Xavier Zhan menatap Edward Gevanno yang terlihat makan dengan lahapnya. Ini terlihat antara pemuda itu sedang lapar atau masakan Xavier Zhan yang benar-benar enak. Walaupun ini bukan pertama kalinya mereka makan malam bersama dengan Xavier Zhan yang memasak.
Enak?
Xavier Zhan mengerutkan kening. Ia tidak bisa terlalu percaya diri seperti ini. Xavier Zhan hanya bisa mengatakan dirinya bisa memasak, bukan mahir. Jika seseorang menyukai masakan itu berarti sebuah nilai lebih baginya.
Edward Gevanno melirik Xavier Zhan, ia mengerutkan keningnya melihat Xavier Zhan yang hanya memegang sumpit sambil menatap ke arahnya.
"Kenapa Kak Vier tidak makan?" Tanya Edward Gevanno.
"Huh?" Xavier Zhan terlihat tertegun.
"Masakan Kakak enak. Kenapa Kak Vier tidak makan?" Tanya Edward Gevanno lagi.
"Enak ya…" Gumam Xavier Zhan.
Edward Gevanno meletakkan sumpitnya, ia mencubit pelan kedua pipi Xavier Zhan sambil tersenyum lebar.
"Benar, sangat.. enak." Puji Edward Gevanno.
Xavier Zhan tersenyum tipis berusaha menyembunyikan perasaan yang diikuti oleh debaran jantung yang tak karuan.
"Perasaan apa ini?" Batin Xavier Zhan.
"Kak Vier." Edward Gevanno kini sudah mendekatkan wajahnya ke wajah Xavier Zhan.
Jarak wajah mereka sangat dekat. Xavier Zhan yang malu segera menjauh hingga terlihat seperti orang yang salah tingkah.
"Aku makan sekarang." Ucap Xavier Zhan yang membuat Edward Gevanno tersenyum.
Setelah makan malam bersama, Xavier Zhan membawakan secangkir coklat hangat untuk Edward Gevanno yang saat itu sedang berdiri di sisi balkoni.
"Kak Vier repot-repot sekali." Kata Edward Gevanno sambil mengambil cangkir coklat hangat miliknya.
"Disini dingin." Ucap Xavier Zhan.
Edward Gevanno menyesap coklat hangat miliknya. Ia kemudian menawarkannya pada Xavier Zhan.
"Kak Vier mau, kita bisa berbagi."
Deg!!!
Xavier Zhan terdiam. Edward Gevanno masih menawarkan coklat hangat miliknya. Xavier Zhan yang masih menatap diam pada Edward Gevanno hanya mengambil coklat hangat dan menyesapnya dari sisi yang berbeda.
Edward Gevanno tersenyum penuh rasa bahagia. "Sharing is caring." Ucapnya.
"Aku akan merapikan tempat tidur."
"Aku ikut."
Edward Gevannno mengikuti Xavier Zhan yang berjalan ke arah kamar tidur. Xavier mulai merapikan tempat tidurnya.
"Tidurlah." Kata Xavier Zhan.
"Kak Vier akan tidur di sini juga kan?" Tanya Edward Gevanno sambil menunjuk ke arah ranjang.
Dengan canggung Xavier Zhan mengangguk. "Hm. Kamu ingin tidur di sisi yang mana?"
"Yang dekat dengan pintu." Jawab Edward Gevanno sambil tersenyum manis.
Edward Gevanno dan Xavier Zhan tidur terlentang di atas ranjang. Bahkan pose tidur mereka terkesan kaku. Dan itu lebih di rasakan dari sisi Xavier Zhan. Ini bukan pertama kalinya Xavier Zhan seranjang dengan laki-laki. Sebelumnya Albert Wayne pernah menginap di apartemennya dan mereka tidur seranjang, tapi rasanya biasa saja.
Berbeda dengan saat ini, saat Xavier Zhan tidur dan berbagi ranjang yang sama dengan Edward Gevanno. Mungkin karena mereka baru mengenal, dan Xavier Zhan merasa kalau pemuda itu memang melakukan pendekatan ke arahnya. Albert Wayne dan Maria Dale pernah berkata kalau Edward Gevanno sedang berusaha untuk mendekatinya, dan itu dalam konsis untuk menjadi lebih dari sekedar teman atau sahabat.
Edward Gevanno membalikkan tubuhnya sehingga bisa menatap ke arah Xavier Zhan. "Selamat tidur Kak Vier have a nice dream." Kata Edward Gevanno sambil tersenyum manis.
Xavier Zhan melirik Edward Gevanno tanpa mengubah posisi badannya. "Hm.. You too." Balasnya.
********
"Apa? Mr. Edward Gevanno menginap?!"
Kedua mata Maria Dale melebar dan rasa kagetnya belum hilang sama sekali. Pagi ini tiba-tiba saja ketika Xavier Zhan masuk ke dalam toko bunga, Maria Dale langsung menariknya.
Maria Dale langsung bertanya tentang Wang Yibo pada Xavier Zhan. Ia bertanya banyak hal terutama tentang perkembangan hubungan Xavier Zhan dengan CEO dari Gevanno House.
"Apa kalian tidur seranjang?" Tanya Maria Dale dengan frontalnya.
Pertanyaan Maria Dale tadi bisa berarti ke dua arah. Namun Xavier Zhan berusaha untuk tenang dan berfikir positif.
