"astaga grietta!!!!" teriak nana dari depan pintu salah satu kamar rumah sakit tempat grietta dirawat sekarang
"ssttt! ini rumah sakit na, jangan berisik" kata grietta yang kini tengah memakan puding coklat kesukaannya,
grietta dan nana adalah sahabat sedari mereka masih di dalam kandungan, ya ibu mereka juga bersahabat sedari SMU jadi jelas saja kalau nana dan grietta sudah seperti saudara, hanya saja nasib nana lebih beruntung ketimbang grietta,
Grietta Edelwies Raharjo anak bungsu dari pasangan Bagus Raharjo dan Rienne Mutia Ayu tidak seberuntung kakak-kakaknya, Gilang Pratama Raharjo dan Guntur Madya Raharjo, pada usianya yang ke 14 tahun dia didiagnosis terkena hemokromatosis atau penumpukan zat besi dalam darah dan membuatnya mengidap sirosis hati atau kanker hati
itulah alasan kenapa grietta tidak seberuntung kedua kakak laki-lakinya yang terlahir sehat tanpa gangguan-gangguan penyakit yang membahayakan tetapi grietta bisa dibilang cukup beruntung mempunyai orang tua,saudara dan sahabat yang selalu ada untuknya
dan kini dia kembali terbaring di ranjang rumah sakit yang sama seperti lalu-lalu dengan kejadian yang sama seperti yang sebelumnya yaitu percobaan bunuh diri
entah apa yang dipikirkan grietta sehingga dia selalu melakukan hal yang sama dan ini sudah yang ke-3 kalinya dia melakukannya,
yang pertama dia mencoba menyayat tangannya sendiri tapi gagal karena saat itu nana langsung menghentikannya, yang kedua dengan meminum obatnya secara berlebihan hingga membuatnya hampir overdosis tapi sialnya dia lupa untuk mengunci pintu kamarnya dan lagi kakaknya gilang mendapatinya jatuh pingsan lalu membawanya ke rumah sakit lalu yang ketiga dengan tidak meminum obatnya sama sekali berutung ibunya curiga terhadap stok obat yang dimiliki oleh grietta didukung oleh grietta yang tiba-tiba pingsan saat menuju ruang makan, lalu berakhirlah dia disini, rumah sakit, rumah kedua untuk grietta
lalu kini nana tengah menatap grietta dengan tatapan yang horor sehingga dia merasa sedikit ngeri dengan tatapan nana
"apaan sih na, jangan melotot gitu, noh bola matanya hampir keluar dua-duanya" ujar grietta bercanda tapi sepertinya tidak ada pengaruhnya untuk nana, tetap saja dia menatap grietta dengan horornya
merasa lelah dengan matanya yang melotot nana pun menghela nafasnya kasar, lalu menarik kursi yang ada di pojok ruangan itu dan membawanya dekat dengan ranjang grietta "dasar bodoh!! apa sih yang ada di pikiran kamu sampe ngelakuin kayak gini lagi sih ta??? kamu gak mikir semua orang berjuang buat kamu tapi kamunya selalu nyerah sama keadaan, gak mikir perasaan om, tante dan abang-abangmu?" tanya nana
grietta diam, tak ada satu kata pun yang terucap dia hanya memandangi tv yang tak bersuara, tau ucapannya tak di gubris nana pun langsung mengambil remote dan mematikan tv tersebut
"haish!!! apan sih na, aku lagi nonton kok dimatiin, sini-in remotnya!!"
