"Tidur denganku!?" Andre menatap Nayla dengan kaget. Permintaan Nayla yang tiba-tiba membuatnya bertanya-tanya bagaimana seharusnya dia bereaksi.
"Ya..." Nayla menatapnya dengan sepasang mata hitam dan besar bagaikan rusa yang terjatuh ke dalam perangkap pemburu. Terlihat sangat polos, dan terfokus pada Andre dengan ekspresi sedih.
"Itu ... Aku rasa itu bukanlah ide yang bagus ..." Andre tersenyum tipis sambil menatap Nayla dan melanjutkan ucapannya dengan ragu,:"Aku ... Aku sudah terbiasa tidur sendirian. Jika aku tidur denganmu, bisa-bisa aku akan menendangmu karena aku terlalu banyak bergerak saat tidur. Kau tidak akan senang jika terjatuh dari tempat tidur, kan? "
"Tidak, Kak. Aku pasti akan tetap tidur dengan nyenyak." Nayla mengulurkan tangannya dan menarik ujung piyama Andre dengan lembut. Kemudian dia melanjutkan ucapannya. "Aku berjanji bahwa aku akan bisa tidur di sebelah Kakak dan tetap tidak bergerak.Jika Kakak tidak percaya padaku, Kakak bisa mengikat tangan dan kakiku dengan tali ... "
Heh??
Mengikat tangan dan kakimu dengan tali? Pikir Andre sambil membelalakkan matanya ke arah Nayla
Tentu saja dia tidak perlu melakukannya! Bayangkan jika ibunya ternyata pulang besok pagi, dan ketika dia melihat bagaimana Nayla tidur di sebelah Andre dalam kondisi terikat dengan tali. Bahkan jika Andre memiliki seratus mulut yang berbicara secara bersamaan untuk meyakinkan ibunya, dia tetap tidak akan bisa menjelaskannya dengan baik.
Andre hanya bisa tersenyum canggung dan menggaruk kepalanya saat mendengar perkataan Nayla. "Bagaimana, ya ...Aku masih tidak yakin."
"Tolonglah, Kak. Aku mohon ..." Nayla mengangkat kepalanya, dan sudut matanya mulai terlihat berair..
Andre merasa jantungnya berdetak dengan kencang. Saat melihat Nayla yang hendak menangis, dia segera mengangguk tanpa pikir panjang dan berkata, "Oke, oke. Aku mengerti. Sini, masuklah."
Setelah berkata begitu, Andre membuka pintu kamarnya lebih lebar untuk membiarkan Nayla masuk.
"Terima kasih, Kakak!!" Nayla menyeka matanya dengan tangan dan berkata dengan gembira ke arah Andre. Senyumnya terlihat sangat cerah.
"..."
Andre berdiri di depan pintu sembari memperhatikan sosok Nayla yang berlari menuju tempat tidurnya. Dua kakinya yang pendek dan kurus berayun-ayun dengan keras ke samping tempat tiudr Andre.
Setelah naik ke tempat tidur Andre, Nayla langsung menarik selimut di kasur untuk menutupi tubuhnya hingga dada. Kemudian dia berbaring di tempat tidur Andre dan menepuk posisi di sampingnya sambil berkata dengan penuh semangat: "Ayo, Kak. Cepatlah naik. Kita tidur bersama!"
"Iya, iya. Aku mengerti ..." Andre mengulurkan tangannya dan menyisir rambutnya.Setelah itu dia segera menutup pintu kamarnya dan kembali ke tempat tidur.
Begitu Andre duduk di tempat tidur, dia menyadari bahwa Nayla sedang menatap dirinya dengan penuh semangat. Mata besarnya yang berkilau berkedip-kedip.
Pandangan Nayla membuat Andre membeku sesaat. Dia pun bertanya pada Nayla dengan ragu, "Ada apa? Apakah ada yang ingin kau katakan?"
"Sekarang aku memiliki seorang kakak laki-laki. Karena itulah aku sangat bahagia." Nayla kembali tersenyum lebar pada Andre, menunjukkan dua baris gigi putih ke arahnya.
"Hahahaha, begitu ya..." Tubuh Andre menegang saat melihat senyum Nayla. Kemudian dia tertawa pelan dan mengangguk. " Sekarang aku juga memiliki seorang adik perempuan yang cantik, dan aku juga bahagia..." Ucapnya dengan pelan.
"Ayo tidur, Kak!!" Nayla meletakkan boneka kelinci putihnya di satu tangan, sementara tangan lainnya menggaet lengan Andre di sampingnya. Kemudian dia menutup matanya.
"..."
