Ralin bangun kesiangan. Sinar matahari yang terang menyorot masuk melalui celah tirai jendela kamarnya. Ia mengerjap karena silau. Kepalanya terasa berat, dan sambil duduk ia mengumpulkan kesadarannya. Mengucek mata dan menguap lebar, ia lalu bangkit dan keluar kamar untuk berjalan ke kamar mandi.
Tunggu, pikirnya tiba-tiba, bukannya kemarin ia ada di kamar Yuga? Ralin menoleh ke pintu kamar Yuga yang tertutup, bingung sendiri. Ia tak ingat kembali ke kamarnya setelah mengantarkan makan malam untuk kakaknya. Ralin menggelengkan kepala. Dia tak ingat, efek tidur terlalu lelap.
Setelah mandi dan berganti baju ia turun ke dapur, mendapati Bik Suli tengah sibuk memasak dan Donna duduk di meja makan sambil menelepon. Ralin duduk, mengambil selembar roti gandum dan mengolesinya dengan mentega, lalu bangkit untuk mengambil susu dingin dari kulkas.
“Tumben masak banyak, Bik. Ada tamu?” tanyanya sambil lalu.