Keadaan sangat riuh di kelas ini, Kelas 1C. Disinilah Arslan akan menghabiskan masa kelas 1 Smp nya. Banyak kejadian dan kenangan yang terngiang di benak Arslan ketika di kehidupan sebelumnya. Kejadian bahagia, pahit, juga menyedihkan. Ia tidak pernah melupakan setiap inci kejadian yang akan membawanya pada penyesalannya menjadi murid yang bodoh dan malas untuk belajar.
Setiap ruang ia telusuri, melihat dengan detail setiap teman sekelasnya yang sudah ia hafal semua nama-nama dan kepribadian mereka. Ia masih tidak percaya, bahwa ia akan kembali ke kehidupan ini, bereinkarnasi kembali menjadi dirinya yang berusia 12tahun. Tentu saja, Arslan yang sudah sadar sepenuhnya bahwa ini adalah kenyataan, tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua yang Tuhan berikan padanya. Ia akan menjadi yang terbaik dari yang terbaik di kehidupan ini. Merombak semua kehidupannya yang dulunya ada dibawah, hingga harus ia rubah untuk mencapai puncak dari segalanya.
"Nis.. Anisss!!!". Teriak seorang gadis yang duduk di sebelah Annisa. Membuat annisa melonjak kaget. Gadis itu bernama Bernadeta, Sahabat Annisa.
"ada apa bernadeta? Kenapa teriakin aku?"
"ya habis kamu aku panggil ngga jawab-jawab. Kamu ngelamunin apa?"
Annisa pun merubah pandangannya kearah Arslan yang duduk sendirian di pojok kiri belakang. "aku masih kawatir sama arslan, pasti kakak kelas itu bakalan gangguin arslan terus"
Bernadeta hanya menghela napasnya panjang. "oke. So, emangnya kamu bisa bantuin apa buat dia? Kita ini cewek nis, jelas ga bisa bantuin dia berantem sama kakak kelas". Ujar bernadeta yang sontak membuat annisa menoleh padanya.
"berantem? Emangnya mereka bakal berantem?". Tanya annisa polos
"ya jelas donk annisa! Cowok begundal kayak kak Deren itu, ngga suka menyelesaikan masalah hanya dengan mulut, dia itu lebih suka menyelesaikan masalah dengan baku hantam!"
"terus gimana donk nat? kita harus bantuin arslan, dia Cuma sendiri, sedangkan kak Deren pasti bawa anak gengnya!". Kalimat yang dilontarkan annisa sontak membuat 2 orang didepan bangku mereka menoleh kebelakang, tepatnya ke Annisa dan Bernadeta yang sedang mengobrol.
"kalian lagi ngomongin masalah Arslan tadi ya?". Tanya seorang cowok yang sebenarnya adalah 2 orang yang terkena masalah dengan Deren tadi.
"eh, iya. Tunggu, namamu yeri kan? Terus kamu Yosi?" sambil menunjuk orang yang berada di sebelah cowok bernama yeri itu.
Mereka berdua mengangguk. Terlihat 2 orang cowok bernama Yeri dan Yosi itu sangat antusias dengan obrolan 2 gadis dihadapan mereka itu. Bagaimanapun Arslan adalah pahlawan penolong bagi mereka, sudah sepantasnya mereka ikut membantu ketika penolong mereka terkena masalah.
" kalau boleh, kami juga akan ikut membantu. Bagaimanapun Arslan sudah menolong kami berdua, kami tidak mungkin diam saja melihat Arslan akan menghadapi kak Deren sendirian". Ucap Yosi yang seketika itu membuat Annisa dan Bernadeta saling pandang dengan raut muka yang bahagia. Akhirnya ada juga yang membantu, meskipun bantuan kecil, tapi sangat berarti untuk mereka.
"lalu kalian ada ide apa buat nolong Arslan?". Tanya bernadeta antusias pada yeri dan yosi. Dia penasaran ide apa yang mereka ungkapkan untuk menolong arslan.
