendapatkan sebuah ide.
Stella kemudian menatap Saga sambil tersenyum, lalu berkata dengan nada sedikit menggoda, "Hm, baiklah. Tapi … aku ingin kau membantuku mencucikan mukaku, bagaimana suamiku?" Stella sudah kehabisan ide, dan berpikir jika dia menggoda Saga dan membuat pria itu kesal, Saga pasti tidak mau melakukannya dan pergi dari kamarnya.
Dia terus menatap Saga dengan ekspresi malu-malu dan berharap jika pria itu akan mau membantunya.
Melihat Saga yang masih terdiam dan tidak menjawab, Stella segera berkata, "Ka itu suamiku. Jadi, sesekali bantulah istrimu ini, ya?"
Sedangkan, saat mendengarnya Saga memandang Stella dengan ekspresi jijik.
Wanita ini sungguh licik! bagaimana bisa dia tadi ingin bercerai denganku, dan sekarang memanggilku "suami'?! batin Saga kesal.
"Dera, kau menjijikkan" ujar Saga langsung, kemudian berbalik dan segera berjalan keluar dari kamar.
Saat melihat Saga yang pergi, Stella yang tadinya panik, menjadi lebih tenang sekarang.
"Huh, syukurlah … " ujarnya pelan sambil mengelus dadanya.
Namun, dia sedikit merasa sedikit sedih saat lagi-lagi Saga menjauh dan menatapnya dengan penuh kebencian seperti tadi.
Dia berpikir jika pria itu sangat membencinya, hingga selalu menghindar darinya.
Sedangkan, Saga yang berjalan di koridor, mendengus saat kembali memikirkan kemiripan antara Dera dan Stella.
Apa yang kupikirkan?! Bagaimana bisa aku berpikir jika jalang itu mirip dengan Stella? batinnya.
Semakin memikirkannya, membuatnya pusing sendiri.
____________
"Tidak, tidak. Aku tidak bisa lebih lama lagi berada di sini. Aku harus segera pergi!" ujar Stella yang masih berada di kamarnya.
Sekarang Saga juga ada di rumah ayahnya, jika dia tidak pergi, dirinya pasti akan bertemu kembali dengan Saga saat makan malam nanti. Oleh karena itu, Stella berpikir jika dirinya harus segera pergi.
Saat kembali memikirkan konsekuensi yang akan dia dapatkan saat Saga mengetahui identitasnya, Stella bergidik ngeri.
Dia kemudian buru-buru mengganti pakaiannya, dan tidak peduli dengan wajahnya yang masih menggunakan masker, lalu langsung keluar dari kamarnya.
Sepanjang perjalan dia kabur dari rumah tadi, untungnya dia tidak bertemu dengan siapapun dan berhasil keluar dengan selamat.
Setelah agak jauh dari rumah Frans, Stella langsung menelepon pria itu.
"Dera, Heri tadi mencarimu dan dia berkata kau tidak ada di kamar. Apa kau pergi keluar? Berbelanja sesuatu?" Saat mendengar Frans yang mengkhawatirkannya, membuat Stella merasa sedikit bersalah pada mertuanya, dan dia diam. Setelah beberapa saat, dia berkata perlahan, "Ayah, aku ada urusan di kantor, dan aku harus segera ke sana dengan cepat. Maaf, aku tidak bisa menemani Ayah makan malam nanti."
Di sisi lain, saat mendengar ini, Frans sedikit merasa kecewa karena tidak bisa mempertemukan putarnya dan Dera untuk berbicara baik-baik mengenai perceraian mereka. Namun, dia tidak bisa menyalahkan menantunya. Sebaliknya, dia membalas, "Kau harus lebih memperhatikan kesehatanmu. Kau selalu sibuk bekerja. Tapi, jangan sampai kelelahan, mengerti?"
"Iya, Ayah" Setelah keduanya mengucapkan salam, telepon ditutup.
Stella menjadi merasa bersalah karena Frans masih perhatian padanya dan memperlakukannya seperti putrinya sendiri, tetapi sayangnya, putranya malah tidak peduli padanya.
Sedangkan, setelah mendengar kabar dari menantunya, Frans segera menyuruh Heri memanggil Saga ke ruang kantornya.
Saat putranya sudah berdiri di depannya, dia segera berkata, "Apa yang kau katakan ada Dera tadi di kamar? Kenapa dia pergi tanpa pamit padaku? Apa kau memarahinya dan mengancamnya?"
