Beberapa waktu sebelumnya....
Edward muncul di atas panggung, Keira langsung mempunyai firasat buruk. Edward pasti punya rencana lain untuk mencarinya. Keira mundur perlahan dari keramaian penonton. Dan benar saja. Baru sebentar Keira bergerak, Edward sudah mengumumkan berita pencariannya. Bahkan ia menjanjikan hadiah spektakuler bagi yang bisa menemukannya.
"Hey, itu bukannya seragam anak Pahlawan?" seru seseorang waktu Keira melarikan diri dari kerumunan murid SMA Global.
"Oh, iya. Ayo tangkap dia! Kita bisa minta apa saja pada Edward sebagai imbalan."
Keira menoleh. Dua anak cowok itu mulai mengejarnya. Ia pun sadar dirinya kini tengah diburu semua penghuni SMA Global. Keira tak tahan untuk tak menangis. Tenaganya sudah habis, ia tak bisa berlari lebih jauh lagi. Namun ia tidak mau tertangkap oleh mereka.
Akhirnya Keira membelok di suatu koridor. Ada area cukup ramai di sana, tapi orang-orang itu sepertinya bukan kalangan murid Global. Agaknya mereka para artis pengisi acara. Mereka tak berpenampilan seperti murid dan sudah dewasa.
"Keira!" Suara Yamato membuat Keira terbelalak. "I found you!" Ia lalu menyergapnya dari belakang.
"No! Let me go!" Keira menginjak hebat sepatu Yamato lalu berlari ke keramaian di depannya.
"Ouh, it hurts!" Yamato mengerang. "Jangan kabur, plis!"
Karena berlari tanpa hati-hati maka tak dapat dihindari, Keira menabrak serombongan orang di depan sebuah pintu. “Akhh!" pekiknya.
"Be careful, kid!" Seseorang yang ditabrak Keira memegang bahunya sebelum jatuh.
"So-sorry, I'm in hurry," jawab Keira sambil terus menoleh ke belakang.
"Look! A cute student!" Salah seorang dari rombongan itu menunjuk Keira.
"Please, David. You always say like that to every girl you meet," komentar yang lain.
"Come on, Chad. She's pretty cute."
Chad? David? Keira seperti pernah mendengar nama-nama itu. Segera Keira mengalihkan perhatian dan mengamati wajah empat cowok di hadapannya. Semuanya bermuka bule. Entah kenapa Keira yakin pernah melihat mereka di suatu tempat. Tapi kapan? Ia bertanya-tanya.
Verizone.
Keira membaca topi yang dipakai oleh seseorang yang tadi dipanggil David. Verizone? Ia memutar otaknya. Verizone. Itu kan.... Serta merta Keira terbelalak. "Oh my God! Chad? Is it really you?"
"Yes?" Chad terkejut melihat ekspresi heboh cewek di depannya. "Who are you?"
"It's me! Do you forget me?" Keira menatap satu persatu muka personil itu. Mereka sama sekali tak mengenalinya. Wajah Keira tampak asing. Bahkan sepertinya ini pertama kali mereka melihat anak itu.
"Are you a fans?" tanya David sang drummer.
"Yes, I mean... no!" Keira bingung bagaimana cara menjelaskannya. Pantas saja kalau mereka tak mengenalinya. Waktu di rock show ia berpenampilan rocker. Tidak seperti murid biasa seperti ini.
"Okay, I'm Keira. I was lost at rock show some months ago. You guys helped me. That was in Kawula Fm's event. Chad, you took me to the stage and we sang Playing God," jelas Keira sebisanya.
Sejenak empat cowok itu termenung.
"Oh, yeah. I know. She's the girl who lost that day!" Kyle yang pertama mengingat siapa Keira berseru.
"Ooh, yes, yes. Keira. That cute rocky girl." Chad segera menepuk hangat pundak Keira. "Sorry, you look so different from that day. So are you a Global high school 's student?"
"No. I just...."
"Keira, lo nggak bisa lari lagi!" Tiba-tiba Yamato mencekal Keira lagi dari belakang. "Ayo, kita temui Edward!"
"Yamato? Please..." Keira meronta dari cengkramannya. "Lepasin gue! Gue nggak mau ketemu Edward! Gue nggak mau pokoknya!" Keira hampir menangis karena ketakutan.
"Hey, dude! What are you doing?" David mendorong Yamato dari Keira. "She is our friend, you know? Don't touch her like that." Ia menarik Keira ke dalam rombongan mereka.