Andre menatapnya dengan penuh perhatian. Kemudian dia mengulurkan tangan dan mematikan lampu di meja samping tempat tidur dengan pelan sebelum menyelimuti dirinya dan ikut menutup matanya. Rasa kantuk mulai menyerangnya.
Tapi dia masih belum bisa tertidur, dan dia bisa merasakan adanya semburan napas dari sampingnya.
Dia menoleh dan memandang sosok Nayla yang terlihat samar-samar dalam kegelapan.
Eh, dia sudah tertidur?
Setelah menatapnya selama beberapa saat, Andre tidak bisa menahan dirinya dan menyodok pipi Nayla dengan keras.
Hmm ... Dari luar dia terlihat kurus, tapi ternyata pipinya terasa cukup gemuk.
Setelah Andre menyodok pipinya sebentar, dia masih merasa tidak puas. Jadi dia mencoba untuk mencubit pipi Nayla dengan kedua tangan.
"Jangan cubit pipiku. Sakit..."
Tapi Nayla tiba-tiba bergumam di saat Andre sedang mencubitnya dengan asyik..
Secara tanpa sadar Andre langsung menarik tangannya. Kemudian dia menutup matanya dan berpura-pura sedang tidur.
Namun, ternyata Nayla hanya bergumam. Dia berbalik dan kembali tidur.
Andre menunggu selama beberapa saat, dan setela memastikan bahwa dia tidak mendengar apa-apa, perlahan-lahan dia membuka matanya dan menatap Nayla lagi.
Andre tidak menyangka bahwa Nayla akan tertidur senyenyak ini. Bahkan mencubitnya sekeras ini pun dia tetap tidak terbangun.
Selama beberapa saat berikutnya Andre tetap mencubit pipi Nayla dengan asyik, dan pada akhirnya dia sendiri pun tertidur lelap.
Keesokan paginya, ketika jam weker berbunyi, Andre masih berada di tengah mimpi indah. Dalam mimpinya, ibunya membelikan Andre seekor anjing Samoyed yang berwarna seputih salju. Dia memeluk anjing berbulu tebal itu dan menggosok bulunya dengan senang hati. Tapi tiba-tiba anjing itu berbalik dan berlari ke arah lain.
Hei, jangan lari!
Andre buru-buru menyusul dan memeluk anjing Samoyed berbulu tebal itu, dan ketika dia hendak menyeretnya dengan paksa, sebuah suara pelan terdengar di telinganya: "Kak... Jangan cekik aku... "
Suara ini...
Bagaimana bisa anjingnya berbicara?
Andre membuka matanya dengan cepat dan melihat wajah Nayla yang dekat dengannya. Pipinya terlihat memerah, dan dia tampak kehabisan napas. Sudah ada sedikit air mata di matanya.
Dan ternyata tangannya mencekik leher Nayla dengan erat.
Apa apaan!?
Andre segera menarik tangan dan menatap wajah Nayla yang ada di depannya selama beberapa saat. Kemudian dia akhirnya teringat bahwa dia adalah saudara perempuannya yang baru saja datang dalam kehidupannya kemarin.
"Tit tit tit...." Sementara itu jam wekernya masih berdering di meja samping tempat tidur.
Andre berbalik dan mematikan alarm jam wekernya sebelum kembali menatap Nayla selama beberapa saat. Kemudian dia bangkit duduk di tempat tidur dan berkata, "Ternyata hanya mimpi ... Benar-benar anjing putih yang besar ... "
"Anjing putih besar apa?" Nayla membuka matanya secara tiba-tiba. Setelah mendengar kata-kata Andre, dia menatapnya dengan rasa ingin tahu.
"Bukan apa-apa." Andre tersenyum canggung padanya dan menggaruk bagian belakang kepalanya."Yah, sudah waktunya bangun. Segera ganti baju dan cuci mukamu secepatnya. Setelah sarapan, aku akan mengantarmu ke sekolah kita untuk bermain."
"Benarkah !?" Mata Nayla tiba-tiba berkedip, dan dia segera turun dari tempat tidur dengan bersemangat.
"Ah ... Ya ..." Jawab Andre dengan santai. Meskipun wajahnya terlihat datar, dalam hati dia merasa bahagia.
Setelah sarapan, Andre menggandeng tangan kecil Nayla dan berjalan menuju sekolahnya. Hari sudah agak siang ketika mereka tiba di sekolah. Saat melihat pintu gerbang sekolah akan ditutup, Andre segera berlari sambil menggandeng tangan Nayla. Dan akhirnya mereka bisa memasuki sekolah Andre dengan tepat waktu.