Sedangkan, Saga hanya terdiam dan merasa kesal dengan Dera karena dia berpikir jika wanita itu mengatakan dirinya lagi pada ayahnya.
Saat melihat Saga yang masih terdiam, Frans marah, dia segera berdiri dan menggebrak meja dengan keras, lalu berkata, "Kenapa tidak menjawabku, hah?! Kau ingin membuatku marah?!?"
Saga tidak menjawab dan memandang ayahnya dengan ekspresi kaku.
Dia berpikir jika ayahnya sudah sangat terpengaruh dengan perkataan wanita itu dan itu membuatnya kesal.
Frans yang masih tidak mendengar jawaban dari putranya, menghela napasnya, kembali duduk, lalu meminum tehnya sedikit, kemudian berkata, "Bulan depan adalah ulang tahun perusahaan yang ke-100. Kau harus datang bersama Dera ke cara itu."
Sedangkan Saga berpikir, itu hanyalah akal-akalan ayahnya agar dia memperkenalkan wanita itu sebagai istrinya kepada semua koleganya saat acara ulang tahun perusahaan.
"Saga, kalian hanya menikah sebatas menandatangani surat nikah saja dan tidak menggelar resepsi. Apa kau tidak akan memperkenalkan istrimu pada semua orang? Manfaatkan saja kesempatan ini untuk memperkenalkan Dera. Jika kau tidak mau datang dengan Dera, kau tidak boleh datang juga" ujar Frans dengan sedikit mengancam.
Saat Frans memaksanya menikahi Dera, putranya itu langsung menolah yang membuatnya berpura-pura sakit, hingga Saga menyetujui permintaannya. Namun, putranya itu malah tidak datang di hari mereka harus menandatangani surat nikah, bahkan tidak mau menggelar resepsi setelahnya.
Setelah tiga tahun berlalu, Frans berpikir jika acara ulang tahun perusahaan Maheswara adalah kesempatan bagus agar Saga bisa memperkenalkan Dera kepada seluruh tamu undangan, juga mereka bisa berbicara berdua dan kembali akur.
"Ayah, apa kau sudah selesai berbicara? Aku masih ada urusan di kantor" ujar Saga, namun saat akan pergi Frans memanggilnya, "Aku khawatir dengan Dera. Dia pergi tanpa makan malam dulu. Makanan sudah siap, jadi antarkan beberapa makanan untuk Dera."
Mendengar ini, Saga berdecak dan memandang ayahnya dengan ekspresi kesal.
Saat melihat, putranya yang akan menolak perminatannya, Frans segera berkata, "Jika kau tidak mau mengantarkan makanannya, kau akan membuatku marah."
"Hah. Baiklah, aku akan mengantarkannya. Puas?" ujar Saga.
"Bagus!" ujar Frans, kemudian tersenyum dan segera memanggil Heri agar menyiapkan makanan untuk Saga bawa nanti.
Sedangkan, Saga semakin membenci Dera karena ayahnya terlihat begitu perhatian pada wanita itu. Dia membencinya lebih dari dia membenci ibunya …
"Pergilah. Segera antarkan makanannya. Aku akan menelepon Dera jika kau akan datang ke rumahnya" Setelah itu Saga menurut dan langsung pergi ke bawah untuk mengambil makanannya.
Frans yang melihat kepergian Saga, tersenyum dan bergumam, "Anak itu, sangat keras kepala sekali … "
Heri yang berada di sebelahnya hanya menggelengkan kepala, kemudian tertawa pelan. "Tuan, kenapa Anda menyuruh Tuan Saga seperti itu? Sepertinya dia sangat kesal tadi."
"Jika aku tidak melakukannya, mereka akan terus bertengkar dan bercerai. Jika, seperti itu, kapan aku bisa memiliki seorang cucu?" Frans menghela napasnya saat memikirkan hubungan antara putra dan menantunya yang selama tiga tahun tidak pernah akur.
"Tuan Saga akan mengerti, Tuan" ujar Heri menenangkan tuannya yang khawatir.
Sedangkan, Frans yang mendengar itu, juga bisa berharap agar putranya berubah
_________
Saat ini, Stella yang baru saja mencuci wajahnya di rumah, mendapatkan telepon dari Satria.
"Stella, bisakah kau datang ke kantor sekarang? Ada yang salah dengan proposal dua hari lalu. Kau bisa membantuku memperbaikinya?" Satria sedikit merasa malu dan sungkan saat meminta tolong Stella di hari libur seperti ini.