Yamato terbengong melihat siapa yang menarik Keira. "David? Oh—oh, Verizone?" Ia menganga tak percaya.
"Yes, we are," sahut Chad sambil menatapnya tajam.
"Woww, this is crazy! I like all your cover songs, guys!" seru Yamato. Matanya mendadak bersinar terang.
"Thank you. But what's your bussiness with Keira? Maybe I'll do something to you if you're trying to annoy her," kata Chad tegas.
"Ooh, well..." Yamato menggaruk-garuk kepalanya. Ia tidak ingin bilang jika dirinya berniat menangkap Keira. Matanya melirik ke arah samping. Ia melihat anak-anak Global lain mulai datang untuk menangkap Keira juga.
"Let's take Keira to safe place. She's in danger. Everyone at this school are looking for her," ucap Yamato kemudian. Ia memutuskan tak membawa Keira pada Edward. Daripada meminta hadiah pada cowok berkuasa itu, bergabung dengan Verizone sepertinya akan lebih seru.
Akhirnya Verizone dan Yamato membawa Keira ke ruang khusus bintang tamu. Tak ada murid yang boleh masuk ke ruangan itu jika tak berkepentingan. Beberapa security juga berjaga di depan untuk mengawasi ruangan. Keira tentu aman di dalam sana.
"Hey, Paul! Can I take picture with you?" Yamato mengeluarkan ponselnya. Rupanya dia sangat mengidolakan Verizone.
"Keira, I like your voice. How about join us to perform on the stage?" ajak Chad.
"What?" Keira membulatkan mata. "Are you serious? It's impossible. I could destroy your song. No...!" tolaknya.
"No? Your voice is unique, Keira. Be confident. I know you can be a rock star if you want," Chad tersenyum kepadanya.
"Keira!" Yamato mendadak berteriak. "Rafael kayaknya mau ke sini, deh. Kalo gue ketahuan nyembunyiin lo bisa gawat. Lo bisa ngilang atau apa gitu?"
"Ngilang? Emang gue jin apa?" gerutu Keira sebal.
"Lo bilang lo nggak mau dibawa sama Edward, kan? Lo harus sembunyi. Rafael atau Edward bisa masuk tempat ini dengan mudah. Tahu sendiri kan siapa mereka?" kata Yamato.
Keira melihat berkeliling. Banyak cewek dancer pengisi acara sedang berdandan di dalam ruangan luas itu. Tiba-tiba Keira punya ide. "Just wait for me, guys!" serunya lalu berlari ke cewek-cewek di sana.
"Sembunyi yang bener, Keira!" seru Yamato sambil lanjut mengambil gambar bersama Paul dan Kyle.
Tak berapa lama kemudian, Keira pun kembali pada Yamato dan Verizone. "Gimana? Gue nggak kayak Keira yang tadi, kan?" ucapnya pada mereka.
Yamato terbengong-bengong. Muka Keira sudah full make up. Dandanannya sedikit seram layaknya emo girl.
"But your uniform, Keira. Everyone can see you as Keira easily if you still wear that." Kyle menunjuk seragam identitas SMA Pahlawannya.
"Oh, come on. David can help you for this." David berdiri lalu menghampiri cewek-cewek dancer lain. Entahlah dia bilang apa, tapi 5 menit kemudian dia kembali dengan satu setel baju di tangannya."Use this, Keira. Change your uniform with this," kata David.
Keira mengangguk meskipun ragu. Ia lalu berjalan ke ruang ganti di pojok ruangan. Tepat saat Keira keluar, Rafael juga masuk ke ruangan itu.
"What the hell? Apa yang lo lakukan di sini?" Cowok itu melototi Yamato.
"Jumpa fans," jawab Yamato sambil memamerkan fotonya. Ia sudah mengambil gambar bersama seluruh anggota Verizone.
"Lo nggak ikut nyariin Keira?" Rafael bertanya sambil melihat isi ruangan. Matanya lalu tertuju pada cewek berpenampilan rocker di pojokan. "Who's that girl?" Ia bergumam sambil mendekatinya. Tak cuma Keira, Yamato dan Verizone pun berdebar saat Rafael menghampirinya.
"Hey, who are you?" Rafael menanyainya.
Keira coba menahan kegugupannya. "I'm..." Ia menggigit bibirnya sambil menatap arah lain. Ia khawatir Rafael segera menyadari siapa dirinya. "I'm...."
