Mars berdiri membeku di tempatnya selama beberapa saat. Pedang di tangannya bermandikan darah musuh. Darah menetes dari ujungnya. Itu juga berceceran di pakaiannya. Ia dalam keadaan linglung.
Setelah ia akhirnya sadar dari rasa linglungnya dan menyadari apa yang terjadi, laki-laki itu tiba-tiba meraung marah dan hatinya hancur berkeping-keping. Mars berlutut dan menangis tersedu-sedu.
Mars belum pernah merasakan kesedihan sebanyak ini sepanjang hidupnya. Dan ia tidak berpikir ada sesuatu yang akan melebihi apa yang ia alami hari ini.
Tidak... jangan ibuku yang begitu baik... Mars menangis sedih.
Penyihir itu boleh mengutuknya lagi. Ia dengan senang hati akan menerimanya.
Ia akan menerima apa saja... Selama ibunya baik-baik saja.
Mars tidak keberatan jika ia tidak pernah bisa menyentuh wanita mana pun atau memiliki ahli waris. Hal itu sekarang tampaknya tidak penting lagi.