Suara mesin kendaraan yang dibisingkan masih terus di terdengar. Gesekan benda besi yang menggesek jalan bahkan lebih menakutkan dari yang di sangka.
Nathan bukan anak yang baik-baik sejak dulu, hanya saja pergaulan kenakalan remaja turut menariknya untuk melekat.
Jelas saja sadar situasi, saat beberapa remaja berseragam yang tampil berandal membawahi pasukan masing-masing. Senjata yang di genggam turut di banggakan, terangkat tinggi dan saling mengacung pada lawan.
Demi apa pun, Nathan yang masih terlingkup kesedihan malah di berada di posisi pertengahan. Terlalu terlambat untuk melarikan diri, kedua jalan keluar sudah di tutup habis.
Sekujur tubuhnya bergetar, bahkan tumpuan kakinya sudah sangat melemas. Jantungnya berdebar dengan sangat cepat, peluh langsung saja membanjiri.
Lemparan bahu sebesar kepalan tangan menjadi permulaan, melesat tepat di pandangan Nathan yang sama sekali tak bisa menenangkan diri.