"She is our partner," Chad cepat-cepat menjawab. "Well, we will sing duet song. So we invite her to join us," jelasnya."She looks so great, right?"
Rafael mengangguk. "She's scary but cutie," pujinya lalu keluar ruangan. Mereka langsung mengembuskan napas lega.
"Sumpah. Lo keren banget, Keira!" kata Yamato saat melihat Keira memakai kostum manggungnya. "It's really cool. You look like a real rock star." Yamato sampai mengajaknya foto bersama.
"Keira, can you sing The River?" Paul lalu menanyai Keira.
Keira terdiam untuk berpikir. The River ialah lagu Good Charlotte featuring M Shadows dan Synyster Gates dari Avenged Sevenfold. Lagu yang menghentak dan bertempo lumayan cepat. Lagu yang keren, rock beat, namun cukup easy listening.
Keira mengangguk pelan. Ia cukup tahu lagu itu. Ia menyukai suara Joel Madden. Suaranya sangat khas. Lagu-lagu pop punk, pop rock, rock dance. Itu Good Charlotte sekali. Keira menyukai karya-karya band asal Amerika itu.
"Good. You can fill my position to sing this song. Let's do some practice!" Segera Paul mengambil gitarnya. Ia mengajak Keira berlatih sebelum mereka tampil bersama.
***Beautiful Rocker***
"Are you ready to rock?" seru Chad.
"YEEEAAAAAAHHHH!"
"Are you sure?"
"YEEAAAAAHHHH!"
"So let's play guys!" Chad memberi aba-aba dengan jari pada teman-temannya.
1 2 3 !
Musik pun lekas menghentak. Gebukan drum David serempak dengan permainan gitar Paul dan Keira. Seperti kesepakatan, Paul bagian lead gitar lalu Keira main di rhytem. Kemudian petikan kencang bass Kyle mengomando Chad untuk segera memamerkan suaranya.
"Baptized in the river
I've seen a vision of my life
And I wanna be delivered
In the city was a sinner
I've done a lot of things wrong
But I swear I'm a believer
Dentuman bass dari Kyle kembali menghentak nada. Kini giliran Keira mengisi vokalnya. Ia berperan sebagai M Shadows dari lagu aslinya.
"To the praying Mother
The worried Father
Let your children go
If they come back they'll come home stronger
And if they don't you'll know..."
Scream serak lembut dari vokal Keira membuat penonton tercengang. Edward sampai ternganga melihat aksi anak itu. Sangat sulit dipercaya jika cewek rocker itu memanglah Keira.

Mereka pun merampungkan lagu pertama dengan tepukan tangan sangat meriah. Verizone dan Keira mengcover lagu itu dengan sempurna. Semua penonton sangat menyukai penampilan mereka.
"Verizone! Verizone! Verizone!"
Para penonton bersorak sorai. Mereka sangat antusias untuk mendengar lagu berikutnya.
"Is there anyone feels jetlag?" Chad menanyai para penonton. Semuanya cuma berteriak-teriak histeris menyebut namanya. "Ok. This beautiful rocker is our friend. Would you give her an applause? I think she's so cool and great." Chad menepuk pundak Keira di hadapan semua penonton. Mereka langsung bertepuk tangan untuknya.
"Well, we invite her to sing two songs," kata Chad lagi. "Here we go! Jetlag!"
Paul langsung memainkan melodi intro lagu itu. Jetlag. Hits dari Simple Plan featuring Natasha Bedingfield. Lagu yang dibuat dalam beberapa versi. Salah satunya dengan penyanyi rocker asal Indonesia. Simple Plan mengajak duet Tantri Kotak juga. Sekarang Verizone mengcover lagu mereka bersama sang Beautiful Rocker, Keira. Semua penonton menyambut lagu itu dengan meriah.
"So jet-lagged..."
Chad pun memulai lagunya. Ia sengaja sedikit menghadap ke arah Keira supaya kesan duetnya lebih terasa. Apalagi kali ini mereka menyanyikan lagu pop-rock romantis.
"You say 'good morning'
When it's midnight
Going out of my head
Alone in this bed
I wake up to your sunset
And it's driving me mad
I miss you so bad
"And my heart, heart, heart is so jet-lagged
Heart, heart, heart is so jet-lagged
Heart, heart, heart is so jet-lagged
Is so jet-lagged..."
