“Jadi…kapan?”
Ranu dan Ralin membelalak pada Riga, Jenny, dan Pipin yang memandang mereka dengan tatapan menuduh, menuntut penjelasan. Usai pelajaran Seni Teater mereka langsung kabur ke kantin, berdesakan diantara pengunjung lainnya dan berhasil menemukan satu meja kosong untuk mereka berlima. Selagi menunggu makanan mereka diantarkan, tiga sahabat Ralin itu mencecar mereka berdua dan memaksanya mengaku.
“Kapan apanya?” tanya Ranu tak paham.
“Kapan kalian jadian?” Jenny mengulang pertanyaannya. “Kenapa nggak cerita-cerita ke kita?”
“Kita nggak jadian kok.” Ralin menjawab cepat. “Kenapa kalian berasumsi begitu?”
“Ciuman itu, Ralin.” Pipin memutar bola mata. “Dan sikap Ranu belakangan ini yang kelihatan care banget sama kamu.”
Ralin dan Ranu spontan tertawa mendengar kata-kata Pipin. Ralin mengedikkan dagunya, menyuruh Ranu menjelaskan. Ranu memencet hidungnya dengan gemas sebelum berpaling pada mereka bertiga.