Gadis berparas ayu itu mengekori langkah Areez yang memimpin jalan. Di dalam lift Cleine lebih banyak diam. Dari sekian banyak orang kaya yang berada di sekitarnya baru Areez yang membuatnya heran. Areez memiliki lift nya sendiri dan tinggal di tempat yang sangat luas bersama para pelayannya. Cleine tidak terkejut jika mereka turun ke tempat parkir di mana terdapat banyak sekali mobil mewah, ada beberapa yang terlihat antik. Ia yakin kalau itu semua milik Areez. Ada empat puluh atau mungkin lebih dari lima puluh mobil yang diparkirkan sangat rapi.
"Kau kenapa dari tadi lebih banyak diam? Lulusan Public Relationship biasanya memiliki pembawaan yang sangat ramah." Areez membukakan pintu untuk Cleine.
"Terima kasih."
Cleine seperti sudah tidak memiliki privasi lagi. Pria yang sedang bersiap-siap untuk menyetir tampak sudah mengenal dirinya. Apakah dia juga tahu kalau dirinya menderita kanker otak dan akan segera mati? Tapi yang jelas Areez tidak tahu soal rencana bunuh dirinya. Ia belum siap menambah daftar kenalannya dalam jarak dekat ini.
"Kau sudah tahu alamat rumahku, kan?" Cleine bertanya kepada Areez yang sudah berhasil keluar dari gedung apartemen dan kini berada di jalan raya.
"Sudah, setelah kau tidur di tempatku aku menyuruh orangku untuk mengetahui apakah dirimu berbahaya atau tidak untuk hidupku. Berkas-berkasmu baru kubaca tadi pagi, kenapa?" Areez mengatakannya seperti mengatakan sesuatu yang tidak penting, jelas-jelas ia baru saja melakukan kegiatan memata-matai kehidupannya.
"Aku tidak berniat untuk menguntitmu, aku hanya memastikan kalau kau bukan pembunuh bayaran."
"Apa aku terlihat berbahaya?" Cleine tidak percaya dengan penuturan Areez yang terdengar sangat mengada-ada. Malah Cleine yang harusnya waspada bisa saja Areez berbuat kejam kepadanya yang seorang wanita sakit-sakitan.
"Tidak."
"Lalu?" Cleine semakin tidak mengerti.
"Yang terlihat jinak kadang bisa menyembunyikan sesuatu yang kejam."
"Kau benar. Ada banyak orang yang terlihat baik tapi mereka memiliki hati yang busuk." Saat mengatakannya ia malah teringat dengan Silvia dan ibu tirinya. Padahal dia Cleine malas sekali untuk mengingat-ingat mereka.
"Hatimu busuk?"
"Mengapa kau bertanya seperti itu kepadaku? Aku hanya membenarkan perkataanmu yang mengharuskan kita selalu mawas diri."
"Terserah kau saja." Areez kembali fokus menyetir mobil mewahnya. "Ngomong-ngomong selama menjadi pengangguran apa saja yang kau kerjakan?"
"Hmn …" Cleine sedang berpikir, "aku melakukan kegiatan-kegiatan yang ingin aku lakukan, yang sangat ingin kulakukan karena belum tentu ketika aku sibuk bisa melakukannya."
"Bagaimana kalau hari ini kita jalan-jalan, kau yang menentukan tujuannya."
Cleine menatap pria yang sedang melihat jalanan. Apa dirinya tidak salah dengar? Bahkan mereka baru bertemu semalam dan Areez tampak ingin lebih mengenalnya. Apa dia tidak tahu kalau Cleine sebenarnya tidak ingin menambah daftar kenalannya?
"Jangan terlalu lama berpikir, kau akan kehilangan kesempatan berkencan bersamaku. Pria tampan sepertiku sangat sayang jika dilewatkan." Areez menyombongkan dirinya yang memang sangat tampan.
"Baik, Tuan yang sombong, kau mau jalan ke mana? Memang benar aku kadang bingung mau melakukan apa ketika tidak memiliki kegiatan." Cleine mengiyakan ajakan Areez.
Tidak apa-apa ia menghabiskan waktu dengan pria asing di sampingnya sebelum dirinya pergi untuk selamanya. Cleine Agnella Foster ingin melupakan kenangannya bersama Roland. Pria yang menjadi sopirnya itu lumayan tampan dan sangat layak untuk dicoba. Lalu ia akan pergi ketika sudah menyelesaikan urusannya dengan Areez.
"Kau tidak memiliki tempat rekomendasi yang ingin kau kunjungi."
Cleine berpikir lagi, "taman hiburan?"
"Boleh, aku sudah lama tidak bermain dan mencoba wahana di sana. Taman hiburan mana yang ingin kau kunjungi?"
"Yang dekat dengan pantai." Cleine berseru senang.
"Oke."
Areez menghentikan mobilnya untuk mengisi bahan bakar. Ia turun diikuti oleh Cleine yang ingin membeli minuman di mini market. Areez menarik selang dan mulai mengisi penuh mobilnya sambil menelepon seseorang. Sambil menunggu Cleine ia memilih duduk di kap mobilnya dengan pose yang mungkin mengundang banyak wanita berdecak penuh kekaguman kepadanya. Sayangnya pom dalam keadaan sepi.