"Hm, aku tidak mungkin membiarkan seorang CEO perusahaan besar tidur di sofa kan?"
Maria Dale tersenyum lebar. "Ya.. kamu benar."
*******
Edward Gevanno menjetik-jetikan tangannya di atas meja. Padahal hari ini ia sedang mengadakan annual meeting dengan karyawan di kantornya. Tapi entah mengapa fikiran Edward Gevanno hanya terpaku ke satu hal, ke satu orang. Tubuhnya mungkin disini, namun tidak dengan jiwanya. Bahkan ia harus membagi fikirannya.
"Hhhh… I miss him." Batin Edward Gevanno.
Setelah meeting berakhir, Edward Gevanno kembali ke ruang kerja. Sambil mengendorkan dasinya, ia duduk di kursi kerjanya sambil menghela nafas.
Shilla Hills mengetuk pintu dan masuk ke ruang kerja Edward Gevanno. "Boss"
"Shilla.. tolong kirimkan Xavier Zhan makan siang ke toko rotinya. Aku akan mengirimkan detail makanan yang harus kamu pesan dan kirim untuk Xavier Zhan."
Shilla Hills mengangguk. "Baik Boss, ada yang lainnya lagi?" Tanyanya.
Edward Gevanno menyandarkan kepalanya pada kursinya sambil memejamkan kedua matanya dengan tangan yang menyentuh keningnya.
"Katakan kalau aku merindukannya."
Shilla Hills tersenyum kecil. Ini pertama kalinya Shilla Hills melihat atasannya seperti ini. Sepertinya pesona Xavier Zhan benar-benar memabukkan bagi seorang Edward Gevanno yang di kenal dingin dan kaku juga cuek dalam urusan asmara.
Banyak kalangan baik itu wanita dan laki-laki berusaha untuk dekat dengan Edward Gevanno, namun laki-laki itu selalu menolaknya. Tapi sejak ia bertemu dengan Xavier Zhan entah apa yang sudah Xavier Zhan lakukan, tapi dengan mudahnya Edward Gevanno jatuh dan terpana akan diri Xavier Zhan, tanpa peduli kalau Xavier Zhan adalah seorang laki-laki yang juga lebih tua darinya.
******
Tepat pukul 12:30 siang, Shilla Hills tiba di bakery milik Xavier Zhan.
"Selamat siang, selamat datang— Nona Shilla Hills?"
Shilla Hills tersenyum sambil berlalu ke arah Xavier Zhan. "Selamat siang Kak Vier, sudah kubilang kan jangan memanggil namaku dengan embel-embel Nona. Aku dan Kak Vier ini sama."
Xavier Zhan tersenyum canggung, sungguh ia masih belum terbiasa. Walaupun jika ia datang ke Gevanno House, Xavier Zhan akan bertemu dengam sekretaris pribadi Edward Gevanno itu.
"Jadi.. Ada roti yang ingin kamu beli?"
"Tentu saja." Jawab Shilla Hills bersemangat.
Ia kemudian melanjutkan ucapannya. "Tapi sebelum itu, izinkan aku menyerahkan ini kepada Kak Vier."
Shilla Hills mengulurkan sebuah tas karton putih pada Xavier Zhan. Dengan kening yang mengerut Xavier Zhan tetap menerima apa yang Shilla Hills berikan padanya.
"Terima kasih. Tapi kalau boleh aku tahu ini darai siapa?"
"Ini makan siang untuk Kak Vier. Boss sendiri memintaku untuk mengirimkan makan siang untuk Kak Vier ke bakery."
Deg!!
Xavier Zhan diam. Ia masih tak mengerti kenapa Edward Gevanno bisa bersikap sejauh ini padanya. Kedekatan yang terjalin atara dirinya dan Edward Gevanno memang tidak seperti kedekatan teman pada umumnya.
"Sampaikan salam terima kasihku pada Edward Gevanno. Oh ya.. aku juga akan membungkuskan roti padanya." Ucap Xavier Zhan pada Shilla Hills.
"Boss sebenarnya tidak mengharapkan timbal balik dari Xavier Zhan. Tapi.. jika Kak Vier bersikeras, Boss pasti akan sangat berterima kasih dan menyukai roti yang Kak Vier bungkuskan untuknya."
Xavier Zhan tersenyum lembut. "Itu bukan apa-apa, tidak masalah. Lagipula atasanmu sangat baik padaku."
"Tentu saja, hal itu di karenakan Boss telah jatuh begitu dalam pada pesonamu, Kak Vier." Batin Shilla Hills.
Xavier Zhan hendak berbalik untuk menyimpan makan siang yang diberikan untuknya. Namun perkataan Shilla Hills selanjutnya membuat membuat Xavier Zhan terpaku.
"Kak Vier, Boss bilang kalau dia merindukanmu." Kata Shilla Hills sambil tersenyum lebar."
Entah perasaan apa yang kini langsung menyelimuti seluruh tubuh Xavier Zhan. Ia bingung, tak menyangka, namun diiringi dengan detak jantungnya yang berdetak semakin kencang. Perasaan aneh, yang sebelumnya tak pernah ia sangka akan hadir dan ia rasakan keberadaannya.
TBC 💚❤️
— 新章節待更 — 寫檢討