Saat pembicaraan dengan Bagas usai, Aisyah bahkan tak sadar Kinan sudah berdiri di belakangnya. Gadis itu mendengar kegelisahan hati Aisyah, yang ia ungkap pada Bagas. Betapa pedulinya ia sebagai seorang kerabat, meski tak lagi diakui, tapi ia tetap sayang pada Kinan. Dan tidak ingin sesuatu hal yang buruk terjadi padanya.
"Aisyah."
Suara Kinan membuat Aisyah tersentak.
"Sejak kapan loe ada di belakang gue?" tanyanya sarkas.
"Maafin gue ya. Nggak seharusnya gue bersikap kaya gitu."
Aisyah menatap Kinan penuh selidik.
"Gue denger apa yang loe katakan ke Bagas, soal kecemasan loe tentang hidup gue."
Kinan menunduk. Ia terharu. Tak disangka, gadis yang sempat menjadi rivalnya, begitu peduli kepada dirinya.
Sejenak Kinan kembali terkenang, saat Aisyah berupaya memperbaiki hubungan antara dirinya dan Putra, yang memang seharusnya berakhir seperti ini.
Ia sakit, tapi tak ingin menyakiti orang lain dengan kesakitan yang sama.
Mungkin beginilah Tuhan membalas ketulusan hatinya.