Erza menghela nafas sembari natap pantulan dirinya didalam cermin, nyalain keran kemudian lakuin apa yang jadi tujuannya pergi ke toilet, basuh paras manisnya yang kentara pucat kemudian kembali natap pantulannya. Erza lagi berpikir, gimana caranya bersikap biasa aja sama Ardy? Terlebih, gimana caranya dia bilang kalau hubungan mereka udah berakhir meskipun dirinya nggak mau itu berakhir? Kalau bukan karena Vino dan ulahnya, hubungannya sama Ardy nggak akan kayak gini, ini semua gara-gara Vino.
Erza kembali basuh wajahnya dan basuhannya pada parasnya yang manis terlalu keras sampai helai lembutnya kuyup. Dia nggak tahu lagi gimana dia nyelesaiin ini, berhentiin Vino dan ancamannya, dia cuma berharap Gilang bener-bener bisa bantuin dia karena Ardy sendiri mungkin nggak bisa nyelesaiin ini karena si cowok bermata bak rusa itu pegang kartu as yang bisa menghancurkan mereka kapan aja, mereka nggak bisa berkutik.