Sedangkan, Stella langsung setuju dan berkata, "Oke. Aku akan segera ke sana, Kak."
Mendengar itu, Satria langsung meminta maaf, "Stella, maafkan aku yang memintamu bekerja di hari libur seperti ini. Ak-"
"Tidak apa-apa, Kak Satria. Aku akan sampai dalam lima belas menit" ujar Stella memotong pembicaraan Satria.
"Oke .. " balas Satria.
Lima belas menit kemudian, Stella sampai tepat waktu di kantornya.
Dia segera bergegas ke arah lift, dan saat pintu lift terbuka, Stella melihat sosok Satria di dalamnya yang membuatnya heran.
"Kenapa kau di sini, Kak?" tanya Stella, lalu masuk ke dalam lift dan berdiri di sebelah Satria.
"Aku berpikir jika kau sudah sampai di kantor, Jadi aku menjemputmu di lobi" ujar Satria sambil tersenyum padanya.
Saat pintu lift terbuka, mereka segera berjalan menuju ruang direktur utama.
Sesampainya, di ruangan, mereka langsung memperbaiki proposal tadi dan bekerja selama dua jam lamanya.
Saat sudah selesai, Stella menepuk-nepuk bahunya dan be "Akhirnya selesai."
Satria yang berdiri di sebelahnya, tersenyum kemudian berkata, "Stella, terima kasih banyak."
"Sama-sama, ini memang tugasku, Kak" balas stella sambil tersenyum pada Satria.
Melihat senyuman Stella, Satria berdehem, kemudian berujar, "Aku memutuskan untuk memberimu hadiah atas kerja kerasmu."
"Hadiah?" tanya Stella dengan ekspresi bingung.
Satria mengangguk, kemudian berjalan ke mejanya lalu mengambil sebuah amplop coklat dari tumpukan dokumen. Lalu, berjalan kembali ke arah Stella, dan menyerahkan amplop itu.
"Bukalah" ujar Satria.
Stella memandang amplop coklat di tangannya, kemudian segera membukanya. Dirinya terkejut saat melihat isinya Ketika dia melihat surat pemindahan karyawan, Stella merasa sangat senang, dan bertanya, "K-kak, ini … benarkah?"
Satria tertawa saat melihat ekspresi bahagia Stella, kemudian menjawab, "Tentu saja itu benar. Apa aku suka dengan hadiahku?"
Stella mengangguk dan tersenyum. "Sangat suka! Ini adalah hadiah terbaik yang kuterima!"
Dia telah mempelajari tentang desain perhiasan selama bertahun-tahun, berharap menjadi desainer suatu hari nanti, dan sekarang dia secara resmi dipindahkan ke departemen desain. Walaupun hanya menjadi asisten, Stella sangat senang.
Satria, yang melihat keadaan di luar sudah gelap berkata, "Stella, sudah malam. Aku akan mengantarkanmu pulang, tapi sebelum itu, aku ingin mengajakmu makan malam. Kau belum makan, kan?"
"Oke" Stella tersenyum sambil memegang amplop di tangannya dengan erat.
Setelahnya, mereka berdua segera pergi dari kantor.
Sesudahnya makan malam, Satria langsung mengantarkannya pulang ke rumah.
Saat sudah sampai di depan rumah Stella, dia langsung turun dari mobil, Satria mengikutinya turun juga.
"Kak Satria, terima kasih karena sudah mengantarkan aku pulang. Kau juga harus segera pulang dan beristirahat" ujar Stella pada Saga yang berdiri di sebelahnya.
"Baiklah. Kau juga harus beristirahat. Jika kau merasa lelah, kau bisa mengambil cuti besok" balas Saria dengan penuh perhatian.
Stella tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipi kanannya dan mengangguk.
"Hati-hati di jalan, Kak Satria" ujar Stella kemudian.
Sedangkan, Saga saat ini tengah mengendarai mobilnya di komplek perumahan Dera.
Saat baru tiba di sana, dirinya ingat jika tidak tahu alamat dan nomor rumah wanita itu.
Tiba-tiba di depan, dia dapat melihat Stella yang baru saja diantarkan pulang oleh Satria. Dirinya tidak menyangka jika Dera dan Stella tinggal di komplek perumahan yang sama.
Stella juga tinggal di komplek ini? Apa ini hanya kebetulan saja? batinnya.