Lagu bernada riang itu membuat semua penonton ikut bernyanyi. Perpaduan suara Chad dan Keira sungguh sangat menyenangkan didengar. Orang-orang benar terhibur dengan penampilan mereka.

***
Setelah berpartisipasi dalam dua lagu Keira pun bergegas turun dari panggung. Tak lupa ia menjabat seluruh personil Verizone sebelumnya. Ia sangat berterimakasih pada empat cowok itu. Mereka tidak hanya menolong Keira dari Edward, tetapi juga sudah memberi kesempatan padanya untuk tampil bersama band itu. Hal tersebut tentu menjadi pengalaman yang tak akan pernah Keira lupakan.
"Dasar!" cegat seseorang sewaktu Keira menuju ruang back stage untuk mengganti baju dan menghapus riasannya. "Bisa nggak sih nggak bikin orang panik segitu parahnya?" omel orang itu dengan suara galak.
"Zeeiinn!" jerit Keira begitu melihat siapa di hadapannya. Kemudian entah saking senang atau leganya, tanpa sadar Keira berlari menghampiri dan langsung memeluknya.
Zein sama sekali tak terkejut. Ia hanya tersenyum seperti halnya Keira. Ia juga lalu membalas pelukannya. Bahkan pelukan Zein lebih erat. Agaknya ia sangat lega Keira baik-baik saja.
"Ehem!" Seseorang berdeham saat keduanya masih berpelukan dengan hangat. Keira terkejut mendengar suara itu. Tak butuh waktu lama sampai ia sadar atas apa yang sedang ia lakukan bersama Zein.
"Aaaakk, Zein!" Keira langsung melepaskan diri darinya. Dalam sekejap mukanya sudah memerah.
"Keira, you're so suprising me." Edward yang rupanya baru datang kembali bersuara supaya Keira tahu atas kehadirannya.
"Keep away from me! You-you, you scared me!" Keira menunjuk Edward dengan takut. Ia langsung bersembunyi di balik punggung Zein.
"Please, Keira. Gue cuma mau minta maaf. Sori soal kejadian tadi. Lo jangan salah paham. Gue nggak ada maksud lagi kok sama lo," ucap Edward tenang. "Oke, sekarang gue udah mundur. Gue nggak bakal gangguin lo lagi. I swear."
Keira tak langsung percaya begitu saja pada perkataan Edward. "Apa buktinya kalau lo udah nggak akan gangguin gue lagi?"
"Bukti?" Edward mengusap dagunya karena bingung. "Well, gue emang tertarik sama lo, tapi gue nggak terlalu suka sama cewek yang... yeah, suka musik rock. Lo cuma ngingetin gue sama seseorang. Salah satu mantan gue penyanyi rock, dan gue berakhir buruk banget sama dia. I just hate her for many reason."
"Apa?" Keira mengangkat kedua alisnya atas pengakuan itu. "Wah, keputusan yang bagus! Bisa jadi gue cuma mengulang pengalaman buruk lo sama mantan kalau lo masih gangguin gue. Gue juga bakal jadi penyanyi rock terkenal di masa depan. Bener nggak, Zein?" Keira menyenggol Zein agar berkompromi dengannya. Namun cowok itu cuma menunjukkan senyum malas yang menggelikan.
"Selain itu gue juga males ngadepin cowok lo. Kasar dan ugal-ugalan," Edward melirik Zein dengan sebal.
"Ah, Zein emang suka main kasar. Dia itu cowok paling berbahaya di SMA Pahlawan. Jadi lo udah melakukan hal yang benar, Edward. Lo emang patut hati-hati sama Zein." Keira semakin semangat mengomporinya.
"Kalau udah tahu Zein kasar dan berbahaya kenapa Keira tetep suka sama dia?"
Kali ini Keira hanya bungkam mendengar pertanyaan Edward. Ia memutar-mutar sepatunya sambil menggigit bibir. Apa sejelas itukah perasaannya pada Zein hingga Edward saja bisa mengetahuinya?
"Itu karena gue sengaja bikin Keira suka sama gue," Zein menjawab tiba-tiba. "Lo pikir gampang bikin cewek ekstrim kayak dia jatuh cinta?"
"Apa? Ekstrim? Siapa yang ekstrim?" Keira langsung mengangkat wajah mendengar julukan itu.
