“HALO, RALINNN!!”
Ralin terlonjak. Mangkok keripik di tangannya melayang, nyaris jatuh jika saja Yuga tak keburu menangkapnya dengan sigap. Ralin mengelus dadanya dan membelalak pada Ravi dan Deni yang tertawa melihat kepolosannya.
“Ngagetin tahu!”
Dua sahabat Yuga itu cekikikan.
“Kita main yaaa…. Boleh kan?” Ravi mengedip-ngedipkan matanya dengan genit, membuat Ralin mendengus geli.
“Ada upetinya nggak? Gue kan nyonya rumah.”
“Dihh…gitu amat.” Deni lalu menyodorkan sekotak donat pada Ralin. “Ini, Nyonya Ralin. Diterima?”
“Diterima.” Ralin terkikik.
“Boleh kami geledah kamar Tuan Yuga?” tanya Deni dengan mata berkilat nakal.
“Dengan senang hati. Silakan. Berantakin sekalian.” Ralin menjulurkan lidah pada Yuga yang mendelik padanya, dan berlalu sambil membawa kotak pemberian Deni. Ia mendengar ketiga sahabat itu menaiki tangga dan samar-samar suara Ravi dan Deni.
“Tahan lo serumah sama Ralin? Kalau gue nggak bakal kuat iman!”