"Nath! Apa yang terjadi dengan mu?"
Nathan tak bisa menahan diri untuk tak menangis, sekepergian wanita paruh baya yang merangkai kata terlalu menyakitkan untuk di tangkap pendengarannya. Hatinya mendadak rapuh, tak ada sedikit pun cara untuknya bisa memberikan suntikan positif, anggapan keseluruhannya berubah semakin buruk.
Tubuhnya meringkuk, menyembunyikan raut wajah menyedihkannya di atas tumpukan lengan. Sebuah pelukan di rasakannya, namun rasanya tak cukup mampu untuknya menggapai bantuan.
Nathan menumpahkannya dalam satu waktu, permasalahan hidupnya yang tak pernah bisa berhenti pada konflik yang sama.
Jujur saja, Nathan sangat lelah untuk memerankan diri sebagai seorang pria yang lemah. Semua orang layaknya di permudah untuk bisa menekannya lebih keras, menganggap sepele tentang keinginan dasarnya perihal penerimaan diri sesuai apa adanya. Hanya pada batasan itu, tapi kenapa semakin banyak orang yang mempermasalahkan tentang perbedaannya?