Cleine hanya membeli dua air mineral. Ia tidak membawa kantong belanja sehingga dirinya tidak jadi membeli cemilan. Cleine malas kerepotan ketika membawanya nanti. Kantong plastik sudah jarang dijual demi menjaga kebersihan lingkungan sejak beberapa tahun terakhir. Meskipun merepotkan tapi Cleine tahu kalau sampah plastik semakin menumpuk dan sulit terurai dengan baik.
Cleine melihat Areez yang sedang duduk di kap mobilnya. Tangannya menyilang di dadanya dan terlihat santai sekali. Dari jarak yang cukup jauh Cleine akui jika Areez begitu tampan. Pria itu benar-benar tidak baik untuk keadaan jantungnya. Meskipun terlihat arogan dan super kaya, Areez tampaknya menerima siapa saja sebagai temannya. Areez mungkin pribadi yang mudah dekat dengan siapa saja menurut pemikiran Cleine. Padahal sebenarnya Areez tidak seperti itu. Areez bersikap baik kepadanya karena ada sesuatu pada diri Cleine yang membuatnya penasaran dan dirinya tidak suka dihantui oleh perasaan itu.
Tidak mau membuat Areez menunggu, Cleine bergegas untuk menyelesaikan urusannya dan kembali ke mobil Areez.
"Mau air mineral" Cleine menawari Areez yang masuk ke mobil setelah Cleine di dekatnya. Cleine ikut masuk dan mereka kembali melanjutkan perjalanan.
"Aku tidak haus." Areez menjawab sembari melirik Cleine yang sedang membuka botol air mineral.
Mereka tidak banyak berbicara, karena mereka tahu sebentar lagi mereka akan sampai ke tempat tujuan. Selama dalam perjalanan Cleine lebih banyak melamun. Ada banyak hal yang dipikirkan oleh gadis itu, salah satunya tentang keputusannya untuk mengakhiri hidup. Apakah mati adalah solusi atas segala kesengsaraan yang dia alami selama ini? Bersama Areez ia merasakan sesuatu yang lain. Tapi penyakitnya lama kelamaan pasti akan membuatnya kehilangan kehidupannya.
"Sudah sampai." Areez langsung ke luar dari mobil diikuti oleh Cleine yang baru sadar jika mereka sudah tiba di depan taman hiburan. Kini mereka perlu berjalan untuk masuk, karena jarak parkiran ke gerbang taman hiburan lumayan jauh.
Hanya ada beberapa mobil yang terparkir. Cleine melihat ke kanan dan ke kiri untuk mencari anak-anak atau siapa saja yang datang ke taman hiburan. Akan tetapi sampai lehernya pegal tidak ada orang yang berjalan atau berpapasan dengan mereka berdua. Ini terasa janggal bagi Cleine.
Cleine tampak heran mengapa taman hiburan yang hampir setiap hari ramai kini malah sangat sepi. Ini hari Sabtu, normalnya di hari libur tempat hiburan akan selalu ramai. Areez melenggang masuk tanpa mampir ke tempat pembelian tiket. Cleine melihat ada dua orang berseragam hitam yang menunduk hormat ketika Areez melewatinya.
Memang benar ada yang tidak beres dengan taman hiburan ini. Clein mengikuti Areez yang menuju ke salah satu wahana yang ingin ia coba.
"Cleine kau suka naik halilintar tidak?" Areez membalik tubuhnya dan melihat Cleine yang berjalan menuju ke arahnya.
"Reez … kau tidak menyewa seluruh taman hiburan ini, kan?" Cleine mencoba memastikan.
"Oh, itu. Benar, aku menyewanya seharian. Kenapa? Apa ada masalah?" Areez mengatakan kalau dia sudah menyewa taman hiburan dengan raut muka yang biasa saja. Seperti pria itu baru saja membeli makanan ringan berharga murah.
Cleine menganga di depan Areez, baru kali ini dia begitu menyesal mengajak Areez ke taman hiburan. Entah berapa banyak uang yang dihabiskan Areez untuk datang bersamanya. Ini terlalu berlebihan.
"Ini taman hiburan milikku, kau tenang saja. Sehari tutup tidak akan membuatku bangkrut." Areez tersenyum.
"Taman hiburan ini milikmu?" Cleine cukup terkejut mendengar fakta itu.
"Tentu saja, apa perlu aku kenalkan kepada pengelolanya supaya kau bisa masuk secara gratis jika mampir ke sini?" Areez memberikan tawaran kepada Cleine.
"Tidak. Tidak usah." Jawab Cleine cepat.
"Ayo kita bermain." Areez mengulurkan tangannya dan mulai menarik Cleine yang masih tidak percaya kalau dirinya adan Areez akan bermain tanpa harus berbagi dengan orang lain. Ini benar-benar luar biasa. Apa begini rasanya menjadi orang kaya? Pantas saja Areez memiliki apartemen yang luar biasa serta koleksi mobil yang sangat banyak, ternyata dia adalah seorang pengusaha.
Cleine tidak percaya kalau ada seorang pangeran berparas malaikat yang sedang mengajaknya bermain di taman hiburan. Mungkin ini adalah kado dari Tuhan kepadanya yang tidak akan berumur panjang.
Senangnya, Ester bisa update juga hari ini. Selamat membaca.