Bara bermaksud untuk mengalihkan pandangannya, tapi ia malah penasaran. Jadi, ia terus saja memperhatikan saat Pradita mengusap-usap perutnya dengan kayu putih yang cukup banyak.
Aroma Eucalyptus menamparnya cukup keras. Kali ini, sama sekali bukan saat yang tepat untuk berpikiran kotor.
Ya, mau bagaimana lagi. Ia adalah seorang anak laki-laki yang sedang bertumbuh. Hormon mendidih di dalam tubuhnya. Ia membayangkan jika kaus itu terangkat sedikit lagi lebih ke atas, pemandangannya pasti akan berbeda.
Bara nyaris mengulurkan tangannya dan hendak mengintip sesuatu yang ada di atas perut mulus itu, tapi kemudian Pradita segera menutup toko.
"Apaan lu liat-liat?!" seru Pradita. Ia tampak kesal sambil meringis kesakitan.
Bara langsung membuang wajah. Ia benar-benar merasa tidak hati. "Eh, maaf. Aku gak maksud ngeliatin kamu."