"gak!! jawab dulu pertanyaannya! aku lagi ngomong sama kamu, tapi kamu cuekin aku emang enak apa dicuekin!" omel nana
grietta pun tersenyum sendu menatap sahabatnya itu, nana tau betul jawaban apa yang akan dia berikan karena pertanyaan itu sudah lebih dari sekali ditanyakan olehnya, dan jawabannya tetap sama
grietta pun mengambil tangan nana dan mencium punggung tangannya, sembari tersenyum menatap nana dengan sayang, air mata yang sedari tadi ditahan nana pun lolos dari matanya, nana pun langsung memeluk grietta,dan benar saja tangisan nana semakin menjadi dalam pelukan grietta
"kamu jahat ta, aku berusaha mati-matian untuk nyemangatin kamu, ada buat kamu tapi kamu gak sayang nyawa kamu sama sekali, aku itu sayang ta sama kamu, kamu udah kayak saudara aku sendiri, kita dari kecil sama-sama, masa dengan mudahnya kamu mau ninggalin aku" ucap nana terisak, grietta pun mengeratkan pelukannya pada nana, menepuk nepuk punggungnya pelan, sekan membantu menenangkan hatinya
"udah,cep,cep anak ayu... jangan nangis terus, ntar cantiknya hilang" canda grietta, nana melepaskan pelukannya, grietta membantu nana mengusap perlahan airmatanya "aku itu juga sayang sama kamu na, tapi cepet atau lambat aku juga bakalan ninggalin kamu,mama,papa dan abang-abangku, dan aku juga udah capek kayak gini terus, badan aku semakin-kesini bukan semakin sembuh, tapi aku ngerasa semakin ringkih na" jelas grietta
"tapi kan kamu gak harus ngedahuluin takdir kan? kalau seandainya memang itu kehendak Tuhan ya kami semua akan ikhlas ta, tapi kalau dengan cara bunuh diri itu sama aja kamu gak ngehargain Tuhan dan semua orang yang udah berusaha buat kamu"
griietta pun tersenyum, tidak ada balasan untuk apa yang dikatakan nana, lalu grietta mengalihkan pandanganya kearah jendela, dia melihat ada burung yang sedang berterbangan bebas di luar sana, dalam hatinya selalu berkata, dia ingin seperti burung-burung yang terbang itu tapi apa daya itu tidak akan pernah terjadi, selama dia masih dalam keadaan seperti sekarang
"na, kita liburan yuk" celetuknya perlahan, nana mengerutkan alisnya "hah?? apa tadi kamu bilang" tanya nana memastikan
"k-i-t-a l-i-b-u-r-a-n y-u-k!" kata grietta dengan suara yang sedikit nyaring dan nada yang mengeja
mata nana terbelalak kaget dengan apa yang
dikatakan grietta
"kamu gila!! bisa diamuk sama om tante kita nanti ta, belum lagi omelan dari bang gilang sama bang guntur, gak usah aneh-aneh deh" ujarnya
"idih siapa yang aneh-aneh, beneran ini na, sumpah aku bosen banget kayak gini, siapa tau dengan liburan aku gak kepikiran buat bunuh diri lagi" rayu grietta sembari menunjukan puppy eyesnya
nana terdiam sejenak, menggerakan bola matanya kesana kemari seolah berfikir,sedangkan grietta memutar bola matanya bosan karena nana berfikir terlalu lama
lalu tak lama kemudian "okey!! aku setuju" seulas senyuman lebar tercetak dibibir grietta "tapi dengan satu syarat"dan seketika senyuman lebar itu hilang perlahan, grietta menghela nafasnya "apa syaratnya?" tanya grietta
"kamu harus bawa satu suster untuk jaga-jaga, karena aku gak bisa ngebayangin apa yang akan terjadi dengan keadaan kamu kayak gini" tegas nana
"apaa?!! kan kita liburan berdua doank na, masa iya bawa suster segala, jangan suster deh, yang lain aja ya"
"enggak!"
"kan udah ada kamu, masa bawa suster sih na, kamu juga bisa, lagian kamu juga hapal semua obat-obatan yang harus aku minum, tentang waktu istirahat aku dan sebagainya"
"tapi kan ta, keadaan kamu itu udah gak sekuat dulu,ngertilah.. lagi pula kalau om dan tante tau rencana kamu ini sudah dipastikan bakalan banyak syarat dari mereka. kalau kamu setuju dengan syarat aku, janji aku bakalan ngeyakinin om dan tante supaya kita bisa pergi gimana??" grietta pun diam memikirkan kemungkinan yang dikatakan oleh nana, dan dengan terpaksa grietta mengiyakan syarat yang diajukan nana, karena grietta berfikir akan lebih rumit kalau orang tuanya yang mengajukan syarat nantinya
mereka pun mulai membuat rencana kemana mereka akan pergi,apa saja yang akan dilakukan, dan masih banyak lagi
nana melihat grietta sangat bersemangat tentang ini, dia berharap senyuman yang kini tergambar pada wajah grietta tidak hilang, karena alasan nana bisa terus tersenyum adalah grietta, dan tentu saja semoga pikiran untuk mengakhiri hidup itu hilang selama-lamanya dari pikiran grietta.