Percakapannya singkat tapi bertegangan tinggi, begitulah pikir Ardy pada percakapannya dengan Hendri yang nggak menghabiskan waktu banyak bahkan tiga puluh menit pun nggak, dan setelah percakapan itu berakhir dengan Hendri yang cuma nyahutin dua kali, mental Ardy kena dampaknya. Karena Hendri nggak lagi nyahutin saat percakapan penting itu dan malah pergi ke meja barista buat ngobrol sama Rizky, saat itulah Ardy bener-bener ngerasa canggung sampai rasanya pengen cabut aja dari sini.
Dan perasaan pengen pergi itu Ardy realisasikan, dia pamit pergi dengan alasan ada janji, dan sekarang di sinilah Ardy, tempat parkir kafe dengan tampang yang kentara kalau mentalnya agak terguncang. Erza tadinya mau ngasihin kunci motornya ke Ardy tapi lihat keadaan si mantan cowoknya itu tampak nggak baik, Erza jadi urung.
"Dy?" panggil Erza dan si empunya nama tersentak kecil dan segera nyari sumber suara lembut yang manggil namanya itu.
Halo! ini adalah bab terakhir divolume ini, volume selanjutnya akan saya publish kisaran bulan November, terima kasih untuk teman-teman yang sudah menunggu saya update bab baru dan memberikan saya vote, itu cukup berarti untuk saya. Sampai jumpa bulan November teman-teman!