"baiklah kalau begitu, pertama kita harus meminta semua anak cowo di kelas ini untuk ikut membantu Arslan melawan gengnya kak Deren, lalu…". Yeri dan Yosi saling menjelaskan perihal ide mereka untuk menolong arslan. Annisa dan bernadeta hanya mendengarkan dengan seksama.
Beberapa saat kemudian…
" bagaimana anak-anak? Untuk peraturan kelas dan sebagainya tadi apa kalian sudah mengerti? Dan apa kalian semua bisa terapkan bersama?"
"KAMI MENGERTI BU…!!!!". Sahut anak-anak kes 1c secara bersamaan.
"baiklah, untuk sekarang ibu akan minta voting kepada kalian untuk menentukan siapa calon ketua dan wakil kelas kalian. Sisa calon nya akan jadi bendahara dan sekertaris kelas. Sedangkan untuk Ketua kelas dan wakilnya yang sudah terpilih, berhak untuk menjadi anggota osis di sekolah ini. Setiap kelas memiliki perwakilannya juga untuk menjadi anggota osis. Kalau kalian sudah paham, ibu akan panggil lima anak sesuai hasil rapat guru yang diadakan kemarin". Setelah mengucapkan kalimat yang panjang itu, guru wali kelas tersebut mengambil sepucuk kertas yang ada di meja miliknya. Dan membacakan setiap nama yang ada.
"baik. Nama yang ibu panggil harap maju kedepan. Annisa Maurina, Tino Kurniawan, Debora Asih Asmawati, Yohanes Wicaksono dan Arslan Lay. Nama yang ibu sebut tadi harap maju ke depan.."
Kelas pun menjadi ramai ketika nama mereka berlima disebut, seakan ada acara meriah yang membuat mata pelajaran diundur lama.
"oke..oke… silent please!! Sekarang kalian mulai voting. Di papan tulis ada nama mereka berlima, setiap murid berikan 1 voting di setiap nama yang menurut kalian cocok sebagai ketua kelas. Mulai dari bangku pertama…"
Disamping itu terlihat Arslan yang berdiri disamping Annisa, membuat gadis itu sangat gugup ketika berdekatan dengan Arslan. Wajahnya sudah sangat merah seperti buah tomat.
"Kamu lebih cocok jadi ketua kelas". Ucapan itu membuat annisa lepas dari linglungnya. Sehingga ia memandang keaarah suara yang baginya seperti suara malaikat, itu suara Arslan.
"apa?". Annisa tergagap, entah ia harus menjawab apa.
"aku ngomong serius, kamu cocok buat jadi ketua kelas"
"kenapa kamu ngomong begitu ar?". Tanya Annisa penasaran, ia juga harus membalas pembicaraan itu agar tidak terlihat canggung.
"entahlah, aku Cuma berpikir seperti itu". Katanya sambil tersenyum manis didepan annisa. Yang kini membuat annisa kembali tertunduk malu.
Kalimat terakhir Arslan menjadi tanda Tanya besar untuknya. Kenapa dia berbicara seperti itu, apa bagusnya diriku sebagai ketua kelas?. Batin Annisa yang penasaran mendengar ucapan Arslan. Baginya, ia yang sembrono dan pecicilan sangat tidak cocok menjadi ketua kelas. Bahkan dulu saat sekolah dasar, Annisa ditunjuk menjadi ketua tim basket sekolah, namun dia tidak sanggup membawa sekolahnya lolos dari grup kualifikasi. Menurutnya ia sangat payah dalam memimpin orang lain. Namun Arslan menganggapnya berbeda, cowok itu lebih memilih Annisa dalam mengatur urusan kelas dan murid-murid didalamnya.
Arslan memandangi Annisa yang tertunduk malu. Ia hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah lucu gadis itu. Menurutnya selain tingkahnya yang lucu, ada sisi lain yang sangat di sukai Arslan dari Annisa, yaitu sikap kepeduliannya terhadap orang lain, yang juga membuat Arslan tidak bisa melupakan Annisa.
Annisa, Orang lain tidak akan mengerti dan melihat dirimu yang sebenarnya. Namun aku sangat mengerti dirimu yang sebenarnya….
Creation is hard, cheer me up!