"Kenapa melihat ku seperti itu?"
"B-bagaimana bisa?" tanya Leony tak percaya. Mulutnya seakan tercekat, tak bisa berkata-kata.
"Seperti yang kau lihat. Aku menyiapkan semuanya."
Sosok pemuda itu mendekati Leony. Leony hanya terdiam di tempat, dengan ekspresi tak percaya.
Ia kagum.
Ia terharu.
Ia tersentuh.
"Kau ini!" seru Leony. Ia mencubit pinggang Abare karena kesal. "Aku sudah takut setengah mati tadi! aku kira ada orang-orang suruhan itu yang menyusup masuk ke sini."
"Hahaha, iya maaf mochi bodoh." Abare mengusap kepala Leony pelan. "Lagipula bagaimana bisa mereka masuk ke sini? sedangkan mengambil kuncinya perlu menunjukkan kartu identitas terlebih dahulu."
"Ya bisa saja kan mereka menyogok orang hotel ini, mendapatkan kartu cadangan kamarnya dan masuk ke sini." Leony mengatakan itu dengan wajah curiga yang lucu, seperti wajah anak-anak yang curiga kalau yang menyembunyikan ponsel mereka adalah ibu mereka.