"Ya lo kan emang ekstrim. Nggak ngerasa apa? Tuh, tanya aja si bule kalau nggak percaya!" Zein melirik Edward. "Lo pernah bayangin nggak, keong mas kayak dia bakal jadi rocker begini?"
"You're right. I never thougt about it before," Edward menyetujui ucapan Zein membuat Keira mendesis tak terima. Tanpa banyak kata lagi Keira mendorong Zein lalu bergegas masuk ruangan untuk mengganti kostum daripada semakin kesal.
"Take care of her, Zein. Keira is nice person. She's smart and surprising. You know people can love her easily, right?" Edward memberi Zein sedikit nasehat sebelum akhirnya pergi.
***
"Kei!" Milli dan Ryu menghambur pada Keira secara bersamaan saat Zein membawa anak itu ke hadapan mereka.
"Eh, ngapain lo meluk-meluk gue?" Ryu memicingkan mata menyadari punggungnya terangkul oleh Milli.
"Apa? Meluk lo?" Milli langsung menarik tangannya secepat mungkin. "Najis kali!"
"Lagak lo tuh. Lo aslinya ngefans kan sama gue? Buktinya tadi pas ke sini lo kenceng banget megangin pinggang gue!" tuduh Ryu tanpa basa basi.
"Yee, itu kan karena lo-nya ngebut. Gue juga nggak punya pilihan lain selain bonceng lo kali!" timpal Milli sengit. "Lo nggak tahu apa tadi gue udah basuh tangan gue tujuh kali? Tiga kali pakai lumpur, tiga kali gue cuci di air mengalir. Terakhir gue wudhu biar najisnya bener-bener ilang."
"Sok suci lo! Pantesnya juga gue kali yang harus mandi besar karena udah disentuh makhluk sinting kayak lo," balas Ryu tak mau kalah. "Kei, lo tahu nggak air terjun yang biasa buat semedi di mana? Kayaknya gue mesti bertapa 40 hari di bawah guyuran air biar gue nggak ngerasa kotor."
"Sialan lo! Yang kotor juga gue kali karena kesentuh lo!" Milli melototinya.
"Genius, syukurlah lo baik-baik aja. Kita udah mikir macam-macam tadi, lho. Apalagi pas lo nelpon pakai nomor orang, nggak kebayang deh paniknya kita gimana." Alvin berkata tanpa peduli percekcokan antara Ryu dan Milli.
"Zein sampai ngamuk-ngamuk sampai akhirnya tahu lo dibawa tuh bule ke sini," lapor Oki pula.
"Maaf udah bikin kalian panik dan khawatir, tapi barusan gue emang takut banget sama Edward," ujar Keira dengan senyum tak enak.
"Tapi dia nggak ngapa-ngapain lo, kan?" sela Ryu.
Keira menggelengkan kepalanya pelan. "Edward sempat bawa gue ke sebuah ruangan tadi. Namanya markas pribadi. Untunglah dia masih mau dengerin kata-kata gue. Tapi emang hampir sih. Dia bener-bener bikin gue takut."
"Ayo, ikut gue!" Zein mendadak menarik Keira padahal ia masih ingin berkumpul dengan anak-anak itu.
"Eh, mau ke mana?" Keira berseru, coba menahan langkahnya. "Zein!"
"Lo masih punya utang janji sama gue," Zein menatap cewek itu.
"Utang janji?" Keira balas menatap Zein dengan bingung.
"Habis nonton konser Simple Land. Lo janji bakal nurutin satu permintaan gue, dan gue belum jadi minta apa-apa."
"Ooh, itu..." Keira mengerling, tak mampu membantahnya.
"Kei, lo mau ke mana?" seru Ryu yang masih berada di dekat Milli. "Lo nggak pulang bareng gue aja? Gue bakal anterin lo sampai rumah."
"Keira pulang sama gue," Zein menjawab ajakan dengan tegas. "Kenapa lo nggak anterin Milli aja? Siapa tahu biar jadi cepet jadian."
"Apa?" Ryu berjengit mendengar celetukan Zein. "Mana mungkin gue jadian sama cewek sinting kayak dia?"
"Kampret! Jaga mulut lo, ya?" Milli langsung menjitak kepala Ryu. "Yang sinting siapa yang dituduh siapa."
"Eh, kurang ajar lo!" Ryu yang tak terima lekas membalas jitakan Milli. Maka tak ada yang bisa ia lakukan saat Zein membawa Keira pergi